Tingkat konsumsi tepung terigu di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya sebelum terjadi krisis ekonomi tahun 1998. Pada tahun 1992 tingkat
konsumsi tepung terigu hanya sebesar 9,9 kgkapita kemudian meningkat mencapai 15,4 kgkapita pada tahun 1997. Pada tahun 1998 terjadi penurunan
tingkat konsumsi tepung terigu sebesar 20,8 dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2002 tingkat konsumsi tepung terigu mencapai 14,8 kgkapita atau mengalami
peningkatan sebesar 8,8 dari tahun sebelumnya Aptindo 2003. Tingkat konsumsi tepung terigu dan pertumbuhannya tahun 1992-2002 dapat dilihat pada
Tabel 2.11.
Tabel 2.11
Tingkat Konsumsi Tepung Terigu dan Pertumbuhannya Tahun 1992-2002
Tahun Tingkat Konsumsi
KgKapita Pertumbuhan
1992 9,9
-
1993 10,2
3,0 1994
12,5 22,5
1995 14,6
16,8 1996
14,8 1,4
1997 15,4
4,1 1998
12,2 -20,8
1999 10,9
-10,7 2000
12,9 18,3
2001 13,6
5,4 2002
14,8 8,8
Sumber: Aptindo 2003
Berdasarkan pengamatan terhadap salah satu pabrik tepung terigu yang berlokasi di Semarang didapatkan rantai pasok tepung terigu dari mulai pabrik
agroindustri sampai ke konsumen akhir. Pabrik tepung terigu ini mendistribusikan produknya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Tepung terigu sebagai produk dari pabrik didistribusikan ke industri besar dan
distributor. Selanjutnya, distributor memasok tepung terigu ke sub distributor, industri menengah, dan wholesaler. Wholesaler kemudian memasok tepung terigu
ke industri kecil dan retailer. Industri rumah tangga dan konsumen akhir mendapat pasokan tepung terigu dari retailer. Rantai pasok tepung terigu dapat dilihat pada
Gambar 2.7.
Gambar 2.7
Jalur Distribusi Tepung Terigu
Pabrik Tepung Terigu
Industri Besar Distributor
Wholesaler Industri
Menengah Sub
Retailer Industri Kecil
Industri Rumah
Konsumen Akhir
3 METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Ubi kayu merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki produktivitas paling tinggi per satuan luas lahan bila dibandingkan
dengan tanaman padi, jagung dan ubi jalar. Meskipun demikian peranan ubi kayu sebagai penyedia karbohidrat masih lebih rendah dibanding dengan padi, dan
jagung. Peran ubi kayu juga semakin pudar setelah hadirnya terigu impor yang tersedia secara meluas yang dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat. Panganan
dari bahan terigu semakin tersebar dan beragam, sementara panganan dari bahan ubi kayu relatif tidak berkembang. Seiring dengan itu pula pendapatan petani ubi
kayu hampir tidak mengalami peningkatan, bahkan ikut menurun. Untuk meningkatkan kembali pamor ubi kayu sebagai alternatif sumber karbohidtrat
perlu dibuat suatu strategi penyediaan karbohidrat di Indonesia bersumber dari
ubi kayu. Penelitian ini fokus kepada peningkatan pendapatan petani, distribusi
pendapatan yang adil di antara pemangku kepentingan, penyediaan karbohidrat bersumber dari ubi kayu yang berkualitas, harga terjangkau dan delivery tepat
waktu, harga ubi kayu yang stabil di tingkat petani. Penelitian ini fokus kepada peningkatan pendapatan petani dengan
merancang pola kemitraan dan distribusi pendapatan yang adil di antara pemangku kepentingan dalam penyediaan karbohidrat bersumber dari ubi kayu.
Strategi penyediaan karbohidrat bersumber dari ubi kayu memberikan alternatif pasokan karbohidrat yang selama ini dipenuhi dari bahan impor
gandum. Jumlah karbohidrat yang diperoleh melalui impor gandum pada masa mendatang diharapkan dapat disuplai dari ubi kayu. Selanjutnya dihitung jumlah
bahan baku ubi kayu yang perlu disediakan. Setelah itu dilakukan analisa BC untuk melihat tingkat keuntungan bagi pelaku rantai pasok. Dan yang terakhir
merancang pola kemitraan dalam penyediaan bahan baku ubi kayu untuk industri tapioka. Tahapan Penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
3.2 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Namun secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Studi pustaka dan survei awal Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam penelitian adalah studi
pustaka. Peneliti melakukan penelusuran studi pustaka terhadap literatur yang ada guna menggali pemahaman teori-teori yang telah berkembang dengan
bidang ilmu pengetahuan yang berkepentingan. Peneliti juga melakukan studi pustaka untuk mencari metode yang digunakan dalam pengumpulan data,
pengolahan data dan juga analisa data, sehingga memperoleh orientasi yang lebih luas dalam menyelesaikan permasalahan yang telah ditentukan.
2. Pengumpulan data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data di provinsi
lampung. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara yang
mendalam dengan praktisi dan ahli pakar. Kriteria pemilihan pakar dilakukan berdasarkan kriteria menurut Marimin 2002, yaitu 1 keberadaan pakar atau
responden dan kesediaannya untuk dilakukan wawancara, 2 memiliki reputasi, kedudukan dan telah menunjukkan kredibilitas sebagai ahli atau
pakar pada substansi yang diteliti, dan 3 telah memiliki pengalaman dalam bidangnya.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari penelusuran artikel-artikel, buku, dan media elektronik, seperti Biro Pusat
Statistik BPS, data perkembangan penyediaan karbohidrat di indonesia dari departemen pertanian dan departemen perdagangan republik indonesia ,
maupun dari sumber lain. 3. Peramalan kebutuhan ubi kayu pada masa yang akan datang dengan pola
kebutuhan saat ini Selanjutnya dalam penelitian ini akan melakukan peramalan
kebutuhan ubi kayu pada masa yang akan datang. Peramalan ini dilakukan
berdasarkan data kebutuhan ubi kayu pada saat ini. Peramalan di lakukan dengan metode double exponential smoothing with trend DEST. Metode ini
dipilih karena lebih tepat untuk meramalkan data yang mengalami trend kenaikan.
4. Peramalan kebutuhan gandum pada masa yang akan datang dan konversi kebutuhan gandum ke ubi kayu pada masa yang akan datang
Peramalan kebutuhan gandum dilakukan guna untuk melihat seberapa besar kebutuhannya pada masa yang akan datang. Sehingga bisa diketahui
seberapa besar kebutuhan ubi kayu guna untuk mengkonversi kebutuhan karbohidrat gandum. Peramalan menggunakan metode double exponential
smoothing with trend yang memiliki dua komponen utama yaitu level dan
trend . Dimana pada setiap periode dilakukan koreksi terhadap level dan trend
tersebut. Dengan metode ini dilakukan peramalan impor gandum Indonesia selama 5 tahun ke depan. Smoothing constant alpha dan beta dipilih yang
terbaik, antara 0 hingga 1. 5. Perencanaan kebutuhan total produksi ubi kayu, kebutuhan luasan, dan
kebutuhan jumlah petani mitra Dengan didapatkannya kebutuhan ubi kayu dan kebutuhan konversi
gandum menjadi ubi kayu pada masa yang akan datang, maka didapat pula total produksi ubi kayu pada masa yang akan datang, sehingga bisa lihat
seberapa besar luasan lahan dan jumlah petani yang dibutuhkan. Dengan data total luasan lahan maka diketahui persentase distribusi luas lahan petani
yang dibutuhkan sebagai bahan perencanaan. 6. Evaluasi kemitraan dan pola kemitraan usulan
Setelah diketahui jumlah kebutuhan total produksi ubi kayu, kebutuhan luasan, dan kebutuhan jumlah petani, selanjutnya dilakukan
analisa kesejahteraan dengan menganalisa BC dan kesetaraan BC guna untuk menganalisa penyebaran benefit yang setara pada setiap pelaku rantai
pasok. Pada tahap akhir lalu mengevaluasi kemitraan petani.