3.6. Definisi Istilah-Istilah Penting yang Digunakan dalam Disertasi
Definisi istilah penelitian diperlukan untuk memberikan batasan yang jelas terhadap gambaran komponen penelitian yang dilakukan. Beberapa definisi
yang dipakai dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah kedalam satuan-satuan
zona-zona yang kurang lebih seragam dalam hal faktor-faktor fisik yang besar pengaruhnya terhadap produksi tanaman Hardjowigeno dan
Widiatmaka. 2007. 2. Gambut adalah tanah yang berbahan induk organik yang berasal dari sisa-sisa
tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam sistem klasifikasi taksonomi tanah disebut histosol yaitu tanah
yang tersusun dari bahan organik Soil Survey Staff, 1999. 3. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari UU No.32 tahun 2009.
4. Kebijakan adalah serangkaian keputusan yang diambil oleh seorang aktor atau kelompok aktor yang berkaitan dengan seleksi tujuan dan cara mencapai
tujuan tersebut dalam situasi tertentu, dimana keputusan tersebut berada dalam cakupan wewenang para pembuatnya.
5. Lahan adalah bagian dari bentang alam landscape yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografirelief, tanah, hidrologi
dan vegetasi alami natural vegetation yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan FAO, 1976 diacu dalam
Puslittanak, 2003. 6. Lahan gambut adalah lahan yang berasal dari bentukan gambut beserta
vegetasi yang terdapat diatasnya, umumnya terbentuk di daerah yang memiliki topografi rendah, bercurah hujan tinggi atau di daerah yang suhunya
rendah, mempunyai bahan organik tinggi C-organik 12 dan kedalaman gambut 50 cm Soil Survey Staff, 1998.
7. Model adalah perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual Eriyatno, 1999.
8. Pengelolaan adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran
danatau kerusakan lingkungan yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum UU No.32
Tahun 2009. 9. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk
memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan
networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan
kemandirian secara
ekonomi, ekologi,
dan sosial
Subejo dan
Supriyanto.2004. 10. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu
pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan
bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat
UU No. 18 Tahun 2004. 11. Sumberdaya lokal adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber
daya manusia, sumber daya alam, baik hayati maupun nonhayati dan sumber daya buatan sesuai dengan spesifik lokasi. Karakteristik sumberdaya lokal
meliputi antara lain sifat fisik, kimia, biologi, hidrologi , interaksi antara komposisi vegetasi dengan keadaan tanah dan sosial ekonomi serta
pengetahuan dan keterampilan masyarakat setempat. 12. Tata Air Makro adalah : Penguasaan air di tingkat kawasan areal reklamasi
yang bertujuan mengelola berfungsinya jaringan drainase irigasi seperti navigasi, sekunder, tersier, kawasan retarder, dan sepadan sungai atau laut,
saluran intersepsi dan kawasan tampung hujan. 13. Tata Air Mikro adalah : Pengaturan atau penguasaan air di tingkat usaha tani
yang berfungsi untuk mencukupi kebutuhan evaporasi tanaman, mencegah mengurangi pertumbuhan gulma dan kadar zat beracun, mengatur tinggi
muka air melalui pengaturan pintu air dan menjaga kualitas air.
KONDISI UMUM WILAYAH STUDI
Letak Geografis dan Wilayah Administrasi
Wilayah Kabupaten Bengkalis-Meranti terletak di pesisir timur Pulau Sumatera pada posisi antara 2
30’- 0 17’ Lintang Utara dan 100
52 - 102 10’
Bujur Timur. Kabupaten Bengkalis-Meranti memiliki batas-batas antara lain : sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, selatan dengan Kabupaten Siak,
barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir, timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Wilayah Kabupaten Bengkalis-
Meranti dialiri oleh beberapa sungai besar yakni sungai Siak dan Siak Kecil. Sungai yang ada di daerah ini berfungsi penting sebagai sarana perhubungan
utama dalam perekonomian. Luas wilayah Kabupaten Bengkalis-Meranti 11.481,8 km
2
yang terdiri dari 33 pulau dan pulau-pulau kecil lainnya. Posisi Kabupaten Bengkalis-Meranti
sangat strategis karena berada di tepi alur pelayaran internasional yakni Selat Malaka. Selain itu, juga berada pada kawasan segitiga pertumbuhan ekonomi
Indonesia-Malaysia-Singapura IMS-GT dan kawasan segitiga pertumbuhan Ekonomi Indonesia-Malaysia-Thailand IMT-GT.
Secara administrasi pemerintah Kabupaten Bengkalis-Meranti terdiri dari 13wilayah kecamatan yaitu : Kecamatan Bengkalis, Kecamatan Bantan,
Kecamatan Bukit Batu, Kecamatan Mandau, Kecamatan Merbau, Kecamatan Rupat, Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Rangsang, Kecamatan Rangsang
Barat, Kecamatan Rupat Utara, Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kecamatan Siak Kecil dan Kecamatan Pinggir. Dari dua kecamatan terakhir merupakan pemekaran
dari Kecamatan Mandau dan Bukit Batu BPS Kabupten Bengkalis, 2009. Adanya pemekaran Kabupaten Kepulauan Meranti pada Tahun 2008
menyebabkan terjadinya perubahan jumlah kecamatan. Kecamatan Merbau, Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Rangsang dan Kecamatan Rangsang Barat
masuk ke dalam Kabupaten Kepulauan Meranti.
Topografi dan Fisiografi
Wilayah Kabupaten Bengkalis-Meranti merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 2 – 6,1 meter di atas permukaan laut. Pulau-pulau besar antara
lain Pulau Rupat 1.524,9 km
2
, Pulau Tebing Tinggi 1.346,8 km
2
, Pulau
Bengkalis 938,4 km
2
, Pulau Rangsang 922,1 km
2
serta Pulau Padang dan Pulau Merbau 1.348,9 km
2
. Wilayah Kabupaten Bengkalis-Meranti terbagi atas wilayah daratan dan
lautan yang mencakup gugusan pulau besar dan kecil yaitu Pulau Sumatera, Bengkalis, Padang, Merbau, Tebing Tinggi, Rangsang dan Rupat. Kawasan ini
merupakan dataran pantai pasang surut yang dipengaruhi langsung oleh aktivitas air laut. Daerah dengan kondisi demikian memiliki lingkungan air asin dan air
payau yang memungkinkan vegetasi magrove bakau berkembang. Sebagian besar Wilayah Kabupaten Bengkalis-Meranti didominasi oleh
topografi yang relatif datar. Kemiringan lereng berkisar antara 0 – 2 , kecuali pada beberapa bagian kecil di Kecamatan Mandau, Pinggir dan Bukit Batu yang
memiliki kemiringan lereng antara 2 – 15 . Dengan demikian landform di wilayah ini didominasi oleh kelompok kubah gambut dan kelompok gambut
marin. Kelompok kubah gambut berkembang dari endapan organik dan semakin
tebal jika semakin jauh dari pantai. Gambut yang dipengaruhi air laut mempunyai potensi sulfat masam. Sedang kelompok marin berkembang dari endapan mineral
yang dipengaruhi pasang surut air laut dan mempunyai lebar bervariasi antara 0,5 - 5 km. Daerah lahan basah ini merupakan hasil proses sedimentasi estuarin
dan perimarin kuala, terlihat dari adanya pelebaran pantai yang disebabkan oleh penambahan bahan endapan dan proses angkutan. Semua endapan marin
diendapkan pada lingkungan daerah bergaram atau payau. Sehingga tanahnya mengandung garam dan berlumpur, terutama pada daerah yang masih muda
dengan vegetasi mangrove. Sebagian besar daerah ini mempunyai drainase terhambat, tanahnya belum matang atau setengah matang half ripe mengandung
pirit yang membentuk tanah sulfat masam atau potensial sulfat masam.
Geologi atau Jenis Batuan
Berdasarkan peta geologi lembar Siak Sri Indrapura dan Bengkalis skala 1:250.000, sebagian besar wilayah pesisir timur Propinsi Riau terdiri dari formasi
geologi muda: aluvium muda Qh dan aluvium tua Qp. Formasi ini terbentuk pada zaman kuarter. Aluvium tua umumnya merupakan bagian kering, sedangkan
aluvium muda menempati cekungan atau daerah belakang pantai yang berawa dan alur-alur pasang surut.
Pengamatan lapang menunjukkan bahwa seluruh wilayah studi didominasi oleh endapan rawa berlumpur, liat dan bahan organik. Endapan lumpur dan liat
umumnya dijumpai di daerah pantai. Pada bagian yang jauh dari pantai terbentuk tanah dengan bahan induk organik yang merupakan sisa vegetasi rawa. Bahan
endapan rawa merupakan proses akumulasi atas aktivitas lautmarin dan sungai. Akibat keadaan tata air yang kurang baik maka terjadilah penumpukkan bahan
organik karena proses pelapukan terhambat. Akhirnya terbentuk tanah-tanah organik gambut yang sebagian besar mempunyai kedalaman lebih dari 2 meter
kubah gambut. Sebahagian besar kubah gambut ini telah diusahakan oleh masyarakat untuk pertanian.
Jenis Tanah dan Iklim
Tanah di Kabupaten Bengkalis-Meranti dapat diklasifikasikan menjadi empat ordo tanah utama, yaitu Histosol, Entisol, Inseptisol, dan Ultisol
berdasarkan pada sistem Taksonomi Tanah Soil Survey Staff, 1998. Luas penyebaran tanah mineral dan gambut di Kabupaten Bengkalis-Meranti di
paparkan pada Tabel 9, sedangkan karakteristik jenis tanahnya secara umum ditampilkan dalam Tabel 10.
Tabel 9. Luas penyebaran tanah mineral dan gambut di Kabupaten Bengkalis- Meranti
No. Jenis Tanah
Luas ha
1. Entisol, Inseptisol, dan Ultisol
348.159,3 30,3
2. Histosol
800.017,7 69,7
Total 1.148.177,0
100,0
Sumber : Bapeda Bengkalis 2007
Histosol Organosol merupakan jenis tanah yang mempunyai penyebaran paling luas yaitu 800.017,7 ha atau 69,7 dari total luas Kabupaten Bengkalis-
Meranti. Tanah ini mempunyai tingkat dekomposisi hemik sampai saprik, berwarna hitam sampai merah gelap, reaksi tanah masam sampai sangat masam,
dan kedalaman gambut bervariasi dari 50 cm sampai 3 m. Substratum liat
dengan reaksi tanah masam. Pada lapisan ini mengandung pirit yang dicirikan oleh reaksi H
2
O
2
kuat dan pH dapat turun mencapai 1,0-1,5. Kedalaman yang mengandung bahan sulfidik bervariasi antara 100 sampai 150 cm dari
permukaan. Ciri utama lainnya adalah muka air tanah yang tinggi dan sering melebihi permukaan tanah.
Tabel 10. Karakteristik Jenis Tanah di Kabupaten Bengkalis-Meranti
Jenis tanah Tekstur
Tingkat Dekomposisi
Kedalaman Solum cm
Ketebalan Gambut cm
Drainase Histosol
-
He, Sa
-
50 - 300 ST
Entisol L, LD
-
100 -
T Inceptisol
L, LD
-
100 -
B Ultisol
L, LP
-
100 -
T
Sumber : Bapeda Bengkalis 2007 Keterangan : He = Hemik, Sa = Saprik; L = Liat; LD = Liat Berdebu; LP = Liat Berpasir;
ST = sangat terhambat; T = terhambat; B = baik.
Hasil analisis sistem informasi geografis SIG terhadap luas dan ketebalan gambut di Kabupaten Bengkalis-Meranti melalui teknik tumpang tepat
overlay dipaparkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Peta Sebaran Gambut di Kabupaten Bengkalis Bapeda, 2007
Y Y
Y
Y
DUMAI BENGKALIS
PEKANBARU AGAN SIAPIAPI
PANGKALAN KERINCI SIAK SRI INDRAPURA
10 10
20 Km
103°00 BT
103°00 BT 102°30
102°30 102°00 BT
102°00 BT 101°30
101°30 101°00 BT
101°00 BT 2
°0 L
U 2
°0 L
U
1 °3
1 °3
1 °0
L U
1 °0
L U
°3 °3
U T
B S
KAJIAN POLA PENGEMBANGAN PERTANIAN PADA LAHAN GAMBUT
DI KABUPATEN BENGKALIS
LEGENDA: Batas Kecamatan
Batas Kabupaten Batas NegaraLaut Teritorial
Batas Propinsi Batas Wilayah Laut 4 mil
Sungai Jalan
KotaKecamatanDesa
PETA LAHAN GAMBUT
KABUPATEN BENGKALI S
Sumber: - Wahyunto et al 2003
- Distan Pangan Propinsi Riau 2002 - Pulitanak 1990
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAPPEDA
PEMERINTAHAN KABUPATEN BENGKALIS
8
Menurut Schmidt dan Ferguson, klasifikasi iklim di wilayah studi secara umum dapat dikelompokkan kedalam tipe A, dengan ciri-ciri curah hujannya
tinggi sangat basah, vegetasinya hutan hujan tropis. Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Bengkalis-Meranti dipaparkan pada Tabel 11.
Data curah hujan untuk wilayah ini menunjukan adanya perbedaan yang jelas sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata bulanan terbesar terjadi di bulan
Desember-Februari sebesar 560 mm dan terendah pada bulan Juni sebesar 93 mm. Sepanjang tahun terjadi bulan basah selama 9 bulan Juli-Februari dan 3 bulan
lembab Maret, April dan Juni. Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada Desember dan hari hujan paling sedikit terjadi pada Maret. Suhu udara rata-rata
bulanannya berkisar 25,5 °C - 26,4 °C. Perbedaan suhu setiap bulannya relatif kecil dan merata sepanjang tahun.
Tabel 11. Iklim di Wilayah Kabupaten Bengkalis-Meranti
No Bulan
Curah Hujan mm
Hari Hujan hari
Suhu
o
C Kelembaban
1 Januari
224,22 20
26,0 87,1
2 Februari
166,65 16
26,3 84,9
3 Maret
248,28 22
26,6 85,3
4 April
248,93 19
26,8 85,9
5 Mei
171,66 20
27,0 85,6
6 Juni
157,81 12
27,2 84,4
7 Juli
105,45 13
26,6 84,3
8 Agustus
109,42 11
26,7 84,1
9 September
143,90 13
26,4 84,8
10 Oktober
226,10 17
26,4 85,4
11 November
277,94 23
26,3 85,9
12 Desember
260,93 24
25,8 86,8
Rata-rata 195,3
17,4 26,5
85,4
Sumber: B PS Bengkalis, 2009
Kondisi Sosial dan Ekonomi Kependudukan
Kondisi sosial dapat dilihat dari keadaan penduduk, tenaga kerja dan angkatan kerja serta prasarana sosial di Kabupaten Bengkalis-Meranti. Penduduk
merupakan faktor produksi yang utama dan penting dalam pelaksanaan pembangunan. Begitu juga dengan jumlah penduduk yang besar merupakan
sumber dari ketersediaan tenaga kerja, namun dengan penyebaran dan kualitas
yang rendah justru dapat menimbulkan permasalahan dalam tenaga kerja itu sendiri.
Penduduk Kabupaten Bengkalis-Meranti pada tahun 2008 tercatat sebanyak 747.797 jiwa yang terdiri 385.485 jiwa laki-laki dan 362.312 jiwa
perempuan. Kecamatan yang paling banyak penduduknya adalah Kecamatan Mandau yaitu 256.108 jiwa dan kecamatan yang paling sedikit penduduknya
adalah Kecamatan Rupat Utara yaitu 13.342 jiwa. Komposisi penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Penduduk laki-laki berjumlah 385.485
jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 362.312 jiwa. Sex ratio berimbang yaitu 106 dimana tertinggi terdapat di Kecamatan Mandau yaitu 111 dan sex ratio
yang terrendah 98 terdapat di Kecamatan Pinggir. Pertumbuhan jumlah penduduk yang besar merupakan faktor produksi
yang sangat bermanfaat untuk menghasilkan luaran yang makin berlimpah. Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Bengkalis-Meranti dipaparkan pada
Tabel 12.
Tabel 12. DesaKelurahan, Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bengkalis-Meranti.
No. Kecamatan
DesaKel. Luas
Wilayah km
2
Jumlah Penduduk
jiwa Kepadatan
Penduduk jiwa km
-1
1. Mandau
15 937
235.109 251
2. Pinggir
13 2.053
60.541 29
3. Bukit Batu
15 1.128
29.029 26
4. Siak Kecil
13 742
18.518 25
5. Rupat
12 896
32.486 36
6. Rupat Utara
5 628
13.236 21
7. Bengkalis
20 514
71.003 138
8. Bantan
9 424
40.893 96
9. Merbau
21 1.348
56.445 42
10. Rangsang
13 681
31.373 46
11. Rangsang Barat
15 241
29.755 123
12. Tebing Tinggi
16 849
76.763 90
13. Tebing Tinggi Barat
8 586
16.082 27
Total
175 11,481.77
711.233 62
Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis, 2009
Pendidikan
Pada tahun 2008 di Kabupaten Bengkalis-Meranti terdapat sebanyak 157 Taman Kanak-kanak, 483 Sekolah Dasar, 129 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,
49 Sekolah Menengah Atas dan 14 Sekolah Menengah Kejuruan. Sedangkan tenaga pengajar di Kabupaten Bengkalis-Meranti sebanyak 406 orang guru Taman
Kanak-Kanak, 5.680 orang guru Sekolah Dasar, 1.637 orang guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 867 orang guru Sekolah Menengah Atas dan 398 orang
guru Sekolah Menengah Kejuruan. Jumlah murid Taman Kanak-Kanak di Kabupaten Bengkalis-Meranti pada
tahun 2008 sebanyak 8.302 orang, murid Sekolah Dasar sebanyak 100.499 orang, 24.233 orang murid Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 17.681 orang murid
Sekolah Menengah Atas, dan 3.524 orang murid Sekolah Menengah Kejuruan.
Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Bengkalis-Meranti pada tahun 2008 secara umum tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan
tahun 2007. Jumlah Rumah Sakit sebanyak 7 unit, Puskesmas 19 unit, dan Puskesmas Pembantu 80 unit. Klinik dokter umum dan klinik dokter spesialis
sebanyak 126 dan 33 unit. Sedangkan apotik dan toko obat masing-masing berjumlah 34 dan 30 unit.
Secara kuantitas masih diperlukan penambahan sarana kesehatan yaitu rumah sakit bersalin 2 unit dan laboratorium 1 unit. Tenaga medis yang
tersedia di Kabupaten Bengkalis-Meranti antara lain dokter dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi 145 orang, bidan 523 orang dan perawat 496 orang.
Ekonomi
Perkembangan ekonomi Kabupaten Bengkalis-Meranti secara menyeluruh dapat dilihat pada pertumbuhan dan perubahan struktur Produk Domestik
Regional Bruto PDRB selama waktu tertentu. PDRB merupakan jumlah nilai tambah untuk menghasilkan nilai barang dan jasa akhir dikurangi biaya untuk
menghasilkannya oleh seluruh unit produksi yang diperoleh di Kabupeten Bengkalis-Meranti.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkalis-Meranti menunjukkan kondisi yang baik, hal ini dapat dilihat berdasarkan kenaikan PDRB setiap
tahunnya. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkalis-Meranti selama periode tahun 2005-2008 yang mengacu pada tahun dasar 2000 telah tumbuh dengan rata-
rata kenaikan sebesar 7,64 th
-1
. PDRB per kapita dan pendapatan regional per
kapita tahun 2008 mengalami peningkatan. Berdasarkan atas dasar harga berlaku PDRB per kapita tahun 2007 sebesar Rp 16,8 juta menjadi Rp 20,3 juta pada
tahun 2008. Sedangkan atas dasar harga konstan tahun 2000, PDRB perkapita tahun 2008 mengalami peningkatan dari sebesar Rp 5,3 juta pada tahun 2007
menjadi Rp 5,6 juta pada tahun 2008. Berdasarkan harga berlaku, pendapatan regional per kapita meningkat sebesar 20,8 dan atas dasar harga konstan
meningkat sebesar 6,3 . Pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku tahun 2008 di Kabupaten Bengkalis-Meranti Rp 18,5 juta dan atas dasar harga konstan
tahun 2008 pendapatan per kapita sebesar Rp 5,1 juta BPS Kabupaten Bengkalis, 2009.
Fasilitas ekonomi dapat dilihat dari jumlah bank yang ada di Kabupaten Bengkalis-Meranti. Sampai tahun 2005 terdapat sebanyak 25 unit bank yang
terdiri dari tiga Bank Perkreditan Rakyat, tujuh Kantor Cabang, Lima Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas dan 10 Kantor unit BPS Kabupaten Bengkalis,
2009. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum kegiatan usaha serta peranan perbankan masih menunjukkan perkembangan yang cukup berarti. Perkembangan
tersebut selain meningkatkan perekonomian daerah juga meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat sehingga peluang perkembangan pertumbuhan
perekonomian dan perbankan pada masa yang akan datang diperkirakan lebih baik.
Kondisi Infrastruktur dan Sarana Lainnya Transportasi Darat dan Air
Sarana perhubungan darat di Kabupaten Bengkalis-Meranti adalah sangat penting sekali artinya dalam rangka arus sosial ekonomi masyarakat. Pada tahun
2005 tercatat panjang jalan 2.172,7 km, terdiri dari jalan aspal 416,3 km, jalan kerikil 37,1 km, jalan tanah 1.175,3 km dan jalan beton 544 km BPS Kabupaten
Bengkalis, 2009. Transportasi darat yang digunakan masyarakat di Kabupaten Bengkalis-
Meranti umumnya adalah sepeda, sepeda motor, becak dan mobil. Sepeda motor adalah jenis yang paling banyak digunakan di hampir seluruh Kabupaten
Bengkalis-Meranti. Angkutan yang menghubungkan antar desa di Pulau Bengkalis-Meranti terdiri atas laksamana dan angkutan kota. Untuk pelayanan
transportasi orang dan barang di unit-unit lingkungan masing dilayani oleh jenis angkutan becak dan sepeda motor.
Umumnya kondisi jaringan jalan yang menghubungkan antar desa di wilayah kecamatan-kecamatan cukup baik, dengan konstruksi beton beraspal.
Hanya sebagian kecil saja jalan tanah yang kondisinya kurang baik, hal ini disebabkan kondisi tanah yang labil tanah gambut.
Transportasi air di Kabupaten Bengkalis-Meranti dibedakan menjadi transportasi sungai dan penyeberangan serta transportasi laut. Diantara sungai
yang sangat penting sebagai sarana perhubungan adalah Sungai Siak dengan panjang 300 km, Sungai Siak Kecil 90 km dan Sungai Mandau panjang 87 km.
Pada pesisir timur, laut yang merupakan sarana perhubungan utama. Pelayanan transportasi sungai dan penyeberangan dilayani oleh pasangan dermaga
penyeberangan, sementara pelayanan transportasi laut dilayani oleh pelabuhan. Transportasi transportasi sungaiselat dan penyeberangan merupakan
tulang punggung transportasi di wilayah pesisir Kabupaten Bengkalis-Meranti untuk menghubungkan antar kecamatan atau pulau di Kabupaten Bengkalis-
Meranti. Sarana transportasi sungaiselat yang digunakan antara lain pompong, spead boat
, ferry roro, kapal cepat jet foil dan motor tempel. Transportasi sungaiselat dan penyeberangan pada hakekatnya merupakan
kepanjangan jaringan prasarana jalan yang terputus akibat adanya sungai dan selat dalam tipologi wilayah kepulauan. Transportasi sungai dan penyeberangan ini
berperan sebagai perangkai antar pulau-pulau yang berseberangan atau berdekatan. Fungsi utamanya adalah sebagai sarana pergerakan barang dan
penumpang antar pulau yang tak terpisahkan dalam sistem pelayanan angkutan lintas pulau. Berkaitan dengan fungsi tersebut, maka prasarana transportasi yang
ada dan yang dikembangkan saat ini di Kabupaten Bengkalis-Meranti adalah: 1 dermaga roro di Desa Sei Selari dan Air Putih; 2 pasangan dermaga yang
menghubungkan Pulau Bengkalis dan Pulau Padang pada lokasi Desa Ketam Putih Kecamatan Bengkalis dan Desa Tanjung Padang Kecamatan Merbau; 3
pasangan dermaga yang menghubungkan Pulau Padang dan Pulau Tebing Tinggi yang berlokasi di Desa Meranti Bunting Kecamatan Merbau dan Desa Tanjung
Peranap Kecamatan Tebing Tinggi Barat; 4 pasangan dermaga yang
menghubungkan Pulau Tebing Tinggi dan Pulau Rangsang pada lokasi Desa Insit Kecamatan Tebing Tinggi Barat dan Desa Bantar Kecamatan Rangsang Barat;
dan 5 Dermaga roro di dusun Mengkikit Desa Tanjung Peranap yang menghubungkan pergerakan dari Kecamatan Tebing Tinggi Barat menuju Buton
Pemerintahan Kabupaten Bengkalis, 2006. Pada setiap kecamatandesa terdapat pula beberapa dermaga rakyat yang
dikelola oleh pemerintah daerah dan masyarakat seperti dermaga yang terdapat di Ketam Putih, Selat Baru Muara Sungai Bantan Tua, Tanjung Samak, Tanjung
Peranap dan Alai yang melayani kebutuhan antar pulau atau hubungan yang lebih luas lagi eksternal. Dermaga rakyat ini merupakan salah satu titik yang penting
artinya bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomipemasaran hasil produksi.
Prasarana utama untuk pelayanan transportasi laut bagi masyarakat kepulauan adalah pelabuhan. Pelabuhan sebagi pusat pelayanan transportasi laut
merupakan titik pergantian moda yang berfungsi sebagai pusat pelayanan berbagai kegiatan ekstensif di wilayah belakangannya. Kegiatan ekstensif ini
merupakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang membutuhkan pelayanan jasa pelabuhan sebagai simpul distribusinya. Pelabuhan berfungsi sebagai pusat
kegiatan bongkar muat barang dan penumpang. Kegiatan angkutan barang meliputi kegiatan distribusi berbagai komoditas yang dihasilkan daerah,
sedangkan pelayanan angkutan penumpang melayani kebutuhan pergerakan penduduk sehari-hari, baik jarak jauh maupun jarak dekat.
Kegiatan penyeberangan dan bongkar muat di Pelabuhan Bengkalis dikelola oleh PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Bengkalis. Pelabuhan ini
berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan dan distribusi barang yang melayani pelayaran rakyat, nasional dan internasional menggunakan kapal motor dan kapal
cepat. Pelabuhan Ferry Ro-Ro yang melayani Bengkalis-Dumai dan Bengkalis- Sei Pakning, dengan kapasitas 7 buah kendaraan roda empat yang belokasi di Air
putih berjarak ± 5 km dari Pelabuhan Bengkalis. Penumpang dari dan ke Pulau Bengkalis dilayani oleh kapal cepat jet foil
antar pelabuhan dengan tujuan Pekanbaru, Dumai, Tanjung Balai, Batam,
Tanjung Pinang dan Singapura serta Malaysia. Frekuensi keberangkatan kapal 3 kali per hari, dengan waktu reguler antara pukul 7.30 - 14.30 WIB.
Sarana dan Prasarana Air Bersih
Kebutuhan air bersih di wilayah studi dan umumnya di Kabupaten Bengkalis-Meranti bersumber dari air hujan, sumur-sumur galianair tanah
dangkal yang dibangun secara sederhana. Sedangkan untuk kebutuhan air minum, mereka memanfaatkan air hujan dengan menampungnya pada bak-bak
penampung sistem PAH atau membuat penampungan dari pasangan. Adapun kota-kota yang telah terjangkau pelayanan air bersih adalah Bengkalis, Selat
Panjang dan Duri yang bersumber dari PDAM cabang Bengkalis yang dikelola perusahaan daerah air minum di bawah pengawasan dan pembinaan Pemda
Kabupaten Bengkalis sejak tahun 1992. Akan tetapi pelayanan PDAM ini kurang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas pelayanannya.
Kualitas air di Kabupaten Bengkalis-Meranti rata-rata rendah, bahkan di beberapa daerah airnya tidak layak dikonsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan air
bersih dan air minum sebagian masyarakat menampung air hujan. Sumur galian merupakan alternatif pilihan untuk memenuhi kebutuhan air bersih terutama di
daerah yang jenis tanahnya aluvial, kedalaman sumur galian rata-rata berkisar antara 1-2 meter dan kedalaman air tanah kurang dari 1 meter.
Sarana dan Prasarana Listrik
Prasarana listrik di Kabupaten Bengkalis-Meranti dikelola oleh PT Persero Perusahaan Listrik Negara PLN telah mengoperasikan PLTD yang
tersebar di seluruh wilayah kabupaten. Untuk listrik pedesaan telah terpasang 53 unit PLTD dengan kapasitas perunit adalah 15 KVA, dan tersebar pada 11
kecamatan di Kabupaten Bengkalis-Meranti. Jumlah tersebut belum termasuk captive power
yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan swasta yang beroperasi di wilayah kabupaten BPS Kabupaten Bengkalis, 2009.
Prasarana listrik di beberapa desa bersumber dari generator milik masyarakat yang dikelola secara swadaya. Layanan listrik ini hanya aktif pada
malam hari dari jam 17.00-07.00 WIB.
Sarana dan Prasarana Telekomunikasi
Pelayanan jasa PT Pos telah menjangkau seluruh wilayah kabupaten yang dilengkapi dengan layanan telepon. Pelayanan jasa telekomunikasi dengan
fasilitas layanan jasa telepon berupa sambungan langsung jarak jauh SLJJ untuk ke dalam dan ke luar negeri dengan sistem sambungan telepon langganan
otomatis STLO dan sentral telepon otomat STO hanya melayani kawasan Kota Bengkalis, Sungai Pakning, Selat Panjang dan Duri.
Saat ini telepon selular dapat dilayani di seluruh wilayah Kabupaten Bengkalis-Meranti yang pengembangannya dilaksanakan oleh PT. Telkom,
Indosat dan Telkomsel. Kapasitas sentral telepon biasa dan telepon fleksi yang dikelola oleh PT. Telkom telah mencapai masing-masing 16.690 unit dan 10.055
unit BPS Kabupaten Bengkalis, 2009.
Kondisi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Bengkalis-Meranti
Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Bengkalis-Meranti selama periode 2002-2007 menunjukkan perkembangan yang pesat, dimana
sektor ini tumbuh sebesar 6,79 . Kondisi ini ditunjang oleh tingginya pertumbuhan sektor perkebunan kelapa sawit yang berorientasi ekspor Syahza,
2010 . Perkembangan luas perkebunan kelapa sawit akan sejalan dengan
meningkatnya produksi TBS sebagai bahan baku CPO. Produksi TBS pada tahun 2006 mencapai 1.280.971,25 ton. Produksi ini juga dapat menjadi indikator
potensi pengembangan industri hilir CPO dan produk turunannya. Kemampuan produktivitas maksimal kebun kelapa sawit di Bengkalis-Meranti sebesar 31,91
ton TBS ha
-1
th
-1
, sementara produktivitas kebun di Riau maksimal sebesar 32,12 ton TBS ha
-1
th
-1
. Sedangkan rata-rata produktivitas kebun kelapa sawit berkisar antara 18 – 22 ton TBS ha
-1
th
-1
Disbun Provinsi Riau, 2009. Pengembangan industri hilir kelapa sawit akan menciptakan multiplier effect ekonomi untuk
sektor angkutan, perdagangan, hotel dan restoran, serta peningkatan sumber pendapatan daerah dari sektor industri.
Peningkatan produksi TBS di Kabupaten Bengkalis-Meranti harus diikuti oleh perkembangan industri pengolahnnya pabrik kelapa sawit. Proyeksi
kebutuhan pabrik kelapa sawit di Kabupaten Bengkalis-Meranti mencapai 6 unit
Tabel 13 hanya mempertimbangkan luas tanaman menghasilkan TM. Jika mempertimbangkan luas tanaman belum menghasilkan TBM dan TM, maka
kebutuhan pabrik kelapa sawit PKS mencapai 14 unit. Tabel 13. Perkiraan Kebutuhan Pabrik Kelapa Sawit untuk Kabupaten Bengkalis-
Meranti Uraian
Luas TM Luas TBM+TM ha
Luas Perkebunan Kelapa Sawit ha 60.281
92.934 Perkiraan Produksi TBS ton
2.177.350 3.356.776
PKS dibutuhkan ton jam
-1
454 699
Kapasitas PKS terpasang ton jam
-1
265 265
Kekurangan PKS ton jam
-1
189 434
Jumlah PKS yang diperlukan 30 ton jam
-1
6 14
Sumber : Nasrul dan Syahza 2009 Keterangan : TM = tanaman menghasilkan; TBM = tanaman belum menghasilkan
Produksi perkebunan TM dan perkiraan yang TBM maka kekurangan pabrik pengolah sebanyak 14 unit dengan kapasitas sebesar 30 ton TBS jam
-1
. Kebutuhan pabrik pengolah TBS ini lebih banyak diperlukan untuk pengolahan
TBS dari perkebunan petani swadaya. Pengembangan industri turunan dari produk CPO akan memunculkan
multiplier effect ekonomi di wilayah sekitarnya. Pembangunan industri kelapa
sawit juga memberikan dampak terhadap meningkatkan pendapatan petani kelapa sawit. Petani kelapa sawit mempunyai peluang pemasaran TBS karena
berkembangnya industri kelapa sawit. Peningkatan pendapatan petani di pedesaan menyebabkan meningkatnya jumlah uang beredar di wilayah sekitarnya.
Keberadaan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh masyarakat secara swadaya memberikan pengaruh kepada tingkat kesejahteraan petani Tabel
14. Pada tahun 2003 indeks pertumbuhan kesejahteraan petani di pedesaan mencapai 1,72. Berarti pertumbuhan kesejahteraan petani mengalami kemajuan
sebesar 172 . Namun pada tahun 2006 memperlihatkan indeks pertumbuhan kesejahteraan petani sangat dirasakan oleh kelompok pendapatan 40 terendah
miskin, ini dibuktikan dengan angka indeks pertumbuhan kesejahteraan bernilai
positif 0,18. Angka tersebut memperlihatkan selama periode tahun 2003-2006 kesejahteraan petani meningkat sebesar 18.
Tingkat kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat pedesaan telah membawa dampak berkembangnya perkebunan kelapa sawit, seperti dipaparkan
pada Tabel 14. Tabel 14. Pertumbuhan indeks kesejahteraan petani kelapa sawit dan multiplier
effect ekonomi pedesaan di Provinsi Riau.
Kelompok Pendapatan 2003
2006 2009
w g
w g
w g
20 pendapatan terendah 0.1169
-0.0344 0.1040
-0.0129 0.1127
-0.0087 20 pendapatan terendah kedua
0.1583 -0.0363
0.1590 0.0007
0.1547 0.0043
20 pendapatan terendah ketiga 0.1831
-0.0321 0.1791
-0.0040 0.1841
-0.0050 20 pendapatan terendah keempat
0.2107 0.0097
0.2260 0.0153
0.2197 0.0063
20 pendapatan tertinggi 0.3309
0.0930 0.3319
0.0010 0.3288
0.0031 Indeks Kesejahteraan G
1.72 0.18
0.12 Multiplier Effect
Ekonomi 4,37
2,48 3,03
Sumber : Syahza, 2010 Keterangan : w = bobot kesejahteraan kelompok; g = tingkat pertumbuhan sosial
Selama periode tahun 2006-2009 indeks kesejahteraan petani kelapa sawit masih mengalami nilai positif yakni sebesar 0,12. Walaupun pada patahun 2008-
2009 ekonomi dunia mengalami krisis global, namun petani kelapa sawit masih sempat menikmati kesejahteraannya. Hal ini dibuktikan dengan kenaikkan
kesejahteraan petani sebesar 12. Rendahnya indeks kesejahteraan petani kelapa sawit periode tahun 2006-
2009 juga tidak terlepas dari dampak krisis ekonomi global. Hal tersebut menyebabkan harga CPO di pasaran dunia pada akhir tahun 2008 sampai triwulan
pertama tahun 2009 turun. Tentu saja dampak harga ini juga berpengaruh terhadap harga di tingkat petani kelapa sawit. Karena itu indeks kesejahteraan petani kelapa
sawit turun dibandingkan periode sebelumnya. Syahza 2009 menunjukkan pendapatan petani kelapa sawit sebesar Rp 2.117.302 bulan
-1
atau sebesar Rp 25.407.624 tahun
-1
dengan luasan lahan 2 ha.
Kebijakan Pembangunan Perkebunan Sawit di Kabupaten Bengkalis- Meranti
Permasalahan pengembangan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut di Kabupaten Bengkalis-Meranti menghadapi berbagai persolaan antara lain : 1
karakteristik biofisik gambut yang rentan terhadap terjadinya subsidensi, kering tidak balik, mudah terbakar, kahat hara makro dan mikro; 2 produktivitas rendah
karena input yang rendah seperti bibit, pupuk, pencegahan hama dan penyakit serta pengolahan lahan; 3 lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap
sumber modal; 4 kendala pemasaran hasil perkebunan Disbunhut Kabupaten Bengkalis, 2008.
Strategi kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis-Meranti antara lain : 1 pengembangan dan pemeliharaan perkebunan
pada lahan gambut dilakukan berdasarkan karakteristik biofisik lahan setempat; 2 malaksanakan program revitalisasi dan kemitraan antara masyarakat petani
dengan perusahaan besar swasta; 3 melakukan pemberdayaan lembaga ekonomi pedesaan dengan pembentukan koperasi.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit juga menjadi program strategis yang dilakukan Pemerintah Provinsi Riau. Pembangunan sektor perkebunan
merupakan bagian dari program penanggulangan kemiskinan, kebodohan dan keterbatasan infrastruktur K2I yang dilakukan pada daerah pedesaan dengan
tingkat kemiskinan yang tinggi. Pembangunan perkebunan kelapa sawit rakyat dilakukan oleh perusahaan pengembang yang nantinya akan bertindak sebagai
mitra usaha dengan pekebun yang tergabung dalam wadah kelembagaan pekebun. Dana yang digunakan bersumber dari APBD dan untuk perkebunan yang telah
terbangun serta layak secara teknis akan diberikan kepada para petani. Sedangkan biaya selama pembangunan 48 bulan tanpa bunga akan dikembalikan dengan
memotong sebagian dari hasil kebun kelapa sawit yang telah menghasilkan Dinas Perkebunan Provinsi Riau, 2009.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan permodalan Pemerintah Provinsi Riau membuat kebijakan dengan melaksanakan program pemberdayaan ekonomi
kerakyatan PEK. Program PEK bertujuan untuk perbaikan ekonomi kerakyatan bagi masyarakat kecil yang terdapat di pedesaan dengan menerapkan strategi
pembangunan pada pemerataan dan keadilan. Pelaksanaan program PEK pada
sektor perkebunan dilaksanakan dengan cara memberikan pinjaman modal kepada para pekebun yang telah tergabung dalam kelompok tani. Pengembangan usaha
perkebunan dilakukan dengan beberapa program antara lain : 1 melakukan perluasan areal perkebunan; 2 peremajaan dan rehabilitasi tanaman; 3
pembibitan; 4 pengembangan industri hilir; 5 pengembangan usaha tani terpadu dengan integrasi kebun dan ternak.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Lahan Gambut di Kabupaten Bengkalis-Meranti
Berdasarkan kedalaman lapisan bahan organik maka gambut dapat dibedakan antara lain : 1 gambut dangkal dengan ketebalan 50-100 cm; 2
gambut sedang dengan ketebalan 100-200 cm; 3 gambut dalam dengan ketebalan 200-300; 4 gambut sangat dalam dengan ketebalan lebih dari 300 cm
Noor, 2001. Luas lahan gambut dengan berbagai ketebalan di Kabupaten Bengkalis-Meranti tertera pada Tabel 15.
Tabel 15. Luas dan ketebalan lahan gambut di Kabupaten Bengkalis-Meranti
Ketebalan Gambut cm Luas
ha 50-100
56.346 7,1
100-200 271.307
33,9 200-300
261.294 32,6
300 211.071
26,4 Total
800.018 100,0
Sumber : Hasil perhitungan dari Bapeda Kabupaten Bengkalis 2007
Lokasi penyebaran lahan gambut tersebut pada setiap Kecamatan antara lain : Kecamatan Bukit Batu sekitar 120.181 ha; Merbau 110.920 ha; Pinggir
99.778 ha; Siak Kecil 86.456 ha; Tebing Tinggi 74.573 ha; Rupat 66.261 ha; Rangsang 52.489 ha; Bengkalis 41.584 ha; Mandau 40.356 ha; Tebing Tinggi
Barat 39.954 ha; Bantan 33.031 ha; Rangsang Barat 20.521 ha dan Rupat Utara 13.914 ha Bapeda Kabupaten Bengkalis, 2007.
Karaketristik utama satuan lahan gambut di Kabupaten Bengkalis-Meranti dikelompokkan menjadi tiga yaitu d1, d2, dan d3 Tabel 16. Terdapat tiga sub
grup kubah gambut antara lain : 1 kubah gambut yang telah diolah, mengalami pemadatan, terpengaruh air asin D.2.3.2; 2 kubah gambut oligotropik yang
terpengaruh air asin D.2.2.2 dan 3 kubah gambut oligotropik air tawar D.2.1.3. Semua sub grup ini berkembang dari bahan organik pada endapan
permukaan tua berumur kuarter pleistosen dengan bentuk wilayah datar sampai sedikit cembung atau cekung, lereng 0 – 2 dan tinggi tempat bervariasi 1 - 30 m
dari permukaan laut. Kondisi lingkungan demikian sisa tumbuhan sulit hancur dan menumpuk sebagai gambut dengan atau tanpa hancuran endapan tanah mineral.