tani gapoktan serta koperasi yang diharapkan menjadi fasilitator belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Kepemilikan PKS oleh investor dan pekebun dimungkinkan dengan adanya pembiayaan yang bersumber dari dana pembiayaan usaha yang dapat
terjangkau dan murah melalui adanya mekanisme subsidi bunga oleh pemerintah daerah APBD atau pemerintah pusat APBN. Hal ini didukung oleh ketersedian
lembaga keuangan pada skala mikro koperasi kerjasama investor, pekebun, bank dan pemerintah
Pada masa yang akan datang strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki faktor dominan struktur dan akses permodalan pada perkebunan
kelapa sawit di lahan gambut sebagai berikut : a pembiayaan melalui KUD yang difasilitasi pemerintah; b pembiayaan melalui KUD yang difasilitasi pemerintah
dan perbankan; c pembiayaan melalui KUD yang difasilitasi pemerintah, perbankan dan investor.
5.9. Skenario Model Pengelolaan Lahan Gambut.
Strategi pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut dilakukan dengan pendekatakan analisis keberlanjutan kondisi eksisting dan
analisis kebutuhan stakeholders. Untuk mengetahui indeks dan status keberlanjutan digunakan metode multi dimensional scalling MDS yang disebut
dengan Rap-Insus-Landmag. Indikator yang dianalisis mencakup 5 dimensi keberlanjutan yakni ekologi, ekonomi, sosial, infrastruktur dan teknologi serta
hukum dan kelembagaan. Analisis dengan Rap-Insus-Landmag diperoleh indeks dan status
keberlanjutan pada masing-masing dimensi serta faktor-faktor pengungkit atau atribut kunci. Hasil analisis tersebut kemudian dilanjutkan dengan analisis
prospektif untuk menentukan faktor kunci atau dominan. Faktor-faktor tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem yang akan dibangun
dalam upaya untuk pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut secara berkelanjutan.
Analisis kebutuhan stakeholders dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor berdasarkan preferensi kebutuhan pada masa yang akan datang. Faktor-faktor atau
atribut-atribut kebutuhan stakeholders tersebut kemudian dilakukan analisis prospektif untuk memperoleh faktor-faktor kunci atau dominan terhadap
pencapaian pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut. Hasil analisis keberlanjutan di integrasikan dengan analisis kebutuhan
stakeholders menggunakan analisis prospektif. Hasil yang diperoleh digunakan
untuk menyusun strategi pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut. Hasil integrasi akan diperoleh faktor dominan yang akan digunakan
sebagai dasar penyusunan skenario strategi pengelolaan perkebunan kelapa sawit rakyat pada lahan gambut.
Skenario merupakan gambaran kondisi masa depan dari setiap dimensi dan setiap faktor kunci keberlanjutan. Skenario yang ditetapkan kemudian
disimulasikan untuk menilai indeks dan status keberlanjutan pada masa yang akan datang dengan menggunakan analisis MDS. Perubahan kondisi state masing-
masing faktor dominan di masa yang akan datang memiliki sejumlah kemungkinan yang berbeda, seperti yang dipaparkan pada Tabel 32.
Tabel 32. Uraian masing-masing skenario strategi pengelolaan lahan gambut. Skenario
Uraian keterangan I
Melakukan perbaikan pada pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut dengan cara peningkatan skoring pada
beberapa atribut sensitif pada dimensi yang tidak berkelanjutan secara minimal
II Melakukan perbaikan pada pengelolaan perkebunan kelapa
sawit pada lahan gambut dengan cara peningkatan skoring pada beberapa atribut sensitif pada seluruh dimensi secara optimal
III Melakukan perbaikan pada pengelolaan perkebunan kelapa
sawit pada lahan gambut dengan cara peningkatan skoring pada seluruh atribut sensitif secara maksimal
Secara operasional penerapan strategi pengelolaan lahan gambut pada agroekologi perkebunan kelapa sawit dilakukan seperti dipaparkan pada Tabel 33.
Tabel 33. Penerapan model pengelolaan lahan gambut pada perkebunan kelapa sawit rakyat.
Faktor Dominan Pengelolaan Lahan Gambut
Pengaturan tata air dan lahan
Pada perkebunan rakyat pengelolaan air pada skala mikro, yaitu yang berada di tingkat pekebun yang meliputi pembuatan saluran
keliling dan pembuatan pintu air tabat. Biaya operasional yang diperlukan untuk lahan gambut Rp. 4.045.013 ha
-1
standar biaya pembukaan lahan gambut dan pembuatan saluran pada PBS
Program pemberdayaan Pengembangan agroindustri kelapa sawit dengan strategi
pemberdayaan dilakukan dengan membentuk kelembagaan kerjasama jangka panjang antara investor dengan pekebun yang
berhimpun dalam koperasi. Pola ini mengimplementasikan strategi pemberdayaan pekebun agar dapat ikut memiliki PKS, sehingga
pekebun dapat menikmati keuntungan dari kegiatan off farm yang berlokasi di sekitar kebun.
Kerjasama antar stakeholders
Pembentukan kelembagaan lintas sektoral untuk mendukung kerjasama antar stakeholders, dapat dilakukan dengan membentuk
“kelompok kerja” pokja yang difasilitasi oleh Dinas Perkebunan. Dalam kerangka pembentukan kemitraan usaha pola agroindustri
kelapa sawit dibentuk kelembagaan dengan pelaku utama adalah 1 investor yang membangun pabrik dan kebun, 2 koperasi pekebun
yang akan menerima alih usaha dari investor; 3 manajemen unit usaha yang mengadakan kontrak manajemen dengan koperasi
pekebun untuk mengelola usaha perkebunan; 4 lembaga pembiayaan usaha bank
Manajemen produksi
tanaman sawit Produktivitas tanaman yang tinggi dilakukan dengan pengelolaan
tanaman meliputi pembibitan kelapa sawit, pengawetan tanah, penaman kacang kacangan, penanaman kelapa sawit dan
pembuatan prasarana. Selanjutnya pemeliharaan TBM 1-3 tahun meliputi pembuatan piringan gawangan, pengendalian gulma,
pemupukan tanaman, pengendalian hama dan penyakit, tunas pokok, kastrasi dan sanitasi, penyisipan dan konsolidasi pokok
doyong, perawatan parit dan konservasi tanah dan perawatan prasarana. Biaya yang diperlukan pada manajemen produksi
tanaman sebesar Rp. 14.236.143 ha
-1
. Total biaya yang diperlukan mulai perencanaan lahan sampai pemeliharaan TBM 3 tahun
sebesar
Rp. 33.000.000 ha
-1
.
Industri pengolahan Integrasi struktur pabrik dan pekebun dalam usaha perkebunan
kelapa sawit rakyat melalui kemitraan usaha pola agroindustri kelapa sawit. Hal ini dilakukan dengan membangun koperasi
pekebun yang anggotanya secara kolektif mempunyai luas kebun 800 ha dengan pendirian PKS skala 5 ton TBS jam
-1
, estimasi biaya yang diperlukan sekitar Rp.10 milyar
Struktur dan akses permodalan
Kepemilikan PKS oleh investor dan pekebun dimungkinkan dengan adanya pembiayaan yang bersumber dari dana pembiayaan usaha
yang dapat terjangkau dan murah melalui adanya mekanisme subsidi bunga oleh pemerintah daerah APBD atau pemerintah
pusat APBN. Hal ini didukung oleh ketersedian lembaga keuangan pada skala mikro koperasi kerjasama investor, pekebun,
bank dan pemerintah
Perubahan kondisi yang akan datang terhadap faktor kunci pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut dipaparkan pada Tabel 34.
Tabel 34. Perubahan faktor-faktor dominan strategi pengelolaan lahan gambut pada perkebunan kelapa sawit rakyat.
No. Faktor Dominan
Keadaan pada masa yang akan datang A
B C
D 1.
Pengaturan tata air dan lahan
Saluran tata air mikro di areal
perkebunan sangat terbatas
Pembuatan saluran tata air
mikro di areal perkebunan
Pembuatan saluran tata air
mikro di areal perkebunan dan
pembuatan pintu air
Pembuatan saluran tata air mikro di
areal perkebunan dan pembuatan
pintu air dengan mempertahankan
kedalaman muka air tanah 50 – 80
cm
2. Pemberdayaan
masyarakat Kelembagaan
kelompok tani tidak tersedia
Membentuk kelembagaan
kelompok tani Membentuk
kelembagaan kelompok tani
dan wadah koperasi
Membentuk kelembagaan
kelompok tani dan wadah koperasi
dengan membangun
kemitraan dengan investor
3. Kerjasama antar
stakeholders Perkebunan
sawit rakyat dilakukan tanpa
kerjasama antar stakeholders
Pengelolaan perkebunan
sawit rakyat dilakukan
kerjasama antara pekebun
poktan dengan pemerintah
Pengelolaan perkebunan
sawit rakyat dilakukan
kerjasama antara pekebun
poktan, pemerintah dan
investor Pengelolaan
perkebunan sawit rakyat dilakukan
kerjasama antara pekebun poktan,
pemerintah, investor dan bank
4. Manajemen
produksi tanaman sawit
Manajemen produksi tanpa
perencanaan penanaman,
pemeliharaan dan panen
Manajemen produksi dengan
perencanaan, penanaman,
pemeliharaan dan panen
dilakukan secara minimal
Manajemen produksi
dengan perencanaan,
penanaman, pemeliharaan
dan panen dilakukan secara
optimal Manajemen
produksi dengan perencanaan,
penanaman, pemeliharaan dan
panen dilakukan secara maksimal
5. Industri
Pengolahan PKS tersedia
dengan akses terbatas
PKS tersedia di sekitar kebun
dengan akses pedagang
perantara PKS tersedia di
sekitar kebun dengan akses
langsung melalui KUD
PKS dengan kepemilikan
bersama melalui pola kemitraan
KUD, investor bank dan
pemerintah
6. Struktur dan
akses permodalan
Pembiayaan murni swadaya
pekebun Pembiayaan
melalui KUD difasilitasi
pemerintah Pembiayaan
melalui KUD difasilitasi
pemerintah dan bank
Pembiayaan melalui
lembaga keuangan
mikro dengan kemitraan
pemerintah, bank dan investor
Keterangan : A = kondisi eksisting; B = skenario I; C = skenario II; D = skenario III. Skoring A = 0; B = 1; C = 2; D = 3
6
Model pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis-Meranti
dilakukan berdasarkan atas rekomendasi yang disusun pada skenario I minimal, II optimal dan III maksimal. Pendekatan integratif faktor pengaturan tata air
dan lahan a, pemberdayaan masyarakat p, kerjasama antar stakeholders s, manajemen produksi tanaman sawit t, industri pengolahan i, struktur dan akses
permodalan m dalam hubungan fungsi G = f a, p, s, t, i, m menjadi pertimbangan dalam penentuan pengelolaan lahan gambut.
Jika pengaturan tata air dan lahan a, manajemen produksi tanaman sawit t dan industri pengolahan i merupakan suatu konstanta c, hal ini didasarkan
atas asumsi bahwa ke tiga faktor merupakan variabel yang bersifat tetap konstan dan diperlukan dalam pengelolaan lahan gambut pada perkebunan
kelapa sawit. Dengan demikian formulasi pengelolaan lahan gambut adalah : G
j
= ∑ c p
ij
. s
ij
. m
ij i=1
dimana : i = 1,2,3,4,5,6 fungsi ke i
j = 1, 2, 3 skenario ke j maka formulasi pengelolaan lahan gambut dalam berbagai skenario adalah :
G
1
= c p
1.1
s
1.1
m
1.1
+ ... + p
6.1
s
6.1
m
6.1
; skenario minimal G
2
= c p
1.2
s
1.2
m
1.2
+ ... + p
6.2
s
6.2
m
6.2
; skenario optimal G
3
= c p
1.3
s
1.3
m
1.3
+ ... + p
6.3
s
6.3
m
6.3
; skenario maksimal Implementasi model pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan
gambut berbasis sumberdaya lokal dilakukan untuk mencapai kondisi yang optimum dengan memperhatikan besarnya biaya yang dibutuhkan seperti
tercantum pada Tabel 35. Tabel 35. Skenario strategi pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan
gambut berbasis sumberdaya lokal di Kabupaten Bengkalis-Meranti Kondisi eksisting
Susunan Atribut Faktor Dominan Skenario
I minimal II optimal
III maksimal 1A, 2A, 3A, 4A,
5A, 6A 1B, 2B, 3A, 4B,
5A, 6B 1C, 2C, 3B, 4C,
5B, 6C 1D, 2D, 3D, 4D,
5D, 6D
5.10. Rekomendasi Model Pengelolaan Lahan Gambut.