Gambar 18. Diagram layang-layang status keberlanjutan perkebunan kelapa sawit
pada lahan gambut transisi. Tingkat keberlanjutan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut
transisi menunjukkan kondisi sedang. Pada aspek ekologi mempunyai nilai yang rendah dibandingkan dengan aspek lainnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut menyebabkan munculnya permasalahan lingkungan. Keadaan ini dibatasi juga oleh terbatasnya infrastruktur
dan teknologi yang digunakan untuk pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut.
5.6.1. Keberlanjutan Dimensi Ekologi
Analisis keberlanjutan dimensi ekologi dilakukan dengan menggunakan 12 atribut yang diperkirakan berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi ekologi
antara lain : 1 tingkat konversi lahan gambut; 2 tingkat kesesuian lahan gambut; 3 kesuburan lahan gambut; 4 laju subsidensi; 5 kejadian kekeringan;
6 intensitas kebakaran lahan; 7 pengaturan tata air dan lahan; 8 penggunaan amelioran; 9 manajemen produksi tanaman sawit; 10 penerapan teknik
konservasi; 11 kearifan lokal; 12 pengelolaan perkebunan. Hasil analisis MDS untuk dimensi ekologi menunjukkan bahwa besarnya
indeks keberlanjutan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut pantai 49,14 dan gambut transisi 46,60 Gambar 17 dan 18. Kurang berlanjutnya perkebunan
kelapa sawit pada lahan gambut disebabkan oleh pengelolaan yang belum
46.60 64.07
54.47 49.64
56.99
20 40
60 80
100
Ekonomi
Ekologi
Sosia l Infrastruktur da n
Teknologi Hukum dan
Kelemba ga an
memperhatikan karakteristik biofisik gambut secara spesifik lokasi. Pembukaan lahan gambut belum diikuti oleh pengaturan tata air water management yang
baik. Kondisi ini menyebabkan lahan gambut menjadi kering pada saat kemarau dan tergenang banjir pada saat musim penghujan. Hal ini menyebabkan
produktivitas lahan gambut yang rentan terhadap perubahan menjadi rendah. Produktivitas rendah disebabkan oleh pengelolaan lahan gambut yang belum
mengikuti kaidah pertanian ramah lingkungan konservasi.
a b Gambar 19.Indeks keberlanjutan a dan peran atribut yang sensitif mempengaruhi
keberlanjutan dimensi ekologi b di perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut pantai.
Analisis leverage digunakan untuk mengetahui atribut-atribut yang sensitif atau memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan. Hasil analisis
leverage Gambar 19b pada perkebunan kelapa sawit pada fisiografi lahan tipe
luapan B menunjukkan bahwa pada dimensi ekologi yang menjadi faktor pengungkit utama adalah : 1 pengaturan tata air dan lahan; 2 penggunaan
amelioranpemupukan; 3 kebakaran lahan. Sedangkan hasil analisis leverage perkebunan kelapa sawit pada lahan
gambut transisi Gambar 19b menunjukkan bahwa pada dimensi ekologi yang menjadi faktor pengungkit utama adalah : 1 pengaturan tata air dan lahan; 2
penggunaan amelioranpemupukan; 3 kebakaran lahan; 4 produktivitas tanaman Gambar 19b. Sabiham 2000; Las et al. 2009 menyebutkan bahwa
keberhasilan pengembangan pertanian berkelanjutan pada lahan gambut adalah dengan melakukan pengaturan tata lahan dan air soil and water management
RAPLAND Ordination
49.14
DOWN UP
BAD GOOD
-60 -40
-20 20
40 60
20 40
60 80
100 120
Ecology Peatland Sustainability O
th e
r D
is ti
n g
is h
in g
F e
a tu
r e
s
Real Fisheries References
A nchors
Leverage of Attributes
0.00 0.39
0.70 0.10
0.89 1.51
3.00 2.97
0.82 0.95
0.39 0.36
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 Tingkat konversi lahan gambut
Kesesuaian lahan gambut Keseburan lahan gambut
Laju subsudensi Kejadian kekeringan
Kebakaran lahan Pengaturan tata air
Penggunaan amelioranpemupukan Produktivitas kebun sawit
Penerapan teknik konservasi Kearifan ekologi
Pengelolaan perkebunan
A tt
ri b
u te
Root Mea n Square Change in Ordina tion whe n Selected Attribute Re move d on Sustainability sca le 0 to 100
yang sesuai dengan karakteristik air di daerah tersebut, baik tata air makro maupun tata air mikro, karena sangat mempengaruhi laju subsiden, kering tak
balik dan kebakaran lahan. Price et al. 2003 k
eberhasilan pengelolaan tata air harus disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan karakteristik gambut.
Keberhasilan pengelolaan lahan gambut ditentukan oleh kemampuan untuk unutk mengatasi permasalahan biofisik seperti kemasaman, kelarutan ion-
ion toksik, kahat hara makro, penurunan muka tanah subsidence, sifat kering tak balik irreversible drying, dan daya sangga tanah bearing capacity yang rendah.
a b Gambar 20.Indeks keberlanjutan a dan peran atribut yang sensitif mempengaruhi
keberlanjutan dimensi ekologi b di perkebunan kelapa sawit pada fisografi lahan gambut transisi.
Hooijer et al. 2006 menyatakan bahwa pengaturan tata air kedalaman drainase akan berpengaruh pada laju subsidensi pada lahan gambut. Semakin
rendah permukaan air tanah water table akan menyebabkan meningkatnya laju subsiden pada lahan gambut.
Pemberian amelioran dengan tanah mineral berkadar besi tinggi dapat mengurangi pengaruh buruk dari asam-asam fenolat Salampak, 1999; Mario,
2002 diacu dalam Hartatik dan Suriadikarta, 2003. Pemberian tanah mineral berkadar besi tinggi dapat menurunkan asam-asam fenolat. Hal ini disebabkan
oleh adanya interaksi antara kation Fe dari bahan amelioran sebagai jembatan kation dan asam-asam fenolat melalui proses polimerisasi. Kation Fe bereaksi
dengan ligan organik membentuk ikatan kompleks.
RAPLAND Ordination
46.60
DOWN UP
BAD GOOD
-60 -40
-20 20
40 60
20 40
60 80
100 120
Ecology Peatland Sustainability O
th e
r D
is ti
n g
is h
in g
F e
a tu
r e
s
Real Fisheries References
Anchors
Leverage of Attributes
0.59 0.28
0.76 0.15
0.99 1.13
2.82 2.98
1.20 0.48
0.07 0.02
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 Tingkat konversi lahan gambut
Kesesuaian lahan gambut Keseburan lahan gambut
Laju subsudensi Kejadian kekeringan
Kebakaran lahan Pengaturan tata air
Penggunaan amelioranpemupukan Produktivitas kebun sawit
Penerapan teknik konservasi Kearifan ekologi
Pengelolaan perkebunan
A tt
ri b
u te
Root Mean Square Change in Ordination w hen Sel ected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
5.6.2. Keberlanjutan Dimensi Ekonomi