Keberlanjutan Dimensi Hukum dan Kelembagaan

5.5.5. Keberlanjutan Dimensi Hukum dan Kelembagaan

Analisis keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan dilakukan dengan menggunakan 8 atribut yang diperkirakan berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi ekonomi antara lain : 1 kebijakan pusat dan daerah pada perkebunan sawit; 2 ketersediaan lembaga kelompok tani; 3 keberadaan lembaga keuangan mikro; 4 ketersediaan lembaga sosial; 5 penyuluh lapangan; 6 interaksi antar lembaga; 7 kelembagaan pelayanan kesehatan; 8 pengelolaan kelembagaan ekonomi. Hasil analisis MDS untuk dimensi hukum dan kelembagaan diketahui bahwa besarnya indeks keberlanjutan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut pantai sebesar 50,33 Gambar 17. Sedangkan indeks keberlanjutan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut transisi sebesar 56,99 Gambar 18. Hasil analisis leverage Gambar 27 terhadap atribut yang sensitif atau memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut pantai menunjukkan bahwa pada dimensi hukum dan kelembagaan yang menjadi faktor pengungkit utama adalah : 1 interaksi antar lembaga; 2 keberadaan lembaga keuangan mikro; 3 ketersedian lembaga kelompok tani. a b Gambar 27. Indeks keberlanjutan a dan peran atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan b di perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut pantai. RAPLAND O rdin ati on 50.33 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Law an d Insti tution Pe atland Sustai nability O th er D is ti n g is h in g F ea tu r es Real Fisheries References Anchors Leverage of Attributes 1.06 4.19 5.37 0.98 1.48 5.23 1.55 2.53 1 2 3 4 5 6 Sinkronisasi Kebijakan Lembaga kelompok tani Lembaga keuangan mikro Lembaga Sosial Penyuluh lapangan Interaksi antar lembaga Kelembagaan pelayanan kesehatan Pengelolaan kelembagaan ekonomi A tt ri b u te Root Mean Square Cha nge in Ordination when Selected Attribute Remove d on Sustainability scale 0 to 100 Sedangkan hasil analisis leverage Gambar 28 dimensi hukum dan kelembagaan pada lahan gambut transisi mempunyai faktor pengungkit adalah : 1 interaksi antar lembaga; 2 keberadaan lembaga keuangan mikro; 3 ketersedian lembaga kelompok tani. Interaksi antar lembaga yang terkait stakeholders akan sangat mempengaruhi keberhasilan pengembangan perkebunan kelapa sawit di lahan gambut. Jatmika 2007 menyatakan bahwa lembaga pemerintah menjadi faktor penggerak utama dan berpengaruh dalam program pengembangan perkebunan kelapa sawit seperti Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi dan UKM serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Kemudian secara simultan lembaga pemerintah ini akan mendorong berperan aktifnya kelompok pekebun dan gabungan kelompok pekebun. Peran aktif lembaga-lembaga ini akan mendorong berperan aktifnya koperasi pekebun. Situasi ini akan menciptakan iklim investasi yang mampu mengundang investor dan lembaga keuangan untuk terlibat dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit. a b Gambar 28. Indeks keberlanjutan a dan peran atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan b di perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut transisi. Keberhasilan interaksi harus dilakukan dalam konteks kemitraan sejajar antar stakeholders terkait pengembangan perkebunan kelapa sawit. Sunarko 2009 menyebutkan bahwa kemitraan merupakan kunci utama dalam menciptakan interaksi antar lembaga. Kemitraan dibangun berdasarkan RAPLAND O rdination 56.99 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Law and Institution Peatsoil Sustainability O th e r D is ti n g is h in g F e a tu r e s Real Fisheries References Anchors Leverage of Attributes 0.64 4.94 6.02 6.31 7.74 3.53 2.88 3.39 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sinkronisasi Kebijakan Lembaga kelompok tani Lembaga keuangan mikro Lembaga Sosial Penyuluh lapangan Interaksi antar lembaga Kelembagaan pelayanan kesehatan Pengelolaan kelembagaan ekonomi A tt ri b u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 kepercayaan satu dengan lainnya yang nyata dan terukur. Di dalam kemitraan harus terdapat komitmen yang saling memuaskan berbagai pihak dan menumbuhkan saling ketergantungan. Kelembagaan yang kuat pada tingkat pekebun akan menciptakan kemandirian masyarakat. Pembangunan perkebunan saat ini lebih banyak dilakukan oleh masyarakat secara swadaya. Syahza 2010 mengusulkan model kelembagaan ekonomi pada perkebunan kelapa sawit yang disebut dengan Model Agroestate Berbasis Kelapa Sawit ABK. Tujuan pengembangan model ini untuk mengurangi dikotomi-dikotomi dari pembagian keuntungan yang tidak adil antara pekebun kelapa sawit plasma dan swadaya dengan perusahaan inti. Dalam model ini juga akan di integrasikan dengan industri pengolahan kelapa sawit dalam bentuk pola agroindustri sawit skala kecil. Hasil analisis MDS menghasilkan atribut kunci yang mempengaruhi tingkat keberlanjutan pengelolaan lahan gambut pantai dan transisi untuk perkebunan kelapa sawit, seperti tercantum pada Tabel 27. Tabel 27. Atribut kunci yang mempengaruhi indeks keberlanjutan pengelolaan lahan gambut pada perkebunan kelapa sawit. No. Dimensi Atribut Kunci Leverage 1. Ekologi a. pengaturan tata lahan dan air b. penggunaan amelioranpemupukan c. pencegahan kebakaran lahan d. manajemen produksi tanaman sawit 3,00 2,98 1,51 1,20 2. Ekonomi a. kredit usaha tani b. harga tandan buah segar TBS sawit c. pendapatan pekebun d. pemasaran TBS sawit e. status kepemilikan lahan 3,93 3,30 3,25 2,92 2,63 3. Sosial a. peluang kemitraan b. intensitas konflik sosial c. pemberdayaan masyarakat d. tingkat pendidikan 3,64 3,33 2,06 1,67 4. Infrastruktur dan Teknologi a. standarisasi mutu produk sawit b. industri pengolahan sawit c. dukungan sarana dan prasarana 5,53 5,09 5,06 5. Hukum dan Kelembagaan a. keberadaan lembaga keuangan mikro b. ketersedian lembaga kelompok tani c. interaksi antar lembaga 6,02 5,37 5,23 Ditemukan 19 atribut kunci dari 50 atribut pada dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan teknologi, hukum dan kelembagaan yang mempengaruhi tingkat keberlanjutan pengelolaan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit. Peningkatan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan gambut pada perkebunan kelapa sawit sangat ditentukan oleh interaksi antar komponen pada setiap dimensi. Gambaran mengenai interaksi antar atribut kunci dipaparkan pada Gambar 29. Gambar 29. Bagan interaksi antar atribut kunci dalam pengelolaan lahan gambut pada agroekologi perkebunan kelapa sawit. Harga TBS Pemberdayaan Masyarakat Standarisasi Mutu Sawit Tingkat Pendidikan Industri Pengolahan Lahan Gambut Keberlanjutan Hutan Rawa Gambut Pengaturan Tata Lahan dan Air Pencegahan Kebakaran Lahan Penambahan Amelioran Produktivitas Lahan Gambut Agroekologi Perkebunan Kelapa Sawit Kredit Usaha Tani Kelompok Tani Mencegah Konflik sosial Kepemilikan Lahan Sarana Produksi Lembaga Keuangan Mikro Kemitraan Manajemen Produksi Tanaman Sawit

5.6.6. Analisis Monte Carlo