PENYIDIKAN PELANGGARAN HAK CIPTA

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ perkara kasasi yang bersangkutan kepada Mahkamah Agung paling lama 14 empat belas hari setelah lewat jangka waktu penyampaian kontra memori kasasi. Pasal 64 menegaskan bahwa Mahkamah Agung wajib mempelajari berkas perkara kasasi dan menetapkan hari sidang paling lama 7 tujuh hari setelah permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi mulai dilakukan paling lama 60 enam puluh hari setelah permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. Putusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lama 90 sembilan puluh hari setelah permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. Putusan atas permohonan kasasi tersebut memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut dan harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan salinan putusan kasasi kepada panitera Pengadilan Niaga paling lama 7 tujuh hari setelah putusan atas permohonan kasasi diucapkan. Juru sita wajib menyampaikan salinan putusan kasasi kepada pemohon kasasi dan termohon kasasi paling lama 7 tujuh hari setelah putusan kasasi diterima oleh panitera baik Panitera Pengadilan Niaga maupun Panitera Mahkamah Agung. d. Pengajuan tuntutan pelanggaran hak cipta dapat juga dilakukan secara pidana, denga cara melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak penyidik POLRI dan atau PPNS DJHKI. UUHC telah merumuskan perbuatan-perbuatan yang dikategorikan sebagai tindak pidana hak cipta. Sebenarnya tindak pidana hak cipta merupakan delik biasa, penindakan dapat segera dilakukan tanpa perlu menunggu adanya pengaduan dari pemegang hak cipta yang haknya dilanggar.

8. PENYIDIKAN PELANGGARAN HAK CIPTA

Mengenai penyidikan atas pelanggaran hak cipta diatur dalam Pasal 71 UUHC 2002, dimana dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 diadakan ketentuan baru tentang penyidik, yang sebelumnya tidak ada. Kewenangan menyidik tindak pidana hak cipta, ternyata tidak hanya di tangan Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, tetapi juga berada di tangan Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil PPNS. Penyidik Hak Cipta mempunyai wewenang: a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang hak cipta. ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ b. Melakukan pemeriksaan terhadap pihak atau badan hukum yang diduga melakukan tindak pidana di bidang hak cipta. c. Meminta keterangan dari pihak atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang hak cipta. d. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang hak cipta. e. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain. f. Melakukan penyitaan bersama-sama dengan pihak Kepolisian terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang hak cipta. g. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang hak cipta. Dalam Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04.PW.07.03 Tahun 1988 tentang Penyidik Hak Cipta menegaskan, bahwa penyidik hak cipta tidak berwenang melakukan penangkapan dan atau penahanan, kecuali dalam hal tertangkap tangan, Penyidik Hak Cipta berwenang menangkap tersangka tanpa surat perintah dan segera menyerahkan tersangka beserta barang bukti kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indone- sia. Penangkapan hanya dapat dilakukan untuk paling lama satu hari. Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik PPNS berada di bawah koordinasi dan pengawasan Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Karena itu, selama penyidikan berlangsung,Penyidik PPNS perlu berkonsultasi dengan Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Dalam tahapan inilah Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia memberikan petunjuk yang bersifat teknis mengenai bentuk dan isi berita acara dan sekaligus meneliti kebenaran materiil isi berita acara penyidikan tersebut. Setelah penyidikan selesai, hasil penyidikan tersebut diserahkan kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya wajib segera menyampaikan hasil penyidikan tersebut kepada Penuntut Umum.

9. KETENTUAN PIDANA DALAM UUHC