TUJUAN PERLINDUNGAN HAKI PERLINDUNGAN HUKUM HAKI SISTEM PERLINDUNGAN HAKI TUNTUTAN DAN GUGATAN HAKI

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek. Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

D. TUJUAN PERLINDUNGAN HAKI

Memberi kejelasan hukum, mengenai hubungan antara kekayaan intelektual dengan penemu pencipta, pemegang atau pemakai yang mempergunakan hak atas kekayaan intelektual tersebut. Hak adalah kepentingan yang dilindungi hukum dan memberi kenikmatan dan kekuasaan kepada individu yang memiliki HaKI tersebut untuk melaksanakan

E. PERLINDUNGAN HUKUM HAKI

Sistem HaKI termasuk hak privat bila menghendaki hak tersebut dilindungi hukum, maka yang bersangkutan wajib mengajukan permohonan ke Dirjen HAKI. Permohonan tersebut harus berbahasa Indonesia dan harus sesuai dengan tata cara dan syarat yang diberlakukankan. Bila permohonan memenuhi syarat administrasi dan persyaratan for- mal maka kepadanya diberikan tanggal penerimaan atau filling date, fungsi filling date: tanggal ketika Dirjen HaKI menerima dokumen permohonan HKI secara lengkap dari pemohon, sebagai tanggal awal perhitungan tanggal mulai berlakunya masa perlindungan hukumnya.

F. SISTEM PERLINDUNGAN HAKI

Sistem HaKI merupakan private rights atau hak privat, dengan demikian seseorang bebas untuk mengajukan permohonan perlindungan HaKI, khusus hak cipta perlindungan hokum ada sejak ciptaan diekspresikan kepada umum Permohonan HaKI Indonesia menganut sistem first to file bukan first to invent. First to file: 1. Pihak pertama yang mengajukan permohonan HaKI atas suatu penemuan jika memenuhi syarat akan diberi perlindungan hukum 2. Memberi kepastian hukum dan biayanya murah First to invent: 1. Memberikan hak kepada penemu pertama untuk memberi perlindungan terhadap mereka yang lemah ekonominya, yang tidak mampu mengajukan permohonan secara ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ cepat 2. Penemu disyaratkan membuat menjaga catatan record keeping yang berkaitan dengan kegiatan penemuan untuk digunakan bukti apabila penemuan tersebut mendapat sanggahan dari pihak lain

G. TUNTUTAN DAN GUGATAN HAKI

Berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 12 Tahun 1997, UU Paten Nomor 13 Tahun 1997, dan UU Merek Nomor 14 Tahun 1997 wewenang mengadili perkara pembatalan hak cipta, paten dan hak merek menjadi wewenang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, tetapi dalam praktek ada perkara pembatalan HaKI diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Dengan dibentuknya UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten yang menggantikan UU Nomor 13 Tahun 1997 jo UU Nomor 6 Tahun 1989, UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek menggantikan UU Nomor 14 Tahun 1997 jo UU Nomor 19 Tahun 1992 menggantikan UU Nomor 12 Tahun 1997 jo UU Nomor 7 Tahun 1987 maka kewenangan untuk mengadili perkara- perkara HaKI menjadi wewenang Pengadilan Niaga yang yang terdapat pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Semarang, Surabaya, Medan dan Ujung Pandang, sedangkan kewenangan mengadili perkara tentang Rahasia Dagang yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 menjadi wewenang Pengadilan Umum, dimana gugatan terhadap tergugat dilakukan di tempat tinggal tergugat. ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ BAGAN 1.2 PROSES TUNTUTAN DAN GUGATAN HAKI PENGADILAN NEGERI PENGADILAN TINGGI MAHKAMAH AGUNG PROSES TUNTUTAN GUGATAN HAKI PEMILIK PEMEGANG HAKI TINDAK PIDANA POLISI GUGATAN PERDATA PENUNTUT UMUM PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG PENGADILAN NIAGA Sumber: IBMIPClinicJan2005 © Kecuali perkara rahasia dagang PENGADILAN NIAGA Sumber: IBMIPClinicJan2005 © Kecuali perkara rahasia dagang Pengadilan Niaga dibentuk berdasarkan Pasal 280 Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998, dari segi kewenangan absolutnya, yurisdiksi Pengadilan Niaga adalah permohonan kepailitan dan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang dan sekarang sengketa pembatalan paten, merek dan hak cipta telah termasuk kewenangan Pengadilan Niaga, selain mengatur hal-hal yang bersifat teknis, juga bersifat strategis, karena memberikan paradigm baru bagi lingkungan Peradilan Umum. Paradigma baru tersebut untuk mengantisipasi era perdagangan global yang sarat dengan isu bisnis, yang menghendaki adanya profesionalisme, integritas moral yang tangguh, transparansi dan akuntabilitan dari pelaksanaannya. Dimasukkannya perkara-perkara HaKI ke Pengadilan Niaga adalah untuk mengantisipasi era globalisasi dalam rangka mempercepat proses perkara sehingga setelah diputuskan oleh Pengadilan Niaga langsung kasasi ke Mahkamah Agung, dan harus diputus dalam tenggang waktu 90 hari untuk perkara Hak Cipta, Merek, Desain Industri sedangkan untuk perkara Paten ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ harus diputus dalam tenggang waktu 180 hari. Marni Emmy Mustafa, 2003;3 Wewenang untuk mengadili perkara-perkara pidana dalam kasus pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual tidak mengalami perubahan masih berada dalam lingkungan Peradilan Umum dimana jurisdiksi ditentukan berdasarkan tempat terjadi tindak pidana, jadi pengadilan seluruh Indonesia mempunyai wewenang untuk mengadili perkara pidana Hak Kekayaan Intelektual dan prosedurnya menurut aturan hukum acara pidana. Perkara paten, merek, merupakan delik aduan, sedangkan hak cipta merupakan delik biasa.

H. HAKI DALAM