○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○
Hak Paten
PENDAHULUAN
Materi pada Bab III ini menjelaskan tentang ruang lingkup hak paten yang dimulai dari pengertian hak paten, persamaan dan perbedaan paten biasa dan paten sederhana,
jangka waktu perlindungan hak paten dan biaya tahunan, prinsip hukum dalam UU Paten, pemakai terdahulu, sistem yang dianut UU paten, larangan pemberian paten, hak dan
kewajiban pemegang paten, prosedur pendaftaran hak paten, perjanjian-perjanjian dalam paten dan akibat hukumnya, pembatalan paten, penyelesaian sengketa paten, arbitrase
atau alternative penyelesaian sengketa. Pada akhir materi bab ini dipaparkan contoh kasus hak paten yang terjadi di masyarakat. Relevansi bab ini adalah sebagai landasan
bagi mahasiswa untuk memahami ruang lingkup hak paten. Untuk itu mahasiswa perlu membaca dengan cermat dan mengerjakan soal latihan pada akhir bab ini untuk
mengevaluasi kemampuan mahasiswa terhadap topik yang dibahas. Setelah mengikuti Bab III ini mahasiswa diharapkan dapat memahami ruang lingkup hak paten dan dapat
menambah wawasan mahasiswa dengan membaca kasus mengenai hak paten yang terjadi di dalam masyarakat serta mengetahui implementasi undang-undang hak paten terhadap
kasus hak paten.
A. SEJARAH PATEN DI INDONESIA
Dalam sejarah perundang-undangan paten di Indonesia dapat dicatat bahwa pada masa kolonial Belanda berlaku
Octroiwet 1910 yang mulai berlaku di Indonesia sejak 1 Juli 1912. Setelah Indonesia merdeka dan berdaulat, ketentuan - ketentuan tersebut tidak
dapat diterapkan lagi, berhubung proses permintaan paten harus dilakukan di negeri Belanda. Sebagai gantinya, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Pengumuman
Menteri Kehakiman tertanggal 12 Agustus 1953 Nomor J.S414 tentang pendaftar
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○
sementara oktroi. Berdasarkan pengumuman tersebut, untuk sementara Kementerian Kehakiman diperkenankan menerima permintaan paten dalam bahasa asing, dengan
keharusan dalam waktu 6 bulan sudah disusulkan terjemahannya. Permintaan paten terse- but, baru akan diproses setelah diberlakukannya undang-undang yang baru. Pengumuman
ini disusul lagi dengan Pengumuman Menteri Kehakiman tertanggal 29 Oktober 1953 Nomor J.G.1217 Berita Negara Tahun 1953 Nomor 91 tentang permohonan sementara
oktroi dari luar negeri. OK Saidin, 2003;229 . Pengaturan mengenai paten di Indonesia baru pertama kali pada tahun 1989, yakni
dengan disahkan UU Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3398 yang mulai efektif berlaku pada
tanggal 1 Agustus 1991. Setelah berlaku beberapa waktu, kemudian Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989
ini direvisi untuk pertama kali dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten, yang mulai berlaku
sejak tanggal 7 Mei 1997 menjelang berakhir rejim Soeharto. Pengaturan mengenai ketentuan Paten ini, kemudian mengalami perubahan yang
menyeluruh, yakni dengan disahkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4130
yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Agustus 2001.Rachmadi Usman, 2003;190-197
B. PENGERTIAN PATEN DAN PATEN SEDERHANA