PERJANJIAN MADRID 1891 KONVENSI HAK CIPTA SEDUNIA 1952

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

2. KONVENSI BERN BERNE CONVENTION FOR THE PROTECTION OF LITERARY AND ARTISTIC WORKS

1886 Pada tahun 1886 disahkan Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works The Berne Union,atau Berne Convention tentang perlindungan hak cipta yang sampai dengan Januari 1993 telah diratifikasi oleh 95 negara. Berne Conven- tion mengatur karya kesusasteraan dan kesenian yang meliputi semua karya yang dihasilkan dalam bidang kesusasteraan, kesenian dan ilmu pengetahuan.

3. PERJANJIAN MADRID 1891

Tujuan: untuk melindungi indikasi negara asal dari negara asal palsu yang dapat mengakibatkan kekeliruan

4. KONVENSI HAK CIPTA SEDUNIA 1952

Setelah perang dunia kedua, muncul suatu gagasan yang ingin menyatukan satu sistem hukum hak cipta yang universal. Gagasan ini timbul dari peserta konvensi Berne, dan Amerika Serikat di lain pihak. Dengan sponsor Perserikatan Bangsa-Bangsa utamanya di UNESCO, gagasan itu dikonkretkan dengan diadakannya suatu konvensi di Jenewa pada September 1952. Di kota Jenewa inilah maka ditandatangani sebuah konvensi baru yaitu Konvensi Universal mengenai Hak Cipta atau dikenal dengan Uni- versal Copyright Convention UCC. Konvensi universal memuat 11 pasal dan 3 protokol yang terdiri: ketentuan pengakuan hak cipta orang yang tidak mempunyai kewarganegaraan, dan para pengungsi, hak cipta organisasi internasional, saat efektif berlakukanya ratifikasi, penerimaan konvensi tersebut. Konvensi universal ini pun telah mengalami satu kali revisi yaitu pada tahun 1971 di Paris. Menurut catatan Sekretariat UCC yang dipegang oleh UNESCO di Paris, sampai 1 Januari 1989 peserta konvensi berjumlah 81 negara. Ketentuan yang monumental dari Konvensi Universal, adalah ketentuan formalitas hak cipta berupa kewajiban setiap karya yang ingin dilindungi harus mencantumkan tanda C dalam lingkaran, disertai nama penciptanya dan tahun karya tersebut mulai dipublikasikan. Simbol tersebut menunjukkan bahwa karya tersebut telah dilindungi dengan hak cipta negara asalnya, dan telah terdaftar di bawah perlindungan hak cipta. Muhammad Djumhana, R Djubaedillah, 1997;53-54 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ 5. KONVENSI ROMA INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE PROTECTION OF PERFORMERS, PRO- DUCERS OF PHONOGRAMS AND BROADCASTING ORGANISATIONS - 1961 Selain konvensi yang umum tentang hak cipta, juga terdapat konvensi atau perjanjian tentang hak cipta yang hanya mengatur satu atau beberapa aspek saja,misalnya pada tahun 1961 di Roma dihasilkan sebuah konvensi internasional mengenai hak salinan neighbouring right yaitu International Convention for the protection of perform- ers, producers of Phonograms and Broadcasting Organisations. Konvensi ini bertujuan untuk melindungi para pelaku, produser rekaman suara, dan badan penyiaran sebagai pemegang hak-hak terkait. Konvensi ini menganut prinsip na- tional treatment sedangkan lamanya perlindungan ditentukan minimal 20 tahun. Bidang perekaman selain diatur melalui Konvensi Roma 1961 juga diatur oleh suatu konvensi tersendiri yaitu Convention for the Protection of Phonograms Against Unauthorized Duplication of Their Phonograms. Konvensi ini ditandatangani di Jenewa pada tanggal 29 Oktober 1971, dan berisi 13 pasal. Salah satu ketentuannya adalah perlunya untuk mencantumkan dalam setiap hasil rekaman tersebut suatu tanda P dalam lingkaran yang disertai penunjuk tahun pertama direkam, serta nama dari sipemilik hak cipta atas rekaman tersebut. Latar belakang dibentuk lagi konvensi tersendiri untuk bidang phono- gram, adalah karena konvensi Roma dirasakan tidak bisa memberantas pembajakan. Hasil konvensi roma ini ada yang dimasukkan dalam UUHC yaitu mengenai hak- hak terkait dengan hak cipta

6. KONVENSI PEMBENTUKAN WIPO 1967