○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○
5. KONVENSI ROMA INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE PROTECTION OF PERFORMERS, PRO- DUCERS OF PHONOGRAMS AND BROADCASTING ORGANISATIONS - 1961
Selain konvensi yang umum tentang hak cipta, juga terdapat konvensi atau perjanjian tentang hak cipta yang hanya mengatur satu atau beberapa aspek saja,misalnya pada
tahun 1961 di Roma dihasilkan sebuah konvensi internasional mengenai hak salinan neighbouring right yaitu International Convention for the protection of perform-
ers, producers of Phonograms and Broadcasting Organisations. Konvensi ini bertujuan untuk melindungi para pelaku, produser rekaman suara, dan
badan penyiaran sebagai pemegang hak-hak terkait. Konvensi ini menganut prinsip na- tional treatment sedangkan lamanya perlindungan ditentukan minimal 20 tahun. Bidang
perekaman selain diatur melalui Konvensi Roma 1961 juga diatur oleh suatu konvensi tersendiri yaitu
Convention for the Protection of Phonograms Against Unauthorized Duplication of Their Phonograms. Konvensi ini ditandatangani di Jenewa pada tanggal
29 Oktober 1971, dan berisi 13 pasal. Salah satu ketentuannya adalah perlunya untuk mencantumkan dalam setiap hasil rekaman tersebut suatu tanda P dalam lingkaran yang
disertai penunjuk tahun pertama direkam, serta nama dari sipemilik hak cipta atas rekaman tersebut. Latar belakang dibentuk lagi konvensi tersendiri untuk bidang phono-
gram, adalah karena konvensi Roma dirasakan tidak bisa memberantas pembajakan. Hasil konvensi roma ini ada yang dimasukkan dalam UUHC yaitu mengenai hak-
hak terkait dengan hak cipta
6. KONVENSI PEMBENTUKAN WIPO 1967
Untuk menangani dan mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan HaKI, PBB dibentuklah kelembagaan internasional HaKI yang diberi nama WIPO
World Intellec- tual Property Organization, pembentukannya dilakukan pada tanggal 14 Juli 1967 di
Stockholm berdasarkan Convention Estabishing the World Intellectual Property Or-
ganization. Pemerintah Indonesia meratifikasi Convention Estabishing the World In- tellectual Property Organization pada tahun 1979 dengan Keputusan Presiden Nomor
24 Tahun 1979 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1997. Selain itu, dengan keputusan presiden yang sama diratifikasi pula Paris
Convention.Sedangkan Berne Convention diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor
18 Tahun 1997. Semua perjanjian internasional di bidang HAKI dikelola di bawah administrasi WIPO yang berpusat di Jenewa, Swiss
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○
7. PATENT COOPERATION TREATY - 1970
Kerjasama paten ini berusaha untuk menyempurnakan perlindungan hukum untuk temuan-temuan atau invensi yaitu:
a. Menyempurnakan dan membuat ekonomis cara mendapatkan perlindungan invensi
penemuan b.
Untuk mendukung dan mempercepat akses oleh masyarakat mengenai data teknis yang terdapat dalam dokumen paten dimana dokumen ini menggambarkan teknologi
baru serta untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.
8. PERJANJIAN TRIPS
Dalam perundingan Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan General Agreement on Tariff and TradeGATT sebagai bagian dari pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia World Trade OrganizationWTO telah disepakati pula norma-norma dan standar perlindungan HaKI yang meliputi:
a. Hak Cipta dan hak-hak lain yang terkait b. Merek
c. Indikasi Geografis
d. Desain Produk Industri e. Paten termasuk Perlindungan Varietas Tanaman
f. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
g. Perlindungan terhadap Informasi yang dirahasiakan protection of undisclosed in- formation
h. Pengendalian Praktik-praktik Persaingan Curang dalam Perjanjian Lisensi Dengan diratifikasinya TRIPs
Agreement on Trade Related Aspects of Intellec- tual Property Rights yang merupakan bagian dari Agreement Establishing the WTO
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994, pemerintah Indonesia terikat untuk melaksanakan Persetujuan TRIPs, sebagai konsekuensi keikutsertaan keterikatan
tersebut, seluruh peraturan perundang-undangan HaKI perlu disesuaikan full
compliance.Prinsip full compliance atau kesesuaian secara penuh tersebut berlaku baik dalam norma maupun standar pengaturan, baik untuk hak cipta, paten, merek, maupun
bidang-bidang HaKI lainnya, sehingga pemerintah RI sudah mensahkan berturut-turut
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○
peraturan perundang-undangan HaKI antara lain: a. UU Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
b. UU Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang c. UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
d. UU Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu e. UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten
f. UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
g. UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Secara lengkapnya, pemerintah indonesia telah meratifikasi beberapa perjanjian
internasional di bidang HaKI yang dilakukan pada tanggal 7 Mei 1997 melalui: a.
Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1997 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1979 tentang Pengesahan
Paris Convention for the Protection of Industrial Property and Convention Establishing the World Intellectual
Property Organization. b. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1997 tentang Pengesahan
Patent Coopera- tion Treaty PCT
c.. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997 tentang Pengesahan Trademark Law
Treaty TLT d. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan
Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works
e. Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights
Treaty
9. TRADE MARK TREATYTLT