Keterkaitan Antara DAU, DAK Untuk Infrastruktur, Investasi

tersebut mengindikasikan bahwa proses konvergensi tidak hanya dilihat dari keadaan provinsi-provinsi tersebut sekarang namun dari kondisi perekonomian mereka pada titik awal. Sumber: BPS, diolah. Gambar 5.13 Pertumbuhan PDRB per Kapita Tahun 2000-2010 dan PDRB per Kapita Tahun 2000, Provinsi-Provinsi di Indonesia. Provinsi DKI Jakarta, Riau, Papua, Kalimantan Timur, dan Aceh merupakan provinsi-provinsi yang tergolong kaya karena memiliki PDRB per kapita yang tinggi sejak awal penelitian. Rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita kelima provinsi tersebut juga sudah relatif lebih rendah dibandingkan provinsi- provinsi lain. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kecenderungan konvergensi terjadi di Indonesia sejak tahun 2000. Tabel 5.2 Hasil Estimasi Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Tendensi Konvergensi Ekonomi di Indonesia, Tahun 2001-2009. Parameter Koefisien Standard Error P-value C -0,4339 0,3554 0,223 Log PDRBKABt-1 0,9819 0,0473 0,000 Log K_GOV -0,0002 0,0035 0,952 Log L-SMA 0,0379 0,3335 0,256 Sumber: data olahan. ACEH RIAU KEPRI DKI JAKARTA KALTIM PAPUA -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 7 5 10 15 20 25 30 35 40 g row th P D RB p e r k a p it a 2 -2 1 PDRB per kapita tahun 2000 Kecenderungan konvergensi dapat dilihat dari besaran koefisien parameter autoregressive dari variabel PDRB per kapita. Nilai koefisien dari PDRBKABt-1 yang kurang dari 1 satu menunjukkan adanya kecenderungan konvergensi dalam perekonomian, sedangkan apabila nilainya lebih besar dari 1 satu maka pendapatan provinsi persisten. Model data panel statis dengan model efek tetap yang digunakan untuk mengamati konvergensi menunjukkan bahwa koefisien dari PDRBKABt-1 adalah 0,9819 signifikan pada level 5 persen, artinya kecenderungan konvergensi terjadi di Indonesia selama tahun 2001-2009 dengan tingkat konvergensi wilayah sebesar 1,81 persen. Koefisien tersebut menunjukkan bahwa kenaikan 1 satu persen PDRB per kapita tahun ini akan menaikkan PDRB per kapita tahun mendatang sebesar 0,98 persen, artinya pertumbuhan PDRB per kapita sekarang lebih tinggi daripada pertumbuhan PDRB per kapita tahun mendatang. Investasi pemerintah justru berpengaruh negatif terhadap pencapaian kecenderungan konvergensi di Indonesia walaupun pengaruhnya tidak signifikan. Kondisi ini disebabkan oleh alokasi anggaran dari setiap pemerintah daerah yang kurang optimal. Anggaran yang dimiliki lebih banyak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin daripada pengeluaran pembangunan lihat Tabel 1.4. 5.3.1 Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Kesenjangan PDRB per Kapita di Pulau Sumatra Model data panel statis dengan model efek acak yang digunakan untuk mengamati konvergensi menunjukkan bahwa koefisien dari PDRBKABt-1 adalah 0,951517 signifikan pada level 5 persen, artinya kecenderungan konvergensi terjadi di Sumatra selama tahun 2001-2009 dengan level konvergensi sebesar 4,85 persen. Kecenderungan konvergensi tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan PDRB per kapita yang semakin menurun. Berdasarkan koefisien dari PDRBKABt-1 diperoleh bahwa pertumbuhan PDRB per kapita yang akan datang akan lebih rendah daripada sekarang. Penopang utama pulau ini adalah sektor manufaktur yang mencapai 40,60 persen di tahun 2010. Kondisi ini yang memungkinkan terjadinya percepatan pertumbuhan ekonomi di Sumatra karena pengaruh sumber daya alam yang mendorong besarnya kontribusi sektor manufaktur terutama industri pengolahan. Tabel 5.3 Hasil Estimasi Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Tendensi Konvergensi Ekonomi di Pulau Sumatra, Tahun 2001-2009. Parameter Koefisien Standard Error P-value C -0,092994 0,203642 0,6494 Log PDRBKABt-1 0,951517 0,025948 0,0000 Log K_ GOV 0,006639 0,010316 0,5220 Log L-SMA 0,008792 0,018666 0,6391 Sumber: data olahan.

5.3.2 Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Kesenjangan PDRB per

Kapita di Pulau Jawa Hasil estimasi dengan menggunakan data panel statis dengan model efek tetap menunjukkan bahwa konvergensi tidak terjadi di Jawa. Koefisien PDRBKABt-1 yang lebih besar dari satu mengindikasikan bahwa terjadi perbedaan kecepatan pertumbuhan antar wilayah di Jawa sehingga terjadi kesenjangan regional. Kondisi ini terjadi ketika provinsi yang telah maju tumbuh lebih cepat dibandingkan provinsi lain yang relatif lebih tertinggal. Ketimpangan PDRB per kapita antar provinsi di Jawa sangat tinggi dan proses konvergensi tidak terjadi, artinya provinsi yang kaya semakin besar pendapatannya dan yang miskin tidak mampu mengejar ketertinggalannya. DKI Jakarta sebagai pusat perekonomian negara mempunyai pendapatan wilayah yang jauh lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya di Jawa. Pertumbuhannya semakin tinggi setiap tahunnya sehingga mengakibatkan terbentangnya jarak yang semakin jauh dengan provinsi lainnya gambar 5.2. Kondisi ini sesuai dengan koefisien dari PDRBKABt-1 sebesar 1,073 artinya kenaikan 1 satu persen PDRB per kapita sekarang akan menaikkan PDRB per kapita tahun mendatang sebesar 1,073 persen. Pertumbuhan PDRB per kapita tahun depan yang lebih tinggi dari tahun sekarang mengindikasikan bahwa kecenderungan konvergensi tidak ditemukan di Jawa selama periode penelitian. Tabel 5.4 Hasil Estimasi Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Tendensi Konvergensi Ekonomi di Pulau Jawa, Tahun 2001-2009. Parameter Koefisien Standard Error P-value C 0,021618 0,314424 0,9456 Log PDRBKABt-1 1,073407 0,035610 0,0000 Log K_GOV -0,013773 0,007686 0,0813 Log L-SMA 0,004749 0,026715 0,8599 Sumber: data olahan. Selain itu, provinsi-provinsi yang sejak awal telah memiliki PDRB per kapita yang tinggi atau provinsi kaya akan semakin kaya dengan adanya investasi pemerintah, sedangkan provinsi yang relatif miskin karena PDRB per kapitanya lebih rendah belum mampu mengejar ketertinggalannya dari provinsi kaya. Akibatnya kesenjangan PDRB per kapita tetap ada meskipun investasi pemerintah sudah dilakukan di setiap provinsi, dengan kata lain kecenderungan konvergensi antar provinsi di Jawa belum terjadi.

5.3.3 Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Kesenjangan PDRB per

Kapita di Pulau Bali dan Nusa Tenggara Model data panel statis dengan pooled least square yang digunakan untuk mengamati konvergensi menunjukkan bahwa koefisien dari PDRBKABt-1 adalah 1,09611 signifikan pada level 5 persen, artinya kecenderungan konvergensi tidak terjadi di Bali dan Nusa Tenggara selama tahun 2001-2009. Keadaan tersebut diindikasikan oleh pertumbuhan PDRB per kapita yang masih terus menunjukkan peningkatan pada tahun-tahun ke depan. Tabel 5.5 Hasil Estimasi Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Tendensi Konvergensi Ekonomi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara, Tahun 2001- 2009. Parameter Koefisien Standard Error P-value C 0,018574 0,276349 0,9470 Log PDRBKABt-1 1,009611 0,024281 0,0000 Log K_GOV -0,000762 0,006632 0,9096 Log L-SMA 0,000649 0,027252 0,9812 Sumber: data olahan. Pulau ini menjadikan sektor pariwisata dan pendukung pangan nasional sebagai mesin penggerak perekonomiannya. Tidak tercapainya konvergensi di Bali-Nusa Tenggara disebabkan oleh potensi ketiga provinsi yang ada di pulau ini berbeda. Bali yang telah lama maju meninggalkan NTB dan NTT dalam upaya mengejar ketertinggalannya. Selain itu, Bali yang terkenal dengan potensi pariwisatanya telah banyak menyedot investor swasta untuk menanamkan modalnya di provinsi tersebut. Kondisi inilah yang membuat kesenjangan di antara ketiga provinsi tersebut tetap ada. Iklim investasi yang lebih menjanjikan di Bali telah membuat Bali memiliki PDRB per kapita yang lebih tinggi dibandingkan kedua provinsi yang lain. Untuk itu perlu digali potensi-potensi yang ada di Nusa Tenggara sehingga dapat disejajarkan dengan Bali sehingga pada akhirnya akan mempersempit kesenjangan diantara provinsi-provinsi tersebut.

5.3.4 Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Kesenjangan PDRB per

Kapita di Pulau Kalimantan Model data panel statis dengan pooled least square yang digunakan untuk mengamati konvergensi menunjukkan bahwa koefisien dari PDRBKABt-1 adalah 0,970556 signifikan pada level 5 persen, artinya kecenderungan konvergensi terjadi di Kalimantan selama tahun 2001-2009 dengan tingkat konvergensi sebesar 2,94 persen. Pertumbuhan PDRB per kapita tahun sebelumnya yang lebih rendah daripada tahun depan diindikasikan oleh elastisitas sebesar 0,970556, artinya kenaikan sebesar 1 satu persen PDRB per kapita tahun ini akan menaikkan PDRB per kapita tahun depan sebesar 0,970556 persen. Semakin rendahnya pertumbuhan PDRB per kapita sejalan dengan bertambahnya tahun menunjukkan adanya kecenderungan konvergensi di pulau ini. Percepatan pertumbuhan di pulau ini ditumpukan pada sektor pertambangan yang didominasi oleh energi migas dan batubara serta mineral bauksit dan baja. Meskipun demikian pertumbuhan Kalimantan Timur yang tetap tinggi membuat proses konvergensi di pulau ini terasa lambat. Investasi pemerintah di pulau ini berpengaruh positif terhadap kecenderungan konvergensi yang terjadi. Investasi pemerintah yang optimal akan menurunkan kesenjangan di pulau ini. Tabel 5.6 Hasil Estimasi Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Tendensi Konvergensi Ekonomi di Pulau Kalimantan, Tahun 2001-2009. Parameter Koefisien Standard Error P-value C -0,068296 0,082158 0,4120 Log PDRBKABt-1 0,970556 0,006997 0,0000 Log K_GOV 0,007737 0,004793 0,1163 Log L-SMA 0,003928 0,008306 0,6395 Sumber: data olahan.

5.3.5 Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Kesenjangan PDRB per

Kapita di Pulau Sulawesi Model data panel statis dengan pooled least square yang digunakan untuk mengamati konvergensi menunjukkan bahwa koefisien dari PDRBKABt-1 adalah 0,994436 signifikan pada level 5 persen, artinya kecenderungan konvergensi terjadi di Sulawesi selama tahun 2001-2009 dengan tingkat konvergensi sebesar 0,56 persen. Kondisi tersebut didukung dengan pertumbuhan PDRB per kapita yang semakin rendah seiring bertambahnya tahun, elastisitas sebesar 0,994436 berarti bahwa kenaikan 1 satu persen PDRB per kapita sekarang akan menaikkan PDRB per kapita tahun depan sebesar 0,994436 persen. Pertumbuhan PDRB per kapita yang semakin rendah inilah yang menunjukkan kecenderungan konvergensi yang terjadi di pulau ini. Tabel 5.7 Hasil Estimasi Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Tendensi Konvergensi Ekonomi di Pulau Sulawesi, Tahun 2001-2009. Parameter Koefisien Standard Error P-value C -0,006476 0,116232 0,9559 Log PDRBKABt-1 0,994436 0,029745 0,0000 Log K_GOV 0,014186 0,006829 0,0459 Log L-SMA -0,010267 0,012416 0,4144 Sumber: data olahan. Sulawesi merupakan salah satu produsen pangan terbesar di Indonesia, utamanya adalah padi dan jagung. Pencapaian konvergensi yang lambat disebabkan adanya perbedaan pertumbuhan yang mencolok di antara provinsi- provinsi di pulau ini. Sulawesi Utara memiliki PDRB per kapita tertinggi sepanjang periode penelitian, sedangkan provinsi-provinsi lainnya tidak bisa menandinginya. Investasi pemerintah juga berpengaruh positif terhadap proses konvergensi di pulau ini, artinya peningkatan investasi pemerintah diharapkan mampu menurunkan kesenjangan yang terjadi di pulau ini.

5.3.6 Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Kesenjangan PDRB per

Kapita di Pulau Maluku dan Papua Model data panel statis dengan pooled least square yang digunakan untuk mengamati konvergensi menunjukkan bahwa koefisien dari PDRBKABt-1 adalah 0,988188 signifikan pada level 5 persen, artinya kecenderungan konvergensi terjadi di Maluku dan Papua selama tahun 2001-2009 dengan tingkat konvergensi sebesar 1,18 persen. Elastisitas sebesar 0,988188 berarti bahwa kenaikan 1 satu persen PDRB per kapita sekarang akan menaikkan PDRB per kapita tahun depan sebesar 0,988188 persen. Pertumbuhan PDRB per kapita yang semakin menurun menunjukkan bahwa kecenderungan konvergensi di Pulau Maluku dan Papua. Maluku-Papua merupakan pulau yang menyimpan potensi sumber daya alam yang melimpah, namun laju pertumbuhan PDRB per kapita yang relatif lebih rendah dibandingkan pulau-pulau lain menimbulkan permasalahan yang harus diperhatikan dalam upaya mendorong perekonomian di pulau ini. Selain itu kesenjangan antar provinsi di pulau ini juga masih tinggi. Tabel 5.8 Hasil Estimasi Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Tendensi Konvergensi Ekonomi di Pulau Maluku dan Papua, Tahun 2001-2009. Parameter Koefisien Standard Error P-value C -1,065629 0,936702 0,2744 Log PDRBKABt-1 0,988188 0,054671 0,0000 Log K_GOV -0,006499 0,021510 0,7670 Log L-SMA 0,096204 0,094815 0,3275 Sumber: data olahan.

5.4 Faktor-faktor P

pulau Utama di Menurut Sjafriz menghasilkan permasala memiliki potensi dan sa yang lebih besar dalam daerah lainnya menjadi prasarana serta kualitas s Kesenjangan ekonom meningkatkan faktor-fa pembangunan yang lebi satu cara untuk mengura kapita maka kesenjangan Sumber: data olahan Gambar 5.14. Hubungan Kapita Me Pemacu Pertumbuhan PDRB per Kapita a di Indonesia rizal 2008 , perbedaan pencapaian hasil pem alahan kesenjangan ekonomi regional. Daerah-da sarana prasarana yang lebih maju akan mempuny m memanfaatkan proses pembangunan, sedangka jadi semakin tertinggal karena keterbatasan s s sumber daya manusia yang rendah. ekonomi yang terjadi seharusnya dielimini faktor yang bisa dijadikan pemacu pencap ebih baik. Peningkatan PDRB per kapita merupa ngurangi kesenjangan yang terjadi. Semakin tinggi an akan semakin menurun. ubungan Antara PDRB per Kapita dan Kesenjangan enurut Pulau di Indonesia, Tahun 2001-2009. di Pulau- pembangunan daerah yang punyai peluang kan sebagian n sarana dan inir dengan apaian hasil upakan salah gi PDRB per n PDRB per Gambar 5.14 menunjukkan hubungan antara PDRB per kapita dan kesenjangan PDRB per kapita di pulau-pulau yang ada di Indonesia. Selama tahun 2001-2009 secara nasional PDRB per kapita berhubungan negatif dengan kesenjangan PDRB per kapita, sehingga kenaikan PDRB per kapita di Indonesia diharapkan akan mampu menurunkan kesenjangan ekonomi yang terjadi. Untuk itu perlu dicari faktor-faktor apa saja yang bisa memacu peningkatan PDRB per kapita dan pada akhirnya akan menurunkan kesenjangan ekonomi regional. Faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan mampu meningkatkan pertumbuhan PDRB per kapita di suatu pulau perlu mendapat perhatian lebih oleh pemerintah daerah di setiap provinsi yang ada di pulau tersebut, khususnya provinsi-provinsi yang masih rendah PDRB per kapitanya, guna meningkatkan pertumbuhan PDRB per kapita di provinsinya. Dengan peningkatan PDRB per kapita maka diharapkan kesenjangan PDRB per kapita antar provinsi di dalam pulau tersebut bisa dipersempit. Tabel 5.9 Hasil Estimasi Faktor-faktor Pemacu Pertumbuhan PDRB per Kapita Menurut Pulau, Tahun 2001-2009. Variabel Bebas Variabel tidak bebas : LOG_PDRBKAP Sumatra Jawa Bali NT Kalimantan Sulawesi Maluku Papua C -1,7899 -5,1797 -0,9824 -1,7834 -5,7077 -0,2736 0,014 0,000 0,056 0,036 0,000 0,864 LOG K_GOV 0,0434 0,0055 -0,0124 0,0759 0,0703 0,0489 0,061 0,579 0,322 0,000 0,000 0,047 LOG L- SMA -0,0505 -0,0092 0,0230 0,1132 0,0684 0,1111 0,255 0,581 0,481 0,150 0,143 0,028 LOG JALAN-1 0,1649 0,4621 0,2941 0,0207 -0,0049 0,0192 0,175 0,000 0,000 0,018 0,785 0,804 LOG LISTRIK 0,1777 0,1982 0,0276 0,1486 0,4371 0,0137 0,004 0,000 0,477 0,026 0,000 0,941 LOG MYS -0,0011 0,0245 0,2135 -0,4496 0,0094 -0,0053 0,946 0,016 0,272 0,336 0,010 0,479 LOG AHH 0,0080 -0,0115 -0,0915 0,2181 0,0128 -0,0025 0,539 0,012 0,296 0,333 0,112 0,791 Sumber: data olahan. Keterangan: menunjukkan p-value dari setiap variabel.