dijangkau atau sebaliknya. Panjang jalan dengan kondisi baik dan sedang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya di masing-masing pulau Tabel 4.2.
Peningkatan tersebut memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebab sistem jalan yang berkualitas dapat meningkatkan pengembangan
industri, memperlancar mobilitas faktor produksi dan tenaga kerja serta dapat meningkatkan pendapatan.
Tabel 4.2 Panjang Jalan dengan Kondisi Baik dan Sedang Menurut Pulau di Indonesia, Tahun 2006-2010 km
Pulau Tahun
2006 2007
2008 2009
2010 Sumatra
74.808 82.067
89.325 98.329
105.966 Jawa
76.469 77.012
77.554 82.190
84.710 Kalimantan
20.561 21.800
23.038 33.040
34.553 Sulawesi
54.033 50.937
47.840 46.500
49.868 Bali-Nusa Tenggara
18.579 20.205
21.830 22.213
22.137 Maluku-Papua
10.843 12.338
13.832 16.645
19.018
Sumber: BPS, diolah. Kondisi jalan yang baik juga akan mempermudah akses ke pusat-pusat
perekonomian di setiap pulau. Semakin mudahnya akses menuju pusat-pusat perekonomian maka kemungkinan masyarakat didaerah terpencil untuk
melakukan kegiatan ekonomi semakin terbuka. Iinvestor swasta yang berminat untuk mengembangkan potensi di daerah-daerah yang awalnya terisolir bisa
dijembatani. Selain infrastruktur jalan, ketersediaan infrastruktur listrik juga penting
untuk diperhatikan. Energi listrik merupakan salah satu unsur penggerak roda perekonomian, baik bagi rumah tangga maupun bagi pemerintah untuk
mendorong terciptanya kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan kemajuan teknologi maka kebutuhan akan listrik juga semakin meningkat karena semakin
banyak kegiatan produksi dan penggunaan sarana penunjang kehidupan berteknologi tinggi yang menggunakan listrik sebagai sumber energinya.
Energi listrik yang terjual di Jawa lebih banyak dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di luar jawa Gambar 4.10. Kondisi ini dimungkinkan terjadi
karena jumlah penduduk, rumah tangga dan industri di Jawa jauh lebih banyak dibandingkan pulau lainnya. Banyaknya energi listrik yang lebih banyak terjual di
Jawa seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah karena kondisi perekonomian di pulau-pulau lainnya yang relatif tidak lebih maju dari Jawa. Pemerintah perlu
mengupayakan ketersediaan infrastruktur listrik yang lebih merata di seluruh pulau di Indonesia.
Sumber : PLN diolah, tahun 2006-2010 Gambar 4.9 Banyaknya Listrik Terjual Menurut Pulau, Tahun 2006-2010.
4.3.2 Investasi Swasta
Peraturan mengenai investasi swasta diatur pemerintah dalam Undang- undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negri PMDN
Jo Nomor 12 Tahun 1970 dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 Jo Nomor 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing PMA. Kedua undang-undang
tersebut ditujukan untuk menjaring modal dalam negri dan memanfaatkan modal luar negri untuk dijadikan sumber pendanaan pembangunan nasional.
Investasi dari pihak swasta diperlukan sebagai tambahan dana bagi pelaksanaan pembangunan, karena Indonesia sebagai negara yang sedang
berkembang tidak memiliki dana yang cukup untuk melaksanakan pembangunan. Adanya investasi tersebut akan meningkatkan output yang dihasilkan oleh suatu
20000 40000
60000 80000
100000 120000
2006 2007
2008 2009
2010 GWH
SUMATRA JAWA
BALINT KALIMANTAN
SULAWESI MALUKUPAPUA
negara sehingga akan meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Investor swasta sebagai pihak yang menginginkan adanya keuntungan dalam setiap investasi yang dilakukannya akan memperhatikan iklim
perekonomian di setiap daerah yang menjadi incaran investasinya. Kondisi ini menyebabkan adanya ketimpangan investasi antar pulau Tabel 4.2. Jawa yang
merupakan pusat perekonomian Indonesia memiliki proporsi investasi swasta terbesar dibandingkan pulau-pulau lainnya.
Tabel 4.3 Distribusi Investasi Swasta Menurut Pulau, Tahun 2001-2009 PULAU
PMA PMDN
Sumatera Jawa
Bali NT Kalimantan
Sulawesi Maluku Papua
10,43 81,60
2,76 3,39
1,05 0,77
23,55 60,93
0,48 10,39
3,99 0,67
Total 100,00
100,00 Sumber : BKPM, diolah.
Pulau-pulau diluar Jawa dan Sumatra memperoleh bagian investasi swasta yang lebih kecil yaitu tidak lebih dari 15 persen total investasi swasta selama
tahun 2001-2009. Iklim investasi yang kurang mendukung di pulau-pulau tersebut membuat investor melakukan pertimbangan yang lebih mendalam ketika
berencana menanamkan modalnya. Investor swasta tentunya ingin memastikan bahwa investasi yang dilakukannya akan memberikan keuntungan baginya,
berbeda dengan apabila pemerintah yang melakukan investasi. Investasi oleh pemerintah merupakan hal yang wajib dilakukan demi kemajuan daerahnya,
bahkan dengan optimalnya pembangunan di daerahnya justru mampu menarik investor swasta untuk ikut mengembangkan potensi yang ada di daerah tersebut.
4.4 Modal Manusia Melalui Pendidikan dan Kesehatan
Keberhasilan kinerja perekonomian tidak hanya dilihat dari pencapaian indikator-indikator ekonomi yang tinggi. Pencapaian kinerja pembangunan di
suatu wilayah juga dapat dilihat dari pembangunan manusia. Teori pertumbuhan endogen yang dipelopori oleh Lucas Romer 1996 menjelaskan bahwa
pendidikan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. Pendidikan akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga akan
menghasilkan tenaga kerja yang lebih produktif yang mampu menjadi faktor pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Selain pendidikan, kulaitas modal manusia juga bisa didekati dengan tingkat kesehatan maupun indikator-indikator lainnya Prahara, 2010. Manusia
dengan pendidikan tinggi yang disertai dengan tingkat kesehatan yang baik akan semakin meningkatkan produktivitasnya. Penduduk dengan tingkat pendidikan
dan tingkat kesehatan yang baik merupakan investasi yang penting bagi percepatan pertumbuhan ekonomi karena didalamnya terdapat angkatan kerja
yang produktif yang penting bagi pembangunan. Ukuran pembangunan manusia yang digunakan adalah Indeks
Pembangunan Manusia IPM. Tabel 4.3 menunjukkan pencapaian IPM menurut provinsi di Indonesia. Dari tahun 2009 ke tahun 2010, angka IPM Indonesia
menunjukkan peningkatan. Artinya kualitas manusia terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh Indonesia. Tren yang sama juga dialami
oleh setiap provinsi di Indonesia, angka IPM maupun komponen pendidikan dan kesehatan juga menunjukkan adanya peningkatan. Meskipun masih ada beberapa
provinsi yang pencapaian angka IPM maupun indikator pendidikan dan kesehatannya masih di bawah angka nasional. Provinsi-provinsi tersebut sebagian
besar berada di luar pulau Jawa dan Sumatra atau berada di wilayah KTI. IPM menunjukkan kondisi manusia yang ada di suatu wilayah. Penduduk
yang berkualitas akan meningkatkan kualitas pembangunan yang mampu dicapai oleh wilayah tersebut. Di dalam penduduk yang berkualitas terdapat angkatan
kerja yang berkualitas pula. Semakin banyak tenaga kerja yang berpendidikan tinggi dan memiliki tingkat kesehatan yang baik maka produktivitas tenaga kerja
akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan output yang bisa dicapai. Kesenjangan modal manusia yang terjadi di Indonesia berpotensi untuk
memperparah kesenjangan ekonomi. Tidak adanya manusia yang berkualitas di suatu wilayah akan menghambat kemajuan yang ingin dicapai. Meskipun IPM
untuk setiap provinsi menunjukkan kenaikan setiap tahunnya namun provinsi- provinsi yang sejak awal memiliki IPM rendah belum bisa mengejar