Kecenderungan Kesenjangan PDRB per Kapita di Pulau-pulau

PDRB per kapita di Bali dan Nusa Tenggara berhubungan positif dengan kesenjangan, artinya peningkatan investasi pemerintah dan PDRB per kapita hanya akan memperlebar kesenjangan PDRB per kapita. Sedangkan di Kalimantan kedua variabel tersebut berhubungan negatif dengan kesenjangan PDRB per kapita Kalimantan sehingga peningkatan masing-masing variabel akan menurunkan kesenjangan yang terjadi di Kalimantan. Maluku dan Papua justru menunjukkan fenomena yang berbeda. Investasi pemerintah di Maluku dan Papua justru berhubungan negatif dengan PDRB per kapita namun tidak signifikan secara statistik. Hubungan PDRB per kapita dengan kesenjangan menunjukkan arah positif, artinya peningkatan PDRB per kapita akan meningkatkan kesenjangan sedangkan investasi pemerintah berhubungan negatif dengan kesenjangan sehingga peningkatan investasi pemerintah akan menurunkan kesenjangan di pulau ini. Kondisi ini menunjukkan bahwa investasi pemerintah masih efektif menurunkan kesenjangan di Maluku-Papua apabila pemerintah daerah dapat mengalokasikan anggaran belanjanya dengan optimal. Namun di sisi lain, peningkatan PDRB per kapita di pulau ini hanya akan memperparah kesenjangan pendapatan karena hasil pembangunan masih belum dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat di pulau ini. Investasi pemerintah akan efektif menurunkan kesenjangan PDRB per kapita apabila alokasi anggaran belanja pemerintah dilakukan secara berkualitas. Penerimaan yang dimiliki dialokasikan untuk melakukan pembangunan di daerahnya. Penerimaan pemerintah yang terdiri dari PAD dan dana transfer dari pusat memungkinkan pemerintah daerah untuk lebih efektif dalam melaksanakan pembangunan. Dana Alokasi Umum DAU merupakan salah satu komponen dana transfer yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk mengatasi kesenjangan antar wilayah. Penggunaan DAU yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing- masing daerah memberikan keleluasaan bagi setiap daerah dalam melakukan pengelolaan anggaran. Pengeluaran pemerintah daerah akan lebih berkualitas apabila DAU digunakan untuk membiayai pengeluaran pembangunan dibandingkan apabila DAU digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin. Semakin besar pengeluaran untuk pembangunan maka semakin besar investasi dan sarana prasarana serta infrastruktur di daerah akan semakin baik sehingga output saerah tersebut juga akan semakin meningkat. Sumber: BPS, diolah. Gambar 5.8 Dana Alokasi Umum DAU dan PDRB per Kapita di Indonesia, Tahun 2009 juta rupiah. Pengalokasian DAU dari pemerintah pusat disesuaikan dengan kebutuhan setiap provinsi. Provinsi-provinsi yang memiliki PDRB per kapita rendah akan memperoleh DAU yang lebih besar. Hubungan negatif antara DAU dan PDRB per kapita setiap provinsi di Indonesia tahun 2009 ditunjukkan oleh Gambar 5.8. Pemberian DAU yang lebih besar untuk provinsi yang lebih miskin bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antar provinsi. Provinsi miskin yang memperoleh tambahan dana dari pemerintah pusat diharapkan dapat mengalokasikan penerimaan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang mendukung pembangunan perekonomian di daerahnya sehingga provinsi tersebut dapat mengejar ketertinggalannya dari provinsi yang relatif lebih maju. Hubungan antara DAU dan investasi pemerintah ditunjukkan dengan korelasi sederhana di antara keduanya Gambar 5.9. Hubungan positif antara DAU dan investasi pemerintah berarti bahwa semakin besar DAU maka semakin besar pula investasi pemerintah yang dilakukan pemerintah daerah melalui pengeluaran pembangunanbelanja modal. 5 10 15 20 25 30 35 40 45 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 PDRBKAP DAU PROPINSI Sumber: BPS, diolah. Gambar 5.9 Dana Alokasi Um di Indonesia, Tahun Investasi pemerintah seluruh pulau utama Indones investasi yang dapat dilakukan bahwa setiap daerah telah m meningkatkan hasil pembanguna di provinsi-provinsi yang relat ekonomi yang terjadi. mum DAU dan Investasi Pemerintah Menurut P ahun 2001-2009 juta rupiah. h dan DAU berhubungan positif dan signifika onesia. Semakin besar DAU maka semakin besar kukan oleh pemerintah daerah. Keadaan ini menunjuk h mengalokasikan dananya seoptimal mungkin u ngunan di daerahnya. Peningkatan hasil pembanguna latif masih tertinggal akan mempersempit kesenja t Pulau kan di ar pula nunjukkan n untuk ngunan jangan Sumber: BPS, diolah. Gambar 5.10 DAU per Total Penerimaan dan Investasi Pemerintah per Total Pengeluaran di Indonesia, Tahun 2009 juta rupiah. Hubungan negatif terjadi antara DAU per total penerimaan dan investasi pemerintah per total pengeluaran tahun 2009 di IndonesiaGambar 5.10. Peningkatan proporsi DAU terhadap total penerimaan suatu provinsi ternyata tidak diikuti dengan peningkatan proporsi investasi pemerintah melalui belanja modal terhadap total pengeluaran. DAU yang diberikan dalam bentuk block grant oleh pemerintah pusat memang bebas untuk dikelola secara mandiri oleh pemerintah daerah dalam penggunaannya. Kondisi ini menyebabkan pemerintah daerah cenderung lebih banyak mengandalkan Dana Alokasi Khusus DAK yang sudah jelas aturan penggunaannya fisik dan modal. Hubungan negatif juga terjadi antara DAU per total penerimaan dan investasi pemerintah per total pengeluaran di masing-masing pulau pada periode tahun 2006-2009 Gambar 5.11 Keadaan ini mengindikasikan bahwa hampir seluruh provinsi di setiap pulau memiliki pola pengelolaan anggaran yang mirip, dimana DAU lebih banyak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dibandingkan untuk membiayai pengeluaran pembangunan. Keadaan yang berbeda terjadi di Pulau Jawa, dimana proporsi DAU per total penerimaan dan investasi pemerintah per total pengeluaran berhubungan positif meskipun tidak signifikan. Provinsi-provinsi di Jawa relatif lebih maju dan lebih kaya dibandingkan provinsi-provinsi di Luar Jawa sehingga provisni- ρ = -0,171 p-value = 0,342 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.2 0.4 0.6 0.8 K_GOVAPBD DAUAPBD PROPINSI provinsi di Jawa memiliki sumber pendapatan yang lebih melimpah untuk membiayai pengeluarannya sehingga DAU dapat digunakan secara lebih optimal, tidak hanya untuk membiayai pengeluaran rutin. Sumber: BPS, diolah. Gambar 5.11 DAU per Total Penerimaan dan Investasi Pemerintah per Total Pengeluaran Menurut Pulau, Tahun 2006-2009. Dana Alokasi Khusus DAK merupakan dana transfer dari pemerintah pusat yang telah diatur penggunaannya. Salah satu bidang yang memiliki pembiayaan khusus dari DAK adalah bidang infrastruktur. Setiap provinsi akan memperoleh DAK bidang infrastruktur yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Hubungan negatif terjadi antara DAK untuk infrastruktur dan PDRB per kapita tahun 2008 di Indonesia Gambar 5.12. Provinsi yang memiliki PDRB per kapita rendah akan menerima DAK infrastruktur yang lebih besar dibandingkan provinsi yang relatif lebih maju. Tujuannya adalah supaya provinsi-provinsi yang masih tertinggal memiliki cukup dana untuk membangun infrastruktur di daerahnya sehingga tidak lagi tertinggal dari provinsi lainnya. Infrastruktur yang baik akan memancing investor swasta untuk ikut mengembangkan perekonomian di suatu wilayah sehingga output yang dihasilkan di daerah tersebut akan meningkat. Peningkatan output di provinsi-provinsi miskin akan mengurangi kesenjangan yang terjadi di Indonesia selama ini. Sumber: DJPK dan BPS, diolah. Gambar 5.12 DAK Bidang Infrastruktur dan PDRB per Kapita di Indonesia, Tahun 2008 juta rupiah.

5.3 Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Kesenjangan PDRB per

Kapita di Pulau-Pulau Utama di Indonesia Konvergensi ekonomi dihitung dengan menggunakan pendekatan PDRB per kapita yang dimiliki oleh setiap provinsi yang ada di Indonesia selama tahun 2001-2009. Tendensi konvergensi PDRB per kapita antar wilayah diidentifikasi melalui plot antara rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita tahunan dan PDRB per kapita tahun dasar Blanchard, 2006. Gambar 5.13 menunjukkan adanya hubungan negatif antara rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita tahunan dari tahun 2000-2010 dan PDRB per kapita tahun 2000. Provinsi-provinsi yang memiliki PDRB per kapita tahun 2000 yang tinggi sudah memiliki rata-rata pertumbuhan output per kapita tahunan yang rendah, sedangkan provinsi yang memiliki PDRB per kapita awal rendah mempunyai rata-rata pertumbuhan output per kapita tahunan yang tinggi. Kondisi ρ = -0,410 p-value = 0,018 5 10 15 20 25 30 35 40 45 100000 200000 300000 400000 500000 PDRBKAP DAK INFRASTRUKTUR PROPINSI tersebut mengindikasikan bahwa proses konvergensi tidak hanya dilihat dari keadaan provinsi-provinsi tersebut sekarang namun dari kondisi perekonomian mereka pada titik awal. Sumber: BPS, diolah. Gambar 5.13 Pertumbuhan PDRB per Kapita Tahun 2000-2010 dan PDRB per Kapita Tahun 2000, Provinsi-Provinsi di Indonesia. Provinsi DKI Jakarta, Riau, Papua, Kalimantan Timur, dan Aceh merupakan provinsi-provinsi yang tergolong kaya karena memiliki PDRB per kapita yang tinggi sejak awal penelitian. Rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita kelima provinsi tersebut juga sudah relatif lebih rendah dibandingkan provinsi- provinsi lain. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kecenderungan konvergensi terjadi di Indonesia sejak tahun 2000. Tabel 5.2 Hasil Estimasi Pengaruh Investasi Pemerintah Terhadap Tendensi Konvergensi Ekonomi di Indonesia, Tahun 2001-2009. Parameter Koefisien Standard Error P-value C -0,4339 0,3554 0,223 Log PDRBKABt-1 0,9819 0,0473 0,000 Log K_GOV -0,0002 0,0035 0,952 Log L-SMA 0,0379 0,3335 0,256 Sumber: data olahan. ACEH RIAU KEPRI DKI JAKARTA KALTIM PAPUA -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 7 5 10 15 20 25 30 35 40 g row th P D RB p e r k a p it a 2 -2 1 PDRB per kapita tahun 2000