Investasi Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi

Penelitian yang dilakukan oleh Firdaus dan Yusop 2009 tentang konvergensi pendapatan antar provinsi di Indonesia dengan menggunakan data panel dinamis tahun 1983-2003 menyimpulkan bahwa proses konvergensi antar provinsi terjadi di Indonesia. Kecepatan konvergensi di Indonesia hanya 0,29 persen, kondisi tersebut relatif sangat lambat dibandingkan dengan penelitian di negara berkembang lainnya.

2.6 Faktor-faktor Pemacu Pertumbuhan PDRB per Kapita di Indonesia

Pertumbuhan PDRB per kapita sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang perlu diketahui secara rinci sifat-sifatnya. Dampak dari masing-masing faktor tersebut perlu juga diteliti untuk mengetahui seberapa besar peranan dan pengaruhnya dalam menentukan pertumbuhan PDRB per kapita suatu wilayah.

2.6.1 Investasi Pemerintah

Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetapinventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Belanja modal sendiri terdiri dari: 1 Belanja Modal Tanah Belanja modal tanah adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk pengadaanpembelian pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat dan pengeluaran lainya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai. 2 Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk pengadaanpenambahanpenggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari dua belas bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai. 3 Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk pengadaanpenambahanpenggantian, termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai. 4 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Merupakan pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk melakukan pengadaanpenambahanpenggantianpeningkatan, pembangunanpembuatan serta perawatan dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai. 5 Belanja Modal Fisik Lainya Adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk pegadaanpenambahanpeng- gantianpeningkatan pembangunanpembuatan serta perawatan terhadap fisik lainya yang tidak dapat dikategorikan dalam kriteria balanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan termasuk dalam belanja ini adalah belanja kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku dan jurnal ilmiah. Brata 2002 melakukan penelitian di Jawa Tengah pada periode 19951996-19981999. Penelitian tersebut menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah untuk pembangunan terhadap konvergensi pendapatan per kapita. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pendapatan per kapita awal dengan pertumbuhan selama periode pengamatan. Komponen pengeluaran pemerintah yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita adalah pengeluaran untuk infrastruktur dan untuk pemerintah daerah. Dan pengaruh pengeluaran untuk infrastruktur memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita dibandingkan dengan pengeluaran untuk daerah.

2.6.2 Tenaga Kerja Berpendidikan Minimal SMA

Konsep angkatan kerja merujuk pada kegiatan utama yang dilakukan oleh penduduk usia kerja selama periode tertentu. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan pengangguran. Indonesia menggunakan batas bawah usia kerja economically active population 15 tahun meskipun dalam survei dikumpulkan informasi mulai dari usia 10 tahun dan tanpa batas atas usia kerja. Penduduk usia kerja yang tidak termasuk angkatan kerja mencangkup penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 satu jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja, misalnya karena cuti, sakit dan sejenisnya. Konsep bekerja satu jam selama seminggu yang lalu digunakan dengan pertimbangan untuk mencangkup semua jenis pekerjaan yang mungkin ada pada suatu negara, termasuk di dalamnya adalah pekerjaan dengan waktu singkat short-time work, pekerja bebas, stand-by work dan pekerjaan yang tidak beraturan lainnya. Kriteria satu jam juga dikaitkan dengan definisi bekerja dan pengangguran yang digunakan, di mana pengangguran adalah situasi dari ketiadaan pekerjaan secara total lack of work sehingga jika batas minimum dari jumlah jam kerja dinaikan maka akan mengubah definisi pengangguran yaitu bukan lagi ketiadaan pekerjaan secara total . Seseorang dikatakan menganggur atau mencari pekerjaan apabila termasuk penduduk usia kerja yang; 1 tidak bekerja, atau 2 sedang mencari pekerjaan baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah berkerja, atau 3 sedang mempersiapkan suatu usaha, atau 4 yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan, atau 5 yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Tingkat pengangguran didefinisikan sebagai persentase dari angkatan kerja yang tidak bekerja. Secara keseluruhan konsep statistik ketenagakerjaan yang digunakan dalam Survei Angkatan Kerja Nasional Sakernas mengacu pada the labor force concept yang disarankan International Labor Organization ILO. Menurut Sukirno 2004, berdasarkan keadaan yang menyebabkannya pengangguran dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih sesuai dengan keinginannya. 2. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh perubahan struktur dalam perekonomian. 3. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat. Menurut Sukirno 2004, pengangguran akan mengakibatkan berkurangnya tingkat pendapatan masyarakat dan pada akhirnya akan mengurangi tingkat kesejahteraan. Dengan menjadi pengangguran, masyarakat akan terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Jika penganguran di suatu negara sangat tinggi maka akan timbul berbagai ketidakstabilan politik dan sosial yang akan memberikan dampak buruk pada tingkat kesejahteraan masyarakat negara tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran regional terdiri dari labor supply, labor demand dan mekanisme upah sebagai market clearing. Faktor perubahan demografi yang terdiri dari struktur umur, gender, pendidikan, dependency ratio dan migrasi dapat menyebabkan terjadinya pengangguran regional. Menurut Elhorst 2003, berdasarkan beberapa studi diperoleh hasil bahwa pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pengangguran. Alasannya adalah orang yang berpendidikan tinggi akan cenderung lebih intensif mencari kerja, orang yang berpendidikan tingga kurang rentan terhadap pemutusan hubungan kerja PHK dan biasanya mereka yang berpendidikan tinggi memiliki ketrampilan yang dibutuhkan oleh perekonomian karena teknologi yang terus berkembang. Lucas 1996 dengan teori pertumbuhan endogennya menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. Pendidikan akan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sehingga akan