4. Derajat konsentrasi kegiatan ekonomi
Wilayah yang memiliki derajat konsentrasi ekonomi yang baik akan mendorong peningkatan penyerapan tenagakerja dan tingkat pendapatan
masyarakat sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.
5. Alokasi dana pembangunan antar wilayah
Alokasi dana pembangunan atau investasi baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta di suatu wilayah akan mendorong tumbuhnya
kegiatan di sektor produksi dan akan meningkatkan pendapatan sehingga pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut dapat semakin tinggi.
2.2 Kesenjangan PDRB per Kapita Regional
Kesenjangan mengacu pada standar hidup relatif dari masyarakat secara keseluruhan Sutarno dan Kuncoro, 2003. Kesenjangan regional disebabkan
adanya perbedaan faktor potensi wilayah sejak awal. Perbedaan potensi inilah yang menyebabkan kemampuan suatu daerah dalam melaksanakan pembangunan
ekonomi di wilayahnya menjadi berbeda. Arsyad 2010 menyebutkan bahwa teori kutub pertumbuhan yang dikemukakan oleh Perroux menyebutkan bahwa
pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah dalam waktu yang bersamaan. Pertumbuhan hanya terjadi di tempat-tempat yang merupakan pusat pertumbuhan
dengan intensitas yang berbeda. Terjadinya ketimpangan antar daerah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar daerah yang
pada akhirnya menyebabkan ketimpangan pendapatan. Perbedaan kemajuan antar daerah berarti adanya perbedaan kemampuan
untuk tumbuh sehingga yang timbul adalah ketidakmerataan. Kuznets menganalisis pola-pola pertumbuhan historis di negara-negara maju dan
mengemukakan bahwa pada tahap awal pertumbuhan distribusi pendapatan cenderung memburuk namun pada tahapan berikutnya distribusi pendapatan akan
semakin membaik. Kondisi inilah yang kemudian dikenal dengan hipotesis “Kurva U Terbalik” Todaro Smith, 2006. Hipotesis ini dihasilkan melalui
kajian empiris terhadap pola pertumbuhan ekonomi terhadap trade off antara pertumbuhan dan pemerataan. Seiring dengan kemajuan pembangunan ekonomi
maka setelah mencapai tahap tertentu trade off tersebut akan menghilang diganti dengan hubungan korelasi positif antara pertumbuhan dan pemerataan.
Proses trade off ini banyak terjadi di negara sedang berkembang, ketika proses pembangunan dilaksanakan maka ketimpangan semakin meningkat. Hal ini
disebabkan karena pada waktu proses pembangunan baru dimulai di negara sedang berkembang, kesempatan dan peluang pembangunan yang umumnya
dimanfaatkan oleh daerah-daerah yang kondisi pembangunannya sudah lebih baik. Sedangkan daerah-daerah yang masih terbelakang tidak mampu
memanfaatkan peluang yang ada karena keterbatasan prasarana dan sarana serta rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hambatan ini tidak saja disebabkan
oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh faktor sosial budaya sehingga akibatnya ketimpangan pembangunan antar daerah cenderung meningkat karena
pertumbuhan ekonomi cenderung lebih cepat di daerah dengan kondisinya lebih baik, sedangkan daerah yang terbelakang tidak banyak mengalami kemajuan
Sjafrizal, 2008. Faktor-faktor penyebab ketimpangan pembangunan ekonomi Emilia dan
Imelia, 2006, antara lain: 1
Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah Ekonomi di daerah dengan konsentrasi tinggi cenderung tumbuh pesat,
sedangkan daerah yang memiliki tingkat konsentrasi ekonomi yang rendah cenderung akan tumbuh dengan lambat.
2 Alokasi investasi
Teori pertumbuhan ekonomi dari Harrod Domar menerangkan hubungan positif antara tingkat investasi dan laju pertumbuhan ekonomi. Artinya
apabila tingkat investasi suatu daerah rendah maka daerah tersebut akan memiliki pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat per
kapita yang rendah karena tidak adanya kegiatan ekonomi yang produktif. 3
Tingkat mobilitas faktor produksi yang rendah antar daerah Pertumbuhan ekonomi yang lambat disebabkan oleh kurang lancarnya
mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan capital antar daerah.
4 Perbedaan sumber daya alam antarwilayah
Kaum klasik menerangkan bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam SDA akan lebih maju dan masyakaratnya lebih
makmur dibandingkan dengan wilayah yang miskin SDA. 5
Perbedaan kondisi demografis antarwilayah Jumlah dan pertumbuhan penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin dan etos
kerja masyarakat menjadi faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi antar wilayah menjadi berbeda. Faktor jumlah penduduk yang besar akan menjadi
faktor pendorong bagi pertumbuhan ekonomi sekaligus menjadi aset yang potensial bagi produksi.
6 Kurang lancarnya perdagangan antarwilayah
Lancar tidaknya perdagangan antar wilayah ditentukan oleh kondisi transportasi dan komunikasi. Kelangkaan barang modal, input antara, bahan
baku akibat sarana transportasi dan komunikasi yang tidak baik akan menyebabkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah tidak berkembang dan tidak
dapat beroperasi secara optimal. Salah satu indikator untuk melihat kesenjangan ekonomi regional adalah
melalui kesenjangan pendapatan per kapita. Pendekatan pendapatan per kapita yang biasa digunakan adalah dengan PDRB per kapita. PDRB adalah nilai bersih
barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode Sasana, 2009. PDRB dapat menggambarkan
kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah. Besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat
bergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut. PDRB per kapita dapat dihitung dari PDRB harga konstan dibagi dengan jumlah
penduduk pada suatu wilayah. Keterbatasan dalam ketersediaan faktor-faktor produksi dan sumber daya alam membuat besaran PDRB bervariasi antar daerah.
Arsyad 2010 menjelaskan bahwa pendapatan per kapita memberikan gambaran
tentang kesejahteraan
masyarakat di
banyak negara
dan menggambarkan perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang terjadi antar
negara. Semakin tinggi PDRB per kapita maka semakin sejahtera penduduk suatu daerah dan jumlah penduduk miskin di daerah tersebut akan semakin berkurang.