Menurut Barzelay 1991 , pemberian otonomi daerah melalui desentralisasi fiskal memiliki tiga misi utama, yaitu:
1. Menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam mengelola sumber daya daerah
yang dimiliki. 2.
Meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan rakyat. 3.
Menciptakan ruang yang lebih luas bagi masyarakat untuk bisa ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Manfaat yang bisa diperoleh dari sistem desentralisasi fiskal tidak lantas membuat sistem tersebut sebagai sistem terbaik untuk mencapai pembangunan
yang lebih baik. Menurut Prud’homme 1995 terdapat beberapa kelemahan yang menyertai pelaksanaan otonomi daerah, diantaranya adalah menciptakan
kesenjangan antara daerah miskin dan daerah kaya karena potensi yang dimiliki berbeda sejak awal, mengancam stabilitas ekonomi karena tidak efisiennya
kebijakan ekonomi makro, mengurangi efisiensi akibat kurang representatifnya lembaga perwakilan rakyat, dan perluasan jaringan korupsi karena korupsi tidak
lagi hanya terjadi di pusat tapi sudah sampai ke daerah.
Desentralisasi fiskal menjadi suatu hal yang sangat penting dalam masa otonomi daerah karena dengan kewenangan yang diberikan maka pemerintah daerah
dapat dengan bebas menentukan kebijakan-kebijakan fiskal yang dapat meningkatkan pendapatan daerah. Salah satu jalan yang sering dilakukan pemerintah daerah untuk
mendongkrak pendapatannya adalah dengan meningkatkan pajak dan menarik retribusi daerah Suparno, 2010.
Menurut Brodjonegoro
2000, desentralisasi
fiskal merupakan
penyerahan wewenang fiskal kepada daerah yang meliputi : 1 self financing atau cost recovery dalam pelayanan publik dalam bentuk restribusi daerah, 2
cofinancing atau coproduction yaitu penggunaan jasa publik beradaptasi dalam bentuk kontribusi kerja sama atau pembayaran jasa, 3 transfer dari pusat ke
daerah terutama yang berasal sumbangan umum, sumbangan khusus, sumbangan darurat serta bagi hasil pajak dan non pajak, dan 4 kebebasan daerah untuk
melakukan pinjaman. Desentralisasi
fiskal diharapkan
dapat meningkatkan
efektifitas pembangunan dan penyediaan pelayanan umum karena semakin dekatnya
masyarakat dengan pemerintah sehingga mampu mengakomodasi kondisi
masyarakat dan wilayah yang heterogen. Desentralisasi fiscal memungkinkan pemerintah daerah untuk memperoleh dua sumber dana untuk melakukan
pembangunan, yaitu yang berasal dari pendapatan asli daerahnya dan dana transfer dari pusat. Dana transfer dari pusat diberikan sebagai dana perimbangan,
yaitu dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana
perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan antar pemerintah daerah. Dana perimbangan
digunakan untuk melakukan pengembangan ekonomi lokal, dana tersebut bersumber dari:
1. Dana Bagi Hasil DBH
Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, misalnya dana bagi hasil pajak DBHP dan dana bagi hasil bukan pajak DBHBP.
2. Dana Alokasi Umum DAU
Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 3.
Dana Alokasi Khusus DAK Merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan perioritas nasional.
Suhartono 2005 melakukan penelitian tentang peranan transfer fiskal dalam mengurangi kesenjangan antar daerah di Jawa Bagian Barat. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa kecenderungan pemerataan fiskal belum mampu memeratakan pembangunan. Transfer fiskal merupakan instrumen
pemerataan antar daerah karena ketimpangan pembangunan berkaitan erat dengan ketimpangan transfer.
Penelitian yang
dilakukan oleh
Brodjonegoro 2001
dengan menggunakan model makro ekonometrik simultan untuk melihat dampak
desentralisasi fiskal terhadap perekonomian Indonesia. Hasil studi menunjukkan
bahwa dengan skema DAU, DBHSDA, dan Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan DBHPPh maka disparitas ekonomi antar daerah akan semakin meningkat. Hal
ini ditunjukkan oleh meningkatnya angka indeks Williamson. Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi daerah, dengan skema yang sama menghasilkan tingkat
pertumbuhan yang berbeda-beda antar daerah, daerah yang kaya sumber daya alam dan menerima DAU tinggi menunjukkan tingat petumbuhan yang tinggi,
demikian sebaliknya. Sasana 2005 melakukan penelitian mengenai dampak pelaksanaan
desentralisasi terhadap pertumbuhan ekonomi di KabupatenKota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa DBH mempunyai
hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi hanya di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Dana alokasi umum
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, kabupaten Gunung Kidul dan Kota
Yogyakarta. DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di seluruh kabupatenkota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Daulay 2011 meneliti pengaruh dari pendapatan asli daerah PAD, dana alokasi umum DAU dan dana alokasi khusus DAK, dana bagi hasil DBH,
Investasi Daerah ID, Belanja Pengawai dan Belanja Modal terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten dan kota Provinsi Sumatra Utara. Hasil Hasil
penelitian menunjukkan bahwa PAD, DAK, DAU, DBH dan ID merupakan faktor yang dominan sebagai pembentuk pertumbuhan ekonomi sedangkan
Belanja Pegawai dan Investasi Daerah tidak dapat digunakan sebagai faktor pembentuk pertumbuhan ekonomi untuk periode tahun 2005-2008.
Penelitian mengenai pengaruh DAU, DAK terhadap pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai variabel intervening pada kabupatenkota di
Provinsi Sumatra Utara yang dilakukan oleh Muis 2012 untuk periode 2005- 2008. Dengan analisis jalur diperoleh hasil bahwa DAU berpengaruh langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi, DAK berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui belanja modal.
2.4 Investasi Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi
Todaro dan Smith 2006 menyatakan bahwa sumber daya yang digunakan untuk meningkatkan pendapatan dan konsumsi di masa yang akan datang disebut
investasi. Investasi juga merupakan tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada sehingga memunculkan akumulasi modal Nanga, 2005.
Investasi bisa dibagi menurut jenisnya. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Autonomus investment dan induced investment
Autonomus investment merupakan investasi yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat mengalami perubahan karena adanya perubahan pada
tingkat bunga, pendapatan nasional, kebijakan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Sedangkan induced investment sangat dipengaruhi
oleh pendapatan, investasi akan meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan.
2. Public investment dan private investment
Public investment adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah, investasi yang dilakukan bersifat resmi. Sedangkan private investment merupakan
investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. 3.
Domestic investment dan foreign investment Domestic investment adalah penanaman modal dalam negri di dalam negri,
sedangkan foreign investment merupakan penanaman modal asing. Penanaman modal asing diperlukan untuk mengolah faktor-faktor produksi
alam danatau faktor produksi tenaga manusia ketika faktor produksi modal yang dimiliki tidak cukup untukmengolahnya.
Pemerintah daerah melakukan investasi dalam rangka untuk meningkatkan pembangunan daerahnya Indrawati, 2011. Dana yang digunakan untuk
melakukan investasi pemerintah bersumber dari anggaran yang dimiliki pemerintah daerah atau penerimaan daerah. Besarnya anggaran suatu pemerintah
daerah akan menentukan kemampuan suatu daerah dalam berinvestasi untuk membangun daerahnya. Investasi pemerintah dilakukan melalui pengeluaran
pembangunanbelanja modal. Investasi pemerintah umumnya menyangkut
akumulasi modal fisik yang memiliki peranan penting dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.
Selain investasi fisik, dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi diperlukan juga investasi sumber daya manusia. Investasi modal manusia melalui
pendidikan diperlukan meskipun investasi pendidikan merupakan investasi jangka panjang secara makro sehingga manfaat investasi ini baru bisa dipetik setelah
beberapa tahun Atmanti, 2005. Investasi pendidikan menjadi penting ketika semakin tinggi kualitas
sumber daya manusia maka semakin meningkat pula efisiensi dan produktivitas suatu negara. Adanya investasi pendidikan telah membuat negara yang miskin
sumber daya alam bisa memacu pertumbuhan ekonominya Atmanti, 2005. Model Solow telah menjelaskan pentingnya investasi modal sumber daya manusia
dan peranan ilmu pengetahuan dalam memacu pertumbuhan ekonomi. The New Growh Theory menjelaskan bahwa faktor manusia diperlakukan
sebagai salah satu faktor penting yang secara langsung mempengaruhi proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sebagaimana layaknya modal fisik.
Lucas 1996 dengan teori pertumbuhan endogennya menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi.
Pendidikan akan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sehingga akan menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Tenaga kerja yang produktif akan
menghasilkan output yang lebih banyak sehingga secara agregat akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Sukirno 2007 menjelaskan bahwa investasi memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk terus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan
kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan kemakmuran masyarakat. Fungsi penting dari investasi adalah:
1. Investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional dan
kesempatan kerja 2.
Akumulasi modal sebagai akibat dari kegiatan investasi akan menambah kapasitas produksi
3. Investasi akan menciptakan teknologi baru
Model pertumbuhan endogen menjelaskan bahwa hasil investasi akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar. Dengan
diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik di bidang sumberdaya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal eksternalitas positif dan memacu
produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting,
namun model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi
jangka panjang. Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan dari investasi komplementer complementary investment
dalam modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian. Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan
manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara menyediakan berbagai macam
barang publik sarana infrastruktur atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan
demikian model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung.
Penelitian yang dilakukan oleh Alkadri 1999 tentang sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan bahwa variabel yang
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi adalah bantuan luar negeri, PMA, PMDN, pajak, pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan angkatan kerja
Yuliarmi 2008 melakukan penelitian tentang pengaruh konsumsi rumah tangga, investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap PDRB Bali pada tahun
1994-2005. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Bali.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Rustiono 2008 untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah selama
periode 1985-2006. Hasil analisis menunjukkan bahwa realisasi PMA, realisasi PMDN, angkatan kerja, dan pengeluaran pemerintah mempunyai hubungan yang
positif signifikan dengan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah selama tahun 1985-2006.
Indrawati 2002 melakukan penelitian tentang peranan anggaran belanja modal sebagai investasi pemerintah dalam perekonomian KTI tahun 2005-2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan investasi pemerintah total berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di KTI. Selain itu, investasi
pemerintah memiliki hubungan yang substitusi dengan investasi swasta karena investor swasta yang bersedia untuk berinvestasi pada daerah yang belum
berkembang masih sangat terbatas memiliki return of investment yang lama atau risk investment yang tinggi.
2.5 Investasi Pemerintah dan Konvergensi Ekonomi Regional
Konvergensi merupakan proses pertumbuhan ekonomi di negara-negara atau wilayah-wilayah yang berbeda sedemikian rupa sehingga mengurangi gap
kesenjangan pendapatan, produktivitas, tingkat upah, dan berbagai indikator ekonomi lainnya. Hal ini dapat berarti berkurangnya perbedaan PDB per kapita,
dan produktivitas Ambramovitz, 1986, atau adanya tendensi negara-negara miskin untuk mengejar ketertinggalan dari negara kaya karena pertumbuhan
ekonomi mereka yang mengagumkan Barro Sala-I-Martin, 1995. Tingkat pertumbuhan jangka panjang ditentukan oleh variabel eksogen
pada kondisi mapan, dimana k, y dan c per kapita tidak tumbuh dan variabel agregat K, Y dan C tumbuh pada tingkat laju pertumbuhan penduduk n, yang
dalam persamaan dasar model Solow-Swan dinyatakan dengan: .
2.10 Dengan k negatif, maka:
.
′
0 2.11 Ketika nilai k semakin kecil maka nilai k lebih besar, ceteris paribus.
Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian dengan modal per orang yang lebih rendah akan tumbuh lebih cepat atau adanya kecenderungan konvergensi. Suatu
daerah atau negara yang mulai dengan rasio modal per tenaga kerja yang rendah akan memiliki tingkat pertumbuhan k per kapita yang lebih tinggi. Hipotesis
bahwa ekonomi yang miskin cenderung tumbuh lebih cepat per kapita