menggunakan langkah –langkah open approach yang telah diadopsi di
Thailand. Tahapan
–tahapan open approach yang menekankan pada proses pemecahan masalah yang diusulkan oleh Inprasitha sebagai berikut:
1 Fase 1: Mengajukan Masalah Open-ended. posing open –ended
problems Dalam tahapan pertama ini, guru mengajukan masalah open
–ended kepada siswa, kemudian guru meminta siswa untuk memahami
permasalah yang diberikan. 2
Fase 2: Siswa Belajar Secara Mandiri. Stude nts’ self–learning through
problem solving Dalam tahapan ini, siswa berusaha untuk memecahkan permasalahan
yang diberikan guru dengan berbagai macam cara sesuai dengan kemampuan matematika siswa. Di tahapan ini, tugas guru ialah
mencatat cara yang digunakan oleh siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut.
3 Fase 3: Diskusi dan Membandingkan. Whole class discussion and
comparison Dalam tahapan ini, siswa mempresentasikan di depan kelas cara yang
digunakan dalam memecahkan permasalahan. Tugas guru ialah memperhatikan ide yang dikemukakan oleh siswa dan membuat
koneksi atas ide –ide yang muncul dari siswa.
4 Fase 4: Membuat Ringkasan. Summarization through connecting
students’ mathematical ideas that emerge in the classroom Dalam tahapan ini guru merangkum dan mengkoneksikan ide
–ide yang muncul dari aktivitas pemecahan masalah siswa dalam rangka
membantu siswa menemukan generalisasi matematika, rumus, aturan dan sebagainya. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan atau ringkasan dari ide-ide yang muncul dari aktivitas
siswa dengan bahasa siswa sendiri ataupun mengacu pada pikiran siswa.
41
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pembelajaran dengan Open Approach yang diusulkan oleh Inprasitha dengan langkah
–langkah pembelajaran sebagai berikut:
1 Mengajukan Masalah Open
–ended Guru memberikan LKS kepada siswa yang memuat masalah
open –ended
Siswa membaca soal untuk memahami permasalahan yang diberikan
Siswa mendaftar semua fakta dari permasalahan yang diberikan 2
Siswa Belajar Mandiri Siswa mengidentifikasi pernyataan yang mendasari masalah
Siswa aktif menemukan ide untuk memecahkan masalah yang
diberikan 3
Diskusi dan Membandingkan Siswa aktif berdiskusi untuk memilih dan mengevaluasi
penyelesaian yang digunakan Siswa menetapkan penyelesaian yang paling tepat
Siswa membandingkan penyelesaian yang digunakan dengan
penyelesaian kelompok lain 4
Membuat Ringkasan Siswa dibimbing oleh guru membuat ringkasan atas sejumlah ide
yang muncul dari proses diskusi yang telah dilakukan Siswa menyimpulkan ide yang memberikan penyelesaian unik
3. Pembelajaran Konvensional
Pada umumnya proses pembelajaran secara konvensional berpusat pada guru teacher center, pembelajaran secara konvensional yang dipakai dalam
penelitian ini adalah dengan metode ekspositori.
41
Ibid., p. 92 – 93.
Metode ekspositori dalam beberapa hal, sama seperti metode ceramah, dimana metode ekspositori dan ceramah sama
–sama berpusat pada guru teacher center. Namun porsi guru untuk berceramah dalam metode ekpositori lebih sedikit
dibandingkan metode ceramah. Metode ekspositori bermula dengan guru memberi penjelasan terhadap materi lalu memberikan contoh soal. Di dalam metode ini siswa
tidak hanya mendengar penjelasan guru namun terdapat latihan soal, jika ada hal yang tidak dipahami siswa dapat bertanya kepada guru. Jadi dalam metode
ekspositori siswa lebih aktif jika dibandingkan dengan metode ceramah.
42
Prosedur dalam metode ekspositori sebagai berikut: a.
Guru memberikan konsep materi dengan metode ceramah, selanjutnya guru memberikan contoh soal dengan metode demonstrasi, lalu siswa
diberi kesempatan untuk bertanya melalui metode tanya jawab, kemudian siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru,
salah seorang siswa ditugaskan untuk mengerjakan soal di papan tulis. b.
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat rangkuman atau guru yang membuat sendiri rangkuman, atau guru bersama siswa
membuat rangkuman bersama –sama.
43
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Tipparat Noparit pada tahun 2005 dengan
judul “Developing Instruction Based on Open Approach and Its Impact on Level of Geometric Achievement of Eight” yang meneliti pengaruh dari
pembelajaran open approach terhadap tingkat kemampuan berpikir geometris dan hasil belajar geometri di kelas VIII menyatakan bahwa terdapat
peningkatan pada level kemampuan berpikir geometris siswa dari level dua ke level tiga setelah pembelajaran dengan open approach diterapkan.
44
2. Penelitian
Anis Kurniasari yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving CPS terhadap Kemampuan Penalaran Analogi
42
Suherman, op.cit., h. 203.
43
H.M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014, h. 272
– 273.
44
Tip arat Noparit, “Developing Instruction Based on Open Aproach and Its Impact on
Level of Geometric Achievement of Eight ”, CMU Journal, vol.4, 2005, p.340-341.
Matematik Siswa ” menyatakan bahwa kemampuan penalaran analogi
matematik siswa yang diajar dengan model Creative Problem Solving CPS lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model konvensional. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil tes kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang diajarkan dengan model Creative Problem Solving
sebesar 74,62 dan nilai rata-rata kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang diajarkan dengan model konvensional sebesar 67,62.
45
3. Penelitian
Latifah Mutmainnah yang berjudul “Strategi Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Matematis Tipe Generalisasi
” menyatakan bahwa pembelajaran dengan strategi metakognitif dapat
meningkatkan kemampuan generalisasi matematis siswa. Rata-rata kemampuan generalisasi matematis siswa pada siklus I menunjukan angka
66,1 dan meningkat menjadi 76,3 pada siklus II.
46
C. Kerangka Berpikir
Secara umum kemampuan penalaran induktif –kreatif matematis,
merupakan kemampuan siswa dalam bernalar dengan melihat hal –hal atau fakta–
fakta khusus yang membawa pada suatu kesimpulan umum dengan melibatkan aspek kreatif. Kemampuan penalaran induktif
–kreatif matematis yang diukur dalam penelitian ini dibatasi pada tiga indikator yaitu: generalisasi kreatif, analogi kreatif,
dan pola kreatif. Mengacu pada indikator –indikator tersebut, maka dibutuhkan suatu
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan bersifat terbuka. Pembelajaran yang berpusat pada siswa akan mengembangkan
kemampuan nalar siswa sementara pembelajaran yang bersifat terbuka akan mengembangkan kreativitas siswa dalam berpikir yang dikarenakan siswa diberi
kesempatan untuk memecahkan persoalan dengan mandiri dan bebas untuk
45
Anis Kurniasari, Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving CPS terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa, Jakarta: Skripsi Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2015, h.47, tidak dipublikasikan.
46
Latifah Mutmainnah, Strategi Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Matematis Tipe Generalisasi, Jakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2013, h.84, tidak dipublikasikan.
mengeksplorasi kemampuan berpikirnya selain itu siswa juga diberi kesempatan untuk saling diskusi dengan teman.
Pembelajaran dengan open approach merupakan pembelajaran yang bersifat terbuka dan menekankan pada proses pemecahan masalah. Pembelajaran
dengan open approach terdiri dari empat tahapan. Pada tahapan pertama yaitu mengajukan masalah open-ended, guru memberikan masalah open
–ended kepada siswa dan siswa diminta membaca soal untuk memahami permasalahan. Hal tersebut
melatih siswa untuk mengamati masalah dan diharapkan siswa dapat bernalar analog dengan cara mengaitkan kesamaan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
masalah yang dihadapi. Tahapan kedua yaitu siswa belajar mandiri, pada tahapan ini siswa mengidentifikasi pernyataan yang mendasari masalah, selanjutnya siswa aktif
menemukan ide untuk memecahkan permasalahan yang diberikan, dengan melibatkan proses berpikir kreatif siswa bebas mengeksplorasi kemampuan
berpikirnya untuk memecahkan persoalan terbuka, adanya permasalahan yang bersifat terbuka akan menghasilkan beragam cara penyelesaian sesuai dengan
kemampuan berpikir siswa hal ini akan memunculkan orisinalitas jawaban siswa. Selanjutnya, tahapan ketiga yaitu diskusi dan membandingkan, pada
tahapan ini siswa aktif berdiskusi dengan teman sekelompok untuk memilih dan mengevaluasi penyelesaian yang digunakan, hal ini melibatkan kemampuan berpikir
kritis, kreatif dan nalar siswa untuk mampu mengevaluasi dalam menetapkan penyelesaian yang paling tepat, selanjutnya guru meminta salah satu perwakilan
kelompok siswa untuk mempresentasikan cara yang digunakan dalam memecahkan masalah, sementara siswa yang lain membandingkan terhadap cara yang digunakan
dalam fase ini siswa mencermati sejumlah ide yang dipresentasikan oleh temannya dalam memecahkan masalah yang diberikan yang melatih siswa pada kreativitas ide
memecahkan masalah. Tahapan keempat yaitu membuat ringkasan, siswa dibimbing oleh guru untuk membuat ringkasan atas sejumlah ide yang muncul dari proses
diskusi pada tahap ketiga, hal ini menjadi upaya guru agar siswa mampu mengunakan nalarnya untuk menyimpulkan ide
–ide unik, fase ini akan melatih siswa untuk menyimpulkan dari proses pembelajaran yang akhirnya melatih siswa pada
kemampuan generalisasi.