Uji Prasyarat Analisis Pengaruh Pembelajaran dengan Open Approach terhadap Kemampuan Penalaran Induktif-Kreatif Matematis
faktor yang menjadi alasan mengapa kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi adalah proses pembelajaran yang
digunakan di dalam kelas, yaitu dengan pembelajaran open approach. Pembelajaran dengan open approach merupakan pembelajaran yang
berpusat pada siswa, mendorong siswa untuk mampu menyelesaikan permasalahan matematis yang menekankan keterbukaan belajar, siswa aktif berdiskusi,
mengungkapkan ide-ide yang muncul, dan mencari alternatif jawaban lain, serta melakukan penyimpulan ide pada tahapan akhir. Sementara pembelajaran
konvensional secara dominan guru lebih banyak mendominasi, mulai dari penanaman konsep yang langsung diberikan guru kepada siswa, siswa tidak
diberikan ruang untuk mengkonstruk pengetahuan dan nalarnya sendiri, sehingga siswa kurang memiliki kesempatan untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis untuk ide-ide yang mereka miliki. Pada pertemuan pertama pelaksanaan penelitian, proses pembelajaran
belum bisa berjalan dengan baik sesuai harapan peneliti. Sebelumnya peneliti menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan open approach kepada siswa
kelas eksperimen, kemudian peneliti memberikan petunjuk penggunaan lembar kerja siswa LKS, namun kebanyakan siswa masih bingung dalam mengerjakan
LKS, peneliti mengamati kebingungan yang terjadi pada siswa lebih ke arah kemandirian belajar siswa untuk tidak mau mencoba secara mandiri memahami
pertanyaan-pertanyaan dalam LKS, kebanyakan siswa lebih senang untuk langsung bertanya kepada guru apa yang diminta untuk dijawab dalam LKS tersebut, selain
itu proses diskusi terlihat belum berjalan dengan baik, siswa masih cenderung belajar individu, sehingga pada pertemuan pertama pembelajaran dengan Open
Approach kurang berjalan dengan lancar. Kendala yang dihadapi peneliti pada pertemuan pertama adalah
penguasaan kelas dan waktu, penguasaan kelas karena banyaknya siswa yang bertanya untuk pengerjaan LKS dan waktu yang menjadi semakin berkurang karena
penguasaan kelas yang belum kondusif. Pada pertemuan pertama, ketika proses pembelajaran telah memasuki tahapan diskusi dan membandingkan, banyak siswa
yang masih terlihat bekerja secara individu untuk menyelesaikan LKS sehingga
diskusi masih kurang terbentuk dengan kondusif. Selain itu siswa masih kurang mandiri, peneliti sedikit kesulitan untuk meminta siswa melakukan presentasi. Oleh
sebab itu, pada pertemuan kedua dan selanjutnya peneliti lebih menekankan kembali kepada siswa cara pengerjaan LKS, meminta siswa untuk berdiskusi
dengan baik ketika sudah waktunya diskusi, meminta siswa untuk lebih mandiri dan berani untuk presentasi.
Selanjutnya pelaksaan penelitian untuk pertemuan kedua dan selanjutnya secara perlahan-lahan siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran open approach,
siswa mulai belajar untuk mencoba memahami pertanyaan yang diberikan di LKS tanpa banyak bertanya pada peneliti, siswa mulai bisa berdiskusi dengan baik
bersama teman sekelasnya, siswa sudah memiliki rasa tanggung jawab untuk melakukan presentasi dan siswa dengan baik melakukan kegiatan penyimpulan.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat siswa yang belum serius mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan pengalaman pada pertemuan pertama,
peneliti juga berusaha mengatur waktu untuk lebih efisien agar pembelajaran menjadi lebih efektif.
Proses pembelajaran dengan open approach secara rinci dijelaskan sebagai berikut dengan mengambil contoh masalah pada pertemuan ketiga. Pada awal
pertemuan, tahapan pertama pada pembelajaran open approach yaitu guru mengajukan masalah open-ended, pada tahapan ini guru mengajukan masalah
terbuka kepada siswa, masalah yang diajukan guru tertuang dalam bentuk Lembar Kerja Siswa LKS. Pada pertemuan ketiga materi yang akan dipelajari yaitu
mengenai luas dan keliling bangun datar persegi panjang dan persegi. Di LKS guru memberikan sebuah masalah yang bertujuan agar siswa mampu menarik
kesimpulan mengenai luas dan keliling persegi dan persegi panjang dengan cara yang unik. Masalah telah didesain agar memiliki multicara dalam menjawab. Pada
saat siswa menerima LKS guru meminta siswa untuk membaca soal dengan baik agar memahami permasalahan yang diberikan. Berikut contoh masalah pada
pertemuan ketiga.