Kemampuan Penalaran Induktif-Kreatif Matematis Siswa Kelas

Hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukan bahwa data skor hasil tes kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal, hal ini diketahui dengan cara membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan dengan α yang telah ditetapkan. Nilai Sig. skor kemampuan penalaran induktif kreatif matematis pada kelas eksperimen sebesar 0,214 dan pada kelas kontrol sebesar 0,238 skor kedua kelas tersebut lebih besar daripada signifikansi α = 0,05.

b. Uji Homogenitas

Selanjutnya uji prasyarat yang kedua adalah uji homogenitas varians data, pengujian homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang variansnya sama homogen. Hipotesis Statistik: H : � = � H 1 : � ≠ � Berdasarkan Tabel 4.4 hasil uji homogenitas dengan uji Levene, pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukan bahwa data skor hasil tes kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis siswa untuk kedua kelas yaitu eksperimen dan kontrol adalah homogen, hal ini diketahui dengan cara membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan dengan α yang telah ditetapkan. Nilai signifikansi dari hasil pengujian homogenitas adalah 0,458 nilai tersebut lebih besar daripada harga α = 0,05. Berdasarkan pengujian normalitas dan homogenitas yang telah dilakukan, menunjukan bahwa skor hasil tes kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis pada kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan varian dari kedua kelas homogen.

2. Uji Hipotesis

Pengujian normalitas dan homogenitas telah menunjukkan bahwa skor tes kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis siswa pada kedua kelas berdistribusi normal dan varians kedua kelas homogen. Oleh karena itu pengujian kesamaan dua rata-rata dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Independent Samples t Test yang terdapat pada aplikasi SPSS. Hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest kelas eksperimen dan kontrol disajikan dalam tabel berikut: Hipotesis Statistik: H : � ≤ � H 1 : � � Dari tabel terlihat bahwa hasil uji kesamaan dua rata-rata kelas eksperimen dan kontrol untuk kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis menunjukan untuk menolak H dan menerima H 1 . H 1 menyatakan bahwa rata-rata kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis siswa dengan pembelajaran open approach lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada taraf kepercayaan 95. Hal ini dapat diidentifikasikan dari harga t = 5,209 dan hasil sig.2-tailed = 0,000 maka untuk uji satu arah nilai dibagi 2, dan tetap 0,000 0,05. Sehingga disimpulkan bahwa hipotesis menolak H dan menerima H 1 . C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran open approach lebih tinggi dari pada yang diajarkan dengan dengan pembelajaran konvensional. Skor rata-rata kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis siswa dengan pembelajaran open approach juga lebih tinggi daripada dengan pembelajaran konvensional. Salah satu Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t Df Sig. 2-tailed Mean Difference Std. Error Difference Equal variances assumed .557 .458 5.209 65 .000 15.276 2.933 Equal variances not assumed 5.200 63.697 .000 15.276 2.938 Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Kemampuan Penalaran Induktif-Kreatif Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol faktor yang menjadi alasan mengapa kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi adalah proses pembelajaran yang digunakan di dalam kelas, yaitu dengan pembelajaran open approach. Pembelajaran dengan open approach merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, mendorong siswa untuk mampu menyelesaikan permasalahan matematis yang menekankan keterbukaan belajar, siswa aktif berdiskusi, mengungkapkan ide-ide yang muncul, dan mencari alternatif jawaban lain, serta melakukan penyimpulan ide pada tahapan akhir. Sementara pembelajaran konvensional secara dominan guru lebih banyak mendominasi, mulai dari penanaman konsep yang langsung diberikan guru kepada siswa, siswa tidak diberikan ruang untuk mengkonstruk pengetahuan dan nalarnya sendiri, sehingga siswa kurang memiliki kesempatan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan penalaran induktif-kreatif matematis untuk ide-ide yang mereka miliki. Pada pertemuan pertama pelaksanaan penelitian, proses pembelajaran belum bisa berjalan dengan baik sesuai harapan peneliti. Sebelumnya peneliti menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan open approach kepada siswa kelas eksperimen, kemudian peneliti memberikan petunjuk penggunaan lembar kerja siswa LKS, namun kebanyakan siswa masih bingung dalam mengerjakan LKS, peneliti mengamati kebingungan yang terjadi pada siswa lebih ke arah kemandirian belajar siswa untuk tidak mau mencoba secara mandiri memahami pertanyaan-pertanyaan dalam LKS, kebanyakan siswa lebih senang untuk langsung bertanya kepada guru apa yang diminta untuk dijawab dalam LKS tersebut, selain itu proses diskusi terlihat belum berjalan dengan baik, siswa masih cenderung belajar individu, sehingga pada pertemuan pertama pembelajaran dengan Open Approach kurang berjalan dengan lancar. Kendala yang dihadapi peneliti pada pertemuan pertama adalah penguasaan kelas dan waktu, penguasaan kelas karena banyaknya siswa yang bertanya untuk pengerjaan LKS dan waktu yang menjadi semakin berkurang karena penguasaan kelas yang belum kondusif. Pada pertemuan pertama, ketika proses pembelajaran telah memasuki tahapan diskusi dan membandingkan, banyak siswa yang masih terlihat bekerja secara individu untuk menyelesaikan LKS sehingga