Optimasi Alokasi Armada Penangkapan Ikan Pelagis

biaya yang dikeluarkan oleh nelayan bagan tancap. Nilai IRR menjadi 14,83 menyebabkan keuntungan yang diperoleh dari usaha penangkapan bagan tancap tersebut berkurang sebesar 68,04 dari investasi yang ditanamkan nelayan setelah terjadinya kenaikan harga solar dan minyak tanah. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas diperoleh nilai untuk penurunan harga ikan sebesar 18,5 pada bagan tancap. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan harga ikan, maka kriteria investasi akan mengalami perubahan. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan harga ikan sebesar 18,5 dari harga ikan Rp. 8.000 menjadi Rp 6.520 pada unit penangkapan bagan tancap menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh adalah negatif. Hal ini menunjukkan usaha penangkapan bagan tancap di Kabupaten Banyuasin tidak layak untuk dilakukan dan dikembangkan. Net BC yang dihasilkan dalam analisis kurang dari 1, yaitu 0,99 berarti usaha ini tidak memberikan manfaat bersih, sehingga tidak layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang dihasilkan 14,96 berarti usaha ini mengalami kerugian. Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut, maka usaha penangkapan bagan tancap tidak layak untuk dikembangkan apabila terdapat penurunan harga ikan sebesar 14,96 .

7.3 Optimasi Alokasi Armada Penangkapan Ikan Pelagis

Untuk mencapai hasil yang optimal baik dari aspek biologi maupun ekonomi maka dilakukan optimasi untuk menentukan alokasi alat tangkap yang optimum digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis di Sungsang. Tujuan dari alokasi unit penangkapan ikan ini untuk mengatur komposisi masing-masing alat tangkap yang layak untuk dikembangkan di Sungsang. Alokasi jumlah unit penangkapan rawai hanyut yang optimum di Sungsang adalah sebanyak 51 unit. Jumlah tersebut mengalami penambahan sebanyak 31 unit dari jumlah yang ada sekarang yaitu sebanyak 20 unit. Hal ini juga menununjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah unit penangkapan. Sedangkan jumlah alat tangkap jaring insang hanyut yang ada di Kabupaten Sungsang adalah 90 unit maka dilakukan pembatasan sebesar 45 unit dan alat tangkap bagan tancap yang ada dewasa ini sebesar 110 unit dialokasikan menjadi 55 unit hal ini dilakukan untuk mentransfer teknologi secara bertahap 102 alat penangkapan ikan dari alat yang ada ke alat penangkapan ikan yang baik. Selain penambahan jumlah armada, yang seharusnya dilakukan adalah dengan memperluas jangkauan kapal dan memperbaiki struktur usaha melalui peningkatan sumberdaya manusia SDM serta dengan jumlah nelayan atau tenaga kerja yang terlalu banyak harus dilakukan reposisi atau beralih profesi seperti budidaya laut, pengolahan ikan dikarenakan jumlah nelayan yang banyak sedangkan areal penangkapan yang kecil dan sumberdaya ikan yang hampir habis overfishing. Memang dalam usaha yang baru ini akan dibutuhkan selain modal investasi dan kerja adalah keterampilan nelayan. Untuk mengatasi kebutuhan modal, nelayan dapat memperoleh dari hasil penjualan kapal dan alat tangkapnya. Agar mereka lebih kuat dalam permodalan, mereka dapat berkelompok membentuk kelompok usaha bersama. Sebagai konsekuensi kebijakan tersebut, pemerintah juga perlu memberikan kredit usaha kepada nelayan.

7.4 Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap