Tinjauan Aspek Finansial Pengembangan Perikanan Tangkap Berbasis Optimasi Sumberdaya Ikan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan

menurut aspek keramahan lingkungan berdasarkan kriteria penilaian rawai hanyut lebih ramah lingkungan daripada bagan tancap dan jaring insang hanyut.

7.2 Tinjauan Aspek Finansial

Hasil analisis aspek biologi, teknis, sosial, ekonomi dan keramahan lingkungan, ketiga alat tangkap yaitu rawai hanyut, jaring insang hanyut dan bagan tancap, mendapatkan hasil bahwa rawai hanyut lebih baik dari jaring insang hanyut dan bagan tancap. Setelah didapat alat tangkap yang terpilih adalah rawai hanyut tidak serta merta nelayan Sungsang mengganti teknologi penangkapan jaring insang hanyut dan bagan tancap menjadi teknologi penangkapan rawai hanyut. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi nelayan bahwa teknologi penangkapan rawai hanyut merupakan teknologi yang efektif, efisien dan berkelanjutan untuk perikanan pelagis. Diharapkan pula pembuat Kebijakan dapat membantu pengoptimalan usaha perikanan pelagis di Sungsang. Setelah dianalisis menggunakan metode skoring kemudian dianalisis kelayakannya sebagai syarat pengembangan suatu usaha. Oleh karena itu dilakukan analisis finansial untuk menilai kelayakan dari alat tangkap yang terpilih yaitu rawai hanyut. Berdasarkan hasil perhitungan analisis finansial, maka dapat dilihat bahwa rawai hanyut dikatakan layak untuk dikembangkan karena semua syarat dalam NPV, IRR, BEP, Net BC, dan ROI sebagai kriteria kelayakan suatu usaha dapat dipenuhi. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas diperoleh nilai untuk kenaikan harga solar dan minyak tanah sebesar 72,15 dan penurunan harga ikan sebesar 14,15 pada rawai hanyut. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan harga solar dan minyak tanah maka kriteria investasi akan mengalami perubahan. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar dan minyak tanah sebesar 72,15 dari harga solar Rp. 5.000 menjadi Rp 8.607 dan minyak tanah Rp. 3.000 menjadi Rp. 5.164,5 pada unit penangkapan rawai hanyut menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh adalah negatif. Hal ini menunjukkan usaha penangkapan rawai hanyut di Kabupaten Banyuasin tidak layak untuk dilakukan dan dikembangkan. Net BC yang dihasilkan dalam analisis kurang dari 1, yaitu 0,9985 berarti usaha ini tidak memberikan manfaat bersih, sehingga tidak layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang dihasilkan 14,95 berarti usaha ini mengalami kerugian. Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut, maka usaha penangkapan rawai hanyut tidak layak untuk dikembangkan apabila terdapat kenaikan harga solar dan minyak tanah sebesar 72,15 . Hasil perbandingan sebelum dan sesudah perubahan harga solar dan minyak tanah menyebabkan nilai NPV, Net BC dan IRR ikut berubah. Perubahan nilai NPV sebesar Rp. 55.923.365 dari 55.855.075 setelah mengalami kenaikan solar dan minyak tanah menjadi Rp 68.290,79, menunjukkan bahwa net benefit yang akan diperoleh pada akhir tahun proyek yang dihitung pada akhir tahun proyek dihitung berdasarkan nilai saat ini mengalami penurunan sebesar Rp. 55.923.365. Net BC sebesar 1,22 dari biaya yang dikeluarkan oleh nelayan rawai hanyut. Nilai IRR menjadi 14,95 menyebabkan keuntungan yang diperoleh dari usaha penangkapan rawai hanyut tersebut berkurang sebesar 33,05 dari investasi yang ditanamkan nelayan setelah terjadinya kenaikan harga solar dan minyak tanah. Hasil analisis sensitivitas diperoleh nilai untuk penurunan harga ikan sebesar 14,15 pada rawai hanyut. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan harga ikan, maka kriteria investasi akan mengalami perubahan. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan harga ikan sebesar 14,15 dari harga ikan Rp. 8.000 menjadi Rp 6.607,5 pada unit penangkapan rawai hanyut menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh adalah negatif. Hal ini menunjukkan usaha penangkapan rawai hanyut di Kabupaten Banyuasin tidak layak untuk dilakukan dan dikembangkan. Net BC yang dihasilkan dalam analisis kurang dari 1, yaitu 0,99 berarti usaha ini tidak memberikan manfaat bersih, sehingga tidak layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang dihasilkan 14,69 berarti usaha ini mengalami kerugian. Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut, maka usaha penangkapan rawai hanyut tidak layak untuk dikembangkan apabila terdapat penurunan harga ikan sebesar 14,15 . 99 Berdasarkan hasil analisis sensitivitas diperoleh nilai untuk kenaikan harga solar dan minyak tanah sebesar 41 dan penurunan harga ikan sebesar 15 pada jaring insang hanyut. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan harga solar dan minyak tanah maka kriteria investasi akan mengalami perubahan. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar dan minyak tanah sebesar 41 dari harga solar Rp. 5.000 menjadi Rp 7.050 dan minyak tanah Rp. 3.000 menjadi Rp. 4.230 pada unit penangkapan jaring insang hanyut menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh adalah negatif. Hal ini menunjukkan usaha penangkapan jaring insang hanyut di Kabupaten Banyuasin tidak layak untuk dilakukan dan dikembangkan. Net BC yang dihasilkan dalam analisis kurang dari 1, yaitu 0,99 berarti usaha ini tidak memberikan manfaat bersih, sehingga tidak layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang dihasilkan 14,80 berarti usaha ini mengalami kerugian. Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut, maka usaha penangkapan jaring insang hanyut tidak layak untuk dikembangkan apabila terdapat kenaikan harga solar dan minyak tanah sebesar 41 . Hasil perbandingan sebelum dan sesudah perubahan harga solar dan minyak tanah menyebabkan nilai NPV, Net BC dan IRR ikut berubah. Perubahan nilai NPV sebesar Rp. 46.654.674 dari 46.437.216 setelah mengalami kenaikan solar dan minyak tanah menjadi Rp 217.458, menunjukkan bahwa net benefit yang akan diperoleh pada akhir tahun proyek yang dihitung pada akhir tahun proyek dihitung berdasarkan nilai saat ini mengalami penurunan sebesar Rp. 46.654.674. Net BC sebesar 0,99 dari biaya yang dikeluarkan oleh nelayan jaring insang hanyut. Nilai IRR menjadi 14,80 menyebabkan keuntungan yang diperoleh dari usaha penangkapan rawai hanyut tersebut berkurang sebesar 32,2 dari investasi yang ditanamkan nelayan setelah terjadinya kenaikan harga solar dan minyak tanah. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas diperoleh nilai untuk penurunan harga ikan sebesar 15 pada jaring insang hanyut. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan harga ikan, maka kriteria investasi akan mengalami perubahan. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan harga ikan sebesar 15 dari harga ikan Rp. 8.000 menjadi Rp 6.800 pada unit penangkapan jaring insang hanyut menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh adalah negatif. Hal ini menunjukkan usaha penangkapan jaring insang hanyut di Kabupaten Banyuasin tidak layak untuk dilakukan dan dikembangkan. Net BC yang dihasilkan dalam analisis kurang dari 1, yaitu 0,99 berarti usaha ini tidak memberikan manfaat bersih, sehingga tidak layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang dihasilkan 14,80 berarti usaha ini mengalami kerugian. Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut, maka usaha penangkapan jaring insang hanyut tidak layak untuk dikembangkan apabila terdapat penurunan harga ikan sebesar 15 . Berdasarkan hasil analisis sensitivitas diperoleh nilai untuk kenaikan harga solar dan minyak tanah sebesar 93 dan penurunan harga ikan sebesar 18,5 pada bagan tancap. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan harga solar dan minyak tanah maka kriteria investasi akan mengalami perubahan. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar dan minyak tanah sebesar 93 dari harga solar Rp. 5.000 menjadi Rp 9.650 dan minyak tanah Rp. 3.000 menjadi Rp. 5.790 pada unit penangkapan bagan tancap menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh adalah negatif. Hal ini menunjukkan usaha penangkapan bagan tancap di Kabupaten Banyuasin tidak layak untuk dilakukan dan dikembangkan. Net BC yang dihasilkan dalam analisis kurang dari 1, yaitu 0,995 berarti usaha ini tidak memberikan manfaat bersih, sehingga tidak layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang dihasilkan 14,83 berarti usaha ini mengalami kerugian. Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut, maka usaha penangkapan bagan tancap tidak layak untuk dikembangkan apabila terdapat kenaikan harga solar dan minyak tanah sebesar 93 . Hasil perbandingan sebelum dan sesudah perubahan harga solar dan minyak tanah menyebabkan nilai NPV, Net BC dan IRR ikut berubah. Perubahan nilai NPV sebesar Rp. 214.825.734 dari 214.477.312 setelah mengalami kenaikan solar dan minyak tanah menjadi Rp 348.422, menunjukkan bahwa net benefit yang akan diperoleh pada akhir tahun proyek yang dihitung pada akhir tahun proyek dihitung berdasarkan nilai saat ini mengalami penurunan sebesar Rp. 214.825.734. Net BC sebesar 2,95 dari biaya yang dikeluarkan oleh nelayan bagan tancap. Nilai IRR menjadi 14,83 menyebabkan keuntungan yang diperoleh dari usaha penangkapan bagan tancap tersebut berkurang sebesar 68,04 dari investasi yang ditanamkan nelayan setelah terjadinya kenaikan harga solar dan minyak tanah. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas diperoleh nilai untuk penurunan harga ikan sebesar 18,5 pada bagan tancap. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan harga ikan, maka kriteria investasi akan mengalami perubahan. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan harga ikan sebesar 18,5 dari harga ikan Rp. 8.000 menjadi Rp 6.520 pada unit penangkapan bagan tancap menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh adalah negatif. Hal ini menunjukkan usaha penangkapan bagan tancap di Kabupaten Banyuasin tidak layak untuk dilakukan dan dikembangkan. Net BC yang dihasilkan dalam analisis kurang dari 1, yaitu 0,99 berarti usaha ini tidak memberikan manfaat bersih, sehingga tidak layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang dihasilkan 14,96 berarti usaha ini mengalami kerugian. Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut, maka usaha penangkapan bagan tancap tidak layak untuk dikembangkan apabila terdapat penurunan harga ikan sebesar 14,96 .

7.3 Optimasi Alokasi Armada Penangkapan Ikan Pelagis