Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap

alat penangkapan ikan dari alat yang ada ke alat penangkapan ikan yang baik. Selain penambahan jumlah armada, yang seharusnya dilakukan adalah dengan memperluas jangkauan kapal dan memperbaiki struktur usaha melalui peningkatan sumberdaya manusia SDM serta dengan jumlah nelayan atau tenaga kerja yang terlalu banyak harus dilakukan reposisi atau beralih profesi seperti budidaya laut, pengolahan ikan dikarenakan jumlah nelayan yang banyak sedangkan areal penangkapan yang kecil dan sumberdaya ikan yang hampir habis overfishing. Memang dalam usaha yang baru ini akan dibutuhkan selain modal investasi dan kerja adalah keterampilan nelayan. Untuk mengatasi kebutuhan modal, nelayan dapat memperoleh dari hasil penjualan kapal dan alat tangkapnya. Agar mereka lebih kuat dalam permodalan, mereka dapat berkelompok membentuk kelompok usaha bersama. Sebagai konsekuensi kebijakan tersebut, pemerintah juga perlu memberikan kredit usaha kepada nelayan.

7.4 Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap

Hasil SWOT Tabel 37 dapat dipergunakan sebagai arahan dan kebijakan dari program pengembangan perikanan sebagai teknologi baru dalam usaha perikanan pelagis. Urutan kebijakan berdasarkan hasil SWOT sebagai berikut : 1. Optimalisasi usaha perikanan pelagis. Meningkatnya kebutuhan dan harga pasar yang tiap tahun terus meningkat merupakan salah satu alasan nelayan untuk terus mengeksploitasi sumberdaya ikan pelagis yang ada di Kabupaten Banyuasin khususnya oleh nelayan Sungsang. Menurut hasil survei perikanan di kawasan pesisir Kabupaten Banyuasin estimasi potensi perikanan laut di wilayah ini bisa mencapai 102.300 tontahun dengan jumlah ikan pelagis 60.000 tontahun, ikan demersal 35.300 tontahun, untuk meningkatkan produksi perikanan pelagis di Sungsang maka teknologi pilihan rawai hanyut perlu dikembangkan agar kedepannya nelayan Sungsang jauh lebih baik dalam hal penguasaan teknologi maupun tingkat kesejahteraan ekonomi nelayan. Pengoptimalan perikanan yang dimaksud adalah peningkatan produksi secara rasional dengan memperhatikan sumberdaya pelagis yang ada. Pemanfaatan sumberdaya 103 ikan yang belum optimal di wilayah ini salah satunya disebabkan karena skala usaha yang dikembangkan masih terbatas untuk pemenuhan kebutuhan lokal. Pemikiran untuk mengembangkan skala usaha dan melakukan bisnis dalam arti luas, belum banyak dipikirkan nelayan. Oleh karena itu diperlukan adanya pendampingan oleh pemerintah, LSM, swasta dan perguruan tinggi, baik dalam bentuk bantuan ataupun dalam bentuk kemitraan yang saling menguntungkan. Prinsip dari pengoptimalan dengan memperhatikan sumberdaya adalah tetap memperhatikan pengelolaan sumberdaya perikanan karena keterpaduan dalam pengelolaan bukan hanya dapat melindungi keberadaan sumberdayanya saja tetapi juga dapat menjamin kelangsungan usaha masyarakat nelayan akhirnya menjamin kesejahteraan masyarakat nelayan. Mencegah terjadinya penurunan stok dan meningkatkan usaha-usaha dalam perbaikan lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengendalikan jumlah dan kemampuan armada yang beroperasi di wilayah perairan yang bersangkutan, karena peningkatan jumlah armada rawai hanyut yang tidak terkendali dapat secara cepat menurunkan catch per unit effort CPUE, yang dapat berdampak lanjut pada penurunan pendapatan nelayan, analisis ini didukung oleh hasil penelitian di perairan Australia oleh Lynch dan Garvey 2005. Untuk mempertahankan stok ikan dan hasil tangkapan juga diperlukan pembenahan perundangan dan regulasi di samping penerapan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian yang benar Priyono dan Sumiono 1997. Murdiyanto 2004 menyebutkan bahwa dalam perikanan tangkap, tindakan pengelolaan action sebagai mekanisme untuk mengatur, mengendalikan dan mempertahankan kondisi sumberdaya ikan berupa biomass dan produktivitas agar tetap pada level yang diinginkan adalah dengan mengatur berapa banyak ikan yang harus ditangkap, ukuran berapa atau umur berapa sebaiknya ikan ditangkap dan kapan harus melakukan penangkapan. Pemanfaatan rawai hanyut dalam operasi penangkapan sumberdaya ikan pelagis akan sangat menentukan keberlanjutan pembangunan kelautan di sub sektor perikanan tangkap. 2. Pengembangan usaha perikanan pelagis di jalur 2. Pengembangan perikanan pelagis di jalur 2 diharapkan nelayan dapat memanfaatkan jalur 2 6-12 mil karena keadaan di jalur 1 3-6 mil yang padat tangkap. Karena sumberdaya ikan di jalur 1 sudah mengalami degradasi maka disarankan melakukan pengembangan ikan pelagis di jalur 2 yang belum dimanfaatkan secara optimal dengan cara memberikan bantuan modal untuk peningkatan skala usaha. Berdasarkan model pengelolaan in-shore dan off-shore, alokasi potensi biomassa optimal pada perairan pantai in-shore adalah 180 tontahun sedangkan pada perairan lepas pantai off-shore sebesar 771 tontahun. Sehingga memungkinkan untuk dikembangkan di jalur 2. Penggunaan trawl sering dipakai oleh nelayan yang berasal dari daerah Jambi dan Pulau Karimun yang sering beroperasi di daerah ini. Pemakaian alat tangkap trawl ini sangat meresahkan para nelayan lokal karena menurunkan produksi ikan nelayan. Jaring trawl ini dioperasikan dengan menggunakan kapal besar dan sering beroperasi sampai ke pinggir pantai bahkan ke muara sungai, akibatnya nelayan lokal yang menggunakan jenis kapal dan perahu yang berukuran kecil dan menangkap ikan di bagian pantai dan muara-muara sungai menjadi terganggu. Oleh karena itu Pemerintah harus melakukan pengaturan, pengendalian, dan penerbitan perijinan di bidang perikanan sesuai dengan UU No. 312004 tentang perikanan dan peraturan ketentuan lainnya yang berlaku. Sebagaimana disebutkan oleh Kusumastanto 2002 bahwa pada era reformasi seperti saat ini dalam merumuskan kebijakan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan pengamanan perairan laut Indonesia melalui pendekatan hukum yang kuat, yaitu pengaturan penggunaan alat tangkap pukat harimau, meningkatkan kemampuan pengawasan dengan sanksi yang keras, mengatur penangkapan ikan sesuai dengan karakteristik dan kelestarian sumberdayanya daerah operasi penangkapan, musim, ukuran kapal dan manfaatnya harus untuk rakyat kecil dan masyarakat lokal. 3. Peningkatan manajemen usaha perikanan pelagis. Peningkatan usaha ini mencakup proses pra-proses-pasca penangkapan. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuasin terus mengupayakan meningkatkan kualitas sumberdaya nelayan dengan berbagai program antara lain : bimbingan teknologi pengawetanpengolahan ikan, bantuan kredit modal usaha untuk pengolahan hasil perikanan, bantuan sarana dan prasarana penunjang kegiatan penanganan dan pengolahan hasil perikanan dan melakukan promosi hasil produksi pengolahan ikan. Karena nelayan sebagai pelaku langsung perikanan di lapangan perlu dikembangkan kemampuan dan keterampilannya, baik dari segi kewirausahaan maupun teknis penangkapan. Rendahnya kapasitas sumberdaya manusia di wilayah pesisir Kabupaten Banyuasin dikarenakan beberapa hal, diantaranya tingkat pendidikan yang rendah, penguasaan IPTEK yang rendah, rendahnya kemampuan manajerial serta keterbatasan teknologi yang digunakan. Kemampuan SDM nelayan yang rendah baik keterampilan, penguasaan teknologi, pola pikir dan lain- lain menyebabkan hampir statisnya kegiatan penangkapan yang mereka lakukan. Hasil tangkapan tetap dan cenderung menurun akibat kerusakan lingkungan karena daerah tangkapan yang ada di wilayah ini terus menjadi lahan tangkapan bagi semua orang. Keinginan untuk maju dan berkembang banyak dimiliki, akan tetapi pola pikir dan kemampuan serta pengetahuan mereka belum mampu mencari solusi yang terbaik. Pembinaan pengamanan mutu hasil tangkapan tidak hanya ditentukan oleh satu mata rantai produksi, namun dari kegiatan penangkapan, penampungan hingga pemasaran berpotensi untuk menurunkan kualitas hasil tangkapan. Sejalan dengan perkembangan IPTEK dan pertumbuhan ekonomi, tuntutan konsumen terhadap produk perikanan semakin meningkat. Masalah yang dihadapi oleh nelayan pelagis adalah kurangnya kesadaran bahwa mengolah hasil tangkapan dengan baik adalah hal yang sangat penting untuk meningkatkan nilai jual dari hasil tangkapan. Oleh karena itu diperlukan pembinaan nelayan, pengumpul dan pengolah perusahaan perikanan oleh pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuasin dan stakeholder yang terkait. Mekanismenya dapat dilakukan dengan membuat standard kualitas produk serta merancang program-program pembinaan mutu kepada nelayan maupun pengumpul sebagai mitra usaha. Pengembangan usaha perikanan di jalur 2 membutuhkan modal untuk peningkatan kekuatan mesin kapal dan operasional yang tinggi dan masalah ketergantungan pada tengkulak merupakan masalah serius yang selama ini dihadapi oleh para nelayan di Sungsang. Adanya ketergantungan tersebut mengakibatkan pendapatan para nelayan tidak maksimal, karena mereka diharuskan menjual hasil tangkapannya kepada pedagang ikan dengan harga yang ditentukan sepihak. Ketergantungan ini terjadi bukan karena keinginan para nelayan, tetapi akibat keterbatasan modal untuk pengadaan peralatan tangkap maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang memaksa mereka harus meminjam kepada para tengkulak. Kondisi ini akan terus berlanjut dan akan menjadi “lingkaran setan” yang akan terus- menerus menelikung para nelayan pada situasi yang tidak berdaya sampai ada alternatif lain yang bisa membantu mereka untuk memberikan pinjaman modal untuk pengadaan alat tangkap dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari mereka ketika musim paceklik. 4. Peningkatan skala usaha armada penangkapan ikan pelagis. Besarnya jumlah armada di jalur 1 3 - 6 mil dan rendahnya kekuatan mesin kapal untuk memanfaatkan jalur 2 6 - 12 mil, maka diharapkan dengan mengembangkan armada penangkapan di jalur 2 6 - 12 mil dapat dimanfaatkan. Rawai hanyut merupakan jenis alat tangkap yang statis tetapi fishing ground yang jauh memerlukan peningkatan skala usaha armada penangkapan. Peningkatan skala usaha armada penangkapan disini adalah meningkatkan kekuatan mesin yaitu minimal 30 PK dengan ukuran kapal 30 GT karena selama ini nelayan rawai hanyut masih menggunakan armada dengan kekuatan mesin 24 PK dengan ukuran kapal 10GT. Peningkatan skala usaha armada diharapkan dapat mengatasi masalah kekurangan produksi yang ada sekarang. Dengan menambah skala armada maka perlu diperhatikan pula perizinan kapal karena kapal diatas 30 GT harus memiliki Surat Izin Berlayar dari pusat. Pengembangan kegiatan perikanan tangkap harus diarahkan pada peningkatan kapasitas armada dan teknologi penangkapan untuk dapat mencapai fishing ground yang lebih jauh dalam rangka mengurangi tekanan stok di perairan fishing ground yang ada sekarang, untuk itu perlu didukung penyediaan sarana dan prasarana tangkap serta peningkatan teknologi penanganan dan pengolahan hasil perikanan Nikijuluw et al. 2003. Bantuan upaya peningkatan skala armada terus diupayakan baik dari pusat maupun dari provinsi. Seperti program Direktorat Kapal dan Alat Penangkapan Ikan yaitu program optimalisasi perikanan tangkap adalah dengan memberikan bantuan kapal dengan ukuran 15 GT dan juga alat tangkap. Demikian juga dari Provinsi Sumatera Selatan memiliki program optimalisasi usaha perikanan tangkap yang juga memberikan bantuan berupa armada penangkapan dan alat tangkap. Oleh karena itu peran aktif dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuasin untuk mendapatkan bantuan diatas harus terus ditingkatkan. 5. Pembenahan fasilitas sarana dan prasarana perikanan. Perkembangan aktivitas penangkapan ikan telah menyebabkan makin banyaknya usaha perikanan. Armada yang digunakan oleh nelayan pada umumnya berupa kapal motor dan perahu. Sebagian besar dari armada ini terdapat di Kecamatan Banyuasin II yaitu mencapai 90,9 dari armada yang ada dan 86,4 dari armada yang ada berupa perahu. Dari kondisi ini sangat jelas bahwa armada yang ada di wilayah ini masih sangat kurang dan harus ditingkatkan lagi. Disamping keterbatasan armada, di wilayah pesisir Kabupaten Banyuasin ini belum ada galangan kapal, pasar ikan atau TPI yang dapat dimanfaatkan nelayan untuk menjual hasil tangkapannya. Pengembangan sarana dan prasarana perikanan diarahkan untuk melengkapi dan meningkatkan fasilitas dasar, fungsional dan pengadaan fasilitas penunjang. Pengembangan sarana dan prasarana perikanan dilakukan secara komprehensif dan bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan pemerintah Kabupaten dan sesuai dengan skala kebutuhan masyarakat. Pembangunan sarana dan prasarana akan sangat membantu percepatan perkembangan wilayah Kabupaten Banyuasin. Pemerintah berjanji untuk memenuhi fasilitas-fasilitas yang menunjang kelancaran usaha perikanan melalui proyek pengembangan yang dilaksanakan tahun 2006 dengan sumber dana yang digunakan berasal dari Anggaran pendapatan dan Belanja Negara APBN. Jumlah dana yang turun untuk proyek pengembangan tersebut adalah sebesar Rp. 2.744.228.438 atau 84,8 . Kegiatan pengembangan PPI Sungsang dilakukan pada areal seluas 4 ha dan ditambah areal pendukung kegiatan perikanan tangkap yang ada. Rencana pengembangan PPI di Sungsang dengan melengkapi fasilitas- fasilitas guna menunjang kelancaran usaha perikanan, industri perikanan dan kegiatan atau usaha lain yang berkaitan dengan perikanan. Fasilitas tersebut dibagi dua yaitu fasilitas dasar yang merupakan fasilitas pokok yang harus ada dan berfungsi untuk melindungi pelabuhan dari gangguan alam. Fasilitas dasar ini meliputi : dermaga bongkar, dermaga muat, dermaga tambat, areal daratan pangkalan pendaratan, jaringan jalan, jaringan drainase induk dan sekunder. Fasilitas fungsional yang berfungsi memberikan pelayanan dan manfaat langsung yang diperlukan untuk kegiatan operasional suatu PPI, fasilitas fungsional ini terdiri dari : fasilitas produksi yaitu tempat pelelangan ikan beserta fasilitas penunjangnya seperti kantor, ruang penimbangan, gudang dan tempat perbekalan dan toilet umum, fasilitas perbekalan terdiri dari : pabrik es rencana jangka panjang, tangki BBM, instalasi air bersih, gudang untuk penyimpanan es dan kios KUD dan fasilitas pemeliharaanperbaikan rencana jangka panjang terdiri dari : gudang peralatan, bengkel, pelataran perbaikan mesin dan alat tangkap dan dokgalangan kapal. Sampai saat ini fasilitas-fasilitas jangka pendek baru sebagian kecil terealisasi dan fasilitas jangka panjang belum terealisasi pengadaannya. Guna menunjang pengembangan usaha perikanan pelagis, fasilitas yang paling penting untuk segera direalisasikan penggunaannya adalah kios BBM, air bersih dan derma bongkar muat. 109 8 KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan