Tabel 32 Perbandingan nilai kriteria investasi akibat kenaikan harga solar dan minyak tanah sebesar 93 pada bagan tancap tahun 2006
No Kriteria
Investasi Sebelum kenaikan
harga solar Rp.5000 dan minyak tanah
Rp.3000 Sesudah kenaikan
harga solar Rp.9.650 dan
minyak tanah Rp.5.790
Perubahan
1. NPV Rp
214.477.312 348.422
214.825.734 2.
Net BC 3,94
0,995 2,95
3. IRR
83 14,83
68,17
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 33 dapat dilihat perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan harga ikan sebesar 18,5 dari harga ikan Rp. 8,000
menjadi Rp 6.250 pada unit penangkapan rawai hanyut. Net BC yang dihasilkan 0,99 dan nilai IRR yang dihasilkan 14,69 dibawah tingkat suku
bunga yang berlaku. Hasil perbandingan sebelum dan sesudah perubahan harga solar dan
minyak tanah menyebabkan nilai NPV, Net BC dan IRR ikut berubah. Perubahan nilai NPV sebesar Rp. 56.244.336 dari 55.855.075 setelah
mengalami penurunan harga ikan menjadi Rp 389.261,12, Net BC sebesar 0,99 dan nilai IRR menjadi 14,69 .
Tabel 33 Perbandingan nilai kriteria investasi akibat penurunan harga ikan sebesar 18,5 pada bagan tancap tahun 2006
No Kriteria
Investasi Sebelum penurunan
harga ikan Rp.8,000 Sesudah penurunan
harga ikan Rp.6,520 Perubahan
1. NPV Rp
214.477.312 87.497
214.564.809 2.
Net BC 3,94
0,99 2,95
3. IRR
83 14,96
68,04
Sumber : Data primer diolah
6.3 Analisis Optimasi
Produksi hasil tangkapan ikan pelagis di perairan Kabupaten Banyuasin dalam lima tahun terakhir 2001-2005 menunjukkan berfluktuasi sebagaimana
terlihat pada Tabel 34. Berfluktuasinya produksi ikan pelagis dapat diakibatkan oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam kegiatan perikanan
tangkap. Faktor yang saling berinteraksi tersebut adalah upaya penangkapan dan ketersediaan stok ikan pelagis di perairan.
Untuk melakukan analisis optimasi dengan menggunakan program linear programming terlebih dahulu dilakukan analisis produksi upaya
penangkapan effort dan CPUE untuk mengetahui produksi ikan pelagis yang maksimum economic yield yang akan digunakan sebagai faktor tujuan dalam
analisis optimasi perikanan pelagis di Kabupaten Banyuasin. Produksi ikan pelagis ini dalam kurun waktu lima tahun terakhir
dianalisis terhadap keadaan stok dengan menggunakan pendekatan terhadap indeks CPUE dengan melakukan standarisasi alat tangkap yang menangkap
ikan pelagis karena terdapatnya kemampuan menangkap setiap jenis alat tangkap yang berbeda dimana pada penelitian ini menggunakan alat tangkap
rawai hanyut sebagai standar, karena alat ini mempunyai nilai CPUE per tahun lebih besar dibandingkan alat tangkap jaring insang hanyut dan bagan tancap
Lampiran 21. Tabel 34 Total produksi, upaya penangkapan dan CPUE unit penangkapan
ikan pelagis di Kabupaten Banyuasin
Tahun Total Hasil Tangkapan kg
Total Effort trip CPUE
2001 11305844
12229 925
2002 17379636
19036 913
2003 13423232
8862 1514
2004 16489155
17321 952
2005 11024797
6775 1627
Sumber : Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuasin, 2006
Produksi ikan pelagis dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2001 yaitu 11.305.844 kg mengalami peningkatan pada tahun 2002 yaitu
17.379.636 kg mengalami penurunan pada tahun 2003 yaitu 13.423.232 kg kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2004 yaitu 16.489.155 kg dan
mengalami penurunan pada tahun 2005 yaitu 11.024.797 kg. Hal ini secara lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 16.
2000000 4000000
6000000 8000000
10000000 12000000
14000000 16000000
18000000
P ro
d u
k s
i k
g t
a h
u n
2001 2002
2003 2004
2005 Tahun
Gambar 16 Perkembangan produksi ikan pelagis di Kabupaten Banyuasin periode tahun 2001 – 2005
Berdasarkan perhiungan hubungan antara CPUE dan effort standar alat tangkap rawai hanyut dalam pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis mempunyai
nilai intersep a sebesar 1942.862 dan koefisien independent b sebesar -0,0589 Lampiran 21, sehingga secara matematis hubungan antara CPUE dengan effort
usaha penangkapan ikan pelagis dapat dinyatakan sebagai berikut CPUE = 1942.862 E-0.0589 E
2.
Hubungan antara hasil dengan effort yang lebih dikenal sebagai fungsi produksi lestari dapat dinyatakan sebagai berikut 1942.862 E-
0.0589 E
2.
Selanjutnya dengan menggunakan program Maple VIII, maka dapat diketahui effort pada tingkat produksi lestari maksimum E
msy
pemanfaatan sumberdaya alat ikan pelagis dengan menggunakan alat tangkap rawai hanyut
sebagai standar adalah sebesar 16.492 trip per tahun sedangkan effort pada kondisi maximum economic yield E
mey
yaitu 15.484 trip per tahun Lampiran 22.
Perhitungan matematis hasil tangkapan pada kondisi MSY diperoleh sebesar 16.492.886,25 kgtahun sedangkan pada kondisi MEY sebesar
16.021.700,98 kgtahun. Nilai h
msy
menunjukkan tingkat produksi maksimum lestari yaitu hasil tangkapan ikan pelagis yang dapat ditangkap tanpa
mengancam kelestarian sumberdaya perikanan yang terdapat di perairan Kabupaten Banyuasin. Hubungan kuadratik antara upaya penangkapan dengan
hasil tangkapan ikan pelagis di Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Gambar 17.
Berdasarkan Gambar 17 terlihat bahwa hubungan antara upaya penangkapan dan hasil tangkapan ikan pelagis di Kabupaten Banyuasin berbentuk parabola
fungsi kuadratik, artinya setiap penambahan tingkat upaya penangkapan E maka akan meningkatkan hasil tangkapan h sampai mencapai titik
maksimum, kemudian akan terjadi penurunan hasil tangkapan untuk tiap peningkatan intensitas pengusahaan sumberdaya.
Gambar 17 Hubungan antara hasil lestari ikan pelagis dengan upaya penangkapan model Schaefer dan keseimbangan bioekonomi
penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Banyuasin Berdasarkan kendala-kendala tujuan dalam mengoptimalkan hasil
pengalokasian jumlah unit penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :
1 Mengoptimumkan hasil tangkapan sumberdaya ikan pelagis dengan pertimbangan MEY
Nilai estimasi produksi optimum atau MEY untuk ikan pelagis di perairan Sungsang adalah sebesar 3096964.346 kgtriptahun. Hasil observasi
dan wawancara menunjukkan bahwa produktivitas setiap unit penangkapan 89
TR=TC H
msy
= 16.021,700 H
msy
= 15.484,847 Produksi
kgtahun
MSY MEY
2005
11.024.797
ikan yaitu dapat menangkap ikan 36.563 kgtriptahun untuk alat tangkap rawai hanyut, 20400 kgtriptahun untuk alat tangkap jaring insang hanyut dan
5600 kgtriptahun untuk alat tangkap bagan tancap. Sehingga persamaan kendala tujuan goal constrain untuk pemanfaatan optimalnya adalah :
36563X1 + 20400X2 + 5600X3 + DB1-DA1 = 3096964.346
2 Mengoptimumkan jumlah hari operasi sesuai dengan upaya penangkapan pada tingkat MEY
Nilai estimasi fMEY untuk ikan pelagis di perairan Sungsang adalah sebesar 15484 trip. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa setiap
unit penangkapan ikan dapat melakukan trip penangkapan ikan yaitu 198 untuk alat tangkap rawai hanyut, 160 untuk alat tangkap jaring insang hanyut dan
182 untuk alat tangkap bagan tancap. Sehingga persamaan kendala tujuan goal constrain untuk jumlah trip penangkapan optimalnya adalah :
198X1 + 160X2 + 182X3 + DB2-DA2 = 15484
3 Mengoptimumkan tingkat penyerapan tenaga kerja
Diharapkan dalam pengalokasian ini dapat menyerap tenaga kerja nelayan sebanyak mungkin. Berdasarkan catatan statistik perikanan, jumlah
nelayan diperairan Sungsang tercatat sebanyak 5622 orang. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa setiap unit penangkapan rawai hanyut
dapat menyerap rata-rata sebanyak 4 orangunit, jaring insang hanyut sebanyak 4 orangunit dan bagan tancap sebanyak 3 orangunit. Berdasarkan informasi
ini, maka persamaan kendala tujuan goal constrain untuk penyerapan tenaga kerja optimalnya adalah :
4X1 + 4X2 + 3X3 + DB3 = 5622 Proses penyelesaian untuk model linear goal programming ini
menggunakan bantuan program paket komputer Lindo Linear Interactive Descrete Optimizer. Hasil olahan program komputer Lindo ditunjukkan pada
Lampiran 23. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa alokasi unit penangkapan ikan pelagis yang dominan di perairan Sungsang dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35. Alokasi unit penangkapan ikan pelagis
No Alat Tangkap
Unit Penangkapan yang Ada
Alokasi Alat Tangkap Optimum
1. Rawai hanyut
20 51
2. Jaring insang hanyut
90 45
3. Bagan tancap
110 55
6.4. Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap Berbasis Sumberdaya