Produksi dan Nilai Produksi Jaring Insang Hanyut

Nelayan merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang memegang peranan penting dalam keberhasilan operasi penangkapan ikan. Peranan tersebut didasarkan pada kemampuan nelayan dalam menggunakan dan mengoperasikan alat tangkap serta pengalaman dalam menentukan fishing ground daerah penangkapan ikan. Nelayan di Kabupaten Banyuasin tersebar di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Sei Sembilang, Sei Benu, Sei Birik, Sei Bedawang dan lain-lain. Jumlah nelayan Sungsang dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Banyuasin tahun 2006 No Lokasi Kecamatan Jumlah Nelayan RTP RTBP 1. Ds. Sungsang I Banyuasin II 393 912 2. Ds. Sungsang II Banyuasin II 99 182 3. Ds. Sungsang III Banyuasin II 281 379 4. Ds. Sungsang IV Banyuasin II 79 134 5. Sei. Birik Banyuasin II 84 79 6. Sei. Benu Banyuasin II 95 128 7. Sei. Bedawang Banyuasin II 23 25 8. Sei. Apung Banyuasin II 54 75 9. Sei. Sembilang Banyuasin II 195 259 10. Sei. Air Ulu Banyuasin II 29 23 11. Sei. Belangu Banyuasin II 33 31 12. Ds. Upang Makarti Jaya 215 371 13. Ds. Upang Makmur Makarti Jaya 80 79 14. Dus IV Kerupuk Makarti Jaya 31 27 15. Kuala Sugihan Kiri Ma. Padang 213 683 16. Dus Sei Jeruju Ma. Padang 76 130 17. Dus Sei Taro Ma. Padang 59 66 Sumber : DPK 2006

1.8 Produksi dan Nilai Produksi

Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan laut selama periode 2001 – 2005 di Kabupaten Banyuasin mengalami penurunan yang cukup baik dengan didukung oleh rendahnya nilai jual ikan. Nilai produksi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir ini terjadi pada tahun 2002 dengan produksi perikanan sebesar 57.370,96 tontahun dengan nilai produksi Rp. 360.846.740. Nilai produksi yang terendah dalam lima tahun terakhir ini terjadi pada tahun 2005 dengan produksi perikanan sebesar 23.230,40 tontahun dengan nilai produksi Rp. 239.076.250. Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan laut selama periode 2001 – 2005 di Kabupaten 55 Banyuasin Tabel 15. Tabel 15 Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan laut selama periode tahun 2001 – 2005 di Kabupaten Banyuasin Tahun Produksi Ikan ton Nilai Produksi Rp. 1000 Persentase Produksi 2001 38.601.00 204.070.700 0.00 2002 57.370.96 360.846.740 18,77 2003 41.107.30 205.805.00 -16,26 2004 55.130.10 329.402.950 14,02 2005 23.230.40 239.076.250 -31,89 Sumber : Diolah dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuasin, 2006 5 KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI KABUPATEN BANYUASIN

5.1 Jaring Insang Hanyut

5.1.1 Unit penangkapan jaring insang hanyut Kapal jaring insang hanyut terbuat dari kayu dengan ukuran panjang L = 15 m, lebar B = 2.5 m, dalam D = 2 meter, dengan kapasitas muatan 2 – 5 GT. Seperti terlihat pada Gambar 7. Keterangan : 1. Ruang kemudi 2. Palka hasil tangkapan 3. Palka jangkar Gambar 7 Kapal jaring insang hanyut yang dioperasikan di Kabupaten Banyuasin Konstruksi gillnet terdiri atas : badan jaring webbing, pelampung, pelampung tanda, pemberat singker, tali ris atas head rope dan tali selambar. Jaring insang gillnet di daerah Sungsang yang menjadi objek penelitian lebih dikenal dengan sebutan “jaring tangsi”. Jumlah jaring yang digunakan saat operasi sebanyak 40 – 90 piece. Badan jaring terbuat dari bahan PA dengan ukuran mata jaring 2 – 2,75 inci. Dimensi jaring adalah panjang L tiap piece 41 meter dan lebar atau dalam B 3,5 - 5 m. Panjang tali ris atas dari 1640 – 3690 m, pelampung terbuat dari bahan plastik, dengan jumlah pelampung tiap satu unit jaring yaitu 130 buah dengan ukuran pelampung 26 cm dan diameter 2,5 cm sedangkan pemberat terbuat dari timah dengan jumlah pemberat tiap satu unit jaring yaitu 780 buah dengan ukuran panjang pemberat 2 cm dan diameter 1 cm dan jaring insang hanyut dioperasikan oleh 4 - 5 orang. Adapun konstruksi jaring insang hanyut yang dioperasikan di Sungsang Gambar 8. Gambar 8 Konstruksi jaring insang hanyut yang dioperasikan di Kabupaten Banyuasin 5.1.2 Teknik pengoperasian jaring insang hanyut Metode operasi penangkapan gillnet sama seperti alat tangkap gillnet lainnya. Teknik operasi terdiri atas : tahap persiapan, menuju daerah penangkapan ikan fishing ground, penurunan jaring setting, perendaman jaring drifting, penarikan jaring hauling dan penanganan hasil tangkapan. Tahap persiapan meliputi pemeriksaan kondisi perahu yang dilakukan sendiri oleh nakhoda, pemeriksaan alat tangkap nelayan, penyiapan perbekalan berupa bahan bakar minyak BBM, es, air tawar dan ransum ABK. Kemudian perahu 58 berangkat dari pelabuhan fishing base menuju daerah penangkapan ikan fishing ground dengan dipimpin langsung oleh juru mudi sebagai fishing master. Penentuan fishing ground didasarkan pada kebiasaan dan pengalaman nelayan gillnet. Setting atau penawuran jaring dilakukan setelah menemukan fishing ground. Penawuran jaring dilakukan pada dini hari, dalam satu hari dilakukan satu kali setting. Penawuran jaring memerlukan waktu 1 - 2 jam. Penawuran jaring biasanya dilakukan pada pukul 05.00 – 06.00 WIB dimulai dengan penurunan pelampung tanda, lembaran atau badan jaring sampai pada pelampung yang terakhir. Jaring gillnet direntangkan dengan mengikuti arah arus atau angin. Apabila semua lembaran jaring telah turun, lalu mesin kapal dimatikan dan melakukan drifting kurang lebih 1 - 1,5 jam. Hauling atau penarikan jaring dilakukan menjelang siang hari sekitar pukul 09.00 – 10.00 WIB. Penarikan jaring memerlukan kerjasama yang baik, biasanya menghabiskan waktu 2 – 3 jam. Penarikan dilakukan piece demi piece, dimulai dari yang paling dekat dengan kapal sampai piece yang terakhir. Penanganan ikan diawali dengan melepaskan ikan yang terjerat pada mata jaring setelah dilakukan hauling. Hasil tangkapan yang diambil dibersihkan dari sampah atau kotoran yang melekat dan dicuci dengan menggunakan air laut. Hasil tangkapan yang telah disortir menurut jenis dan ukuran ikan kemudian dimasukkan ke dalam palka yang telah diberi es. Penanganan ikan di dalam palka juga harus cermat untuk menjaga mutu ikan hasil tangkapan Gambar 9. Gambar 9 Teknik pengoperasian jaring insang hanyut di Kabupaten Banyuasin

5.2 Bagan Tancap