Bersamaan dengan HUT ke-40, Kompas tampil dengan desain dan ukuran baru, dari sembilan kolom menjadi tujuh kolom. Lembar klasifikasi iklan
Kompas Klasika terbit perdana.
1
1. VISI dan MISI Harian Kompas
Motto “Amanat Hati Nurani Rakyat” di bawah logo Kompas, menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat.
a VISI
Visi Kompas adalah menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis
dan bermartabat, serta menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan. Dalam kiprahnya di industri pers “Visi Kompas” berpartisipasi
membangun masyarakat Indonesia baru berdasarkan Pancasila melalui prinsip humanism transcendental persatuan dan perbedaan dengan
menghormati individu dan masyarakat adil dan makmur, seperti uraian sebagai berikut:
Pertama, Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka. Kedua, Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-
kelompok tertentu baik politik, agama, sosial, atau golongan, ekonomi. Ketiga, Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif
dengan segala kelompok. Keempat, Kompas adalah koran nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi dan cita-cita bangsa. Kelima,
Kompas bersifat luas dan bebas dalam pandangan yang dikembangkan tetapi selalu memperhatikan konteks struktur kemasyarakatan dan
pemerintahan yang menjadi lingkungan. b
MISI
Misi Kompas adalah mengantisipasi dan merespon dinamika masyarakat secara profesional, sekaligus memberi arah perubahan
TrendSetter dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi terpercaya. Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi
nomor satu dalam semua usaha di antara usaha-usaha lain yang sejenis
1
http:profile.print.kompas.comsejarah , diunduh pada 3 September 2016 pukul 14.15 WIB
dalam kelas yang sama. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahan lain.
Pertama, Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri: cepat, cermat, utuh, dan selalu mengandung makna. Kedua,
Kompas memiliki bobot jurnalistik yang tinggi dan terus dikembangkan untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat yang
dicerminkan dalam gaya kompak, komunikatif dan kaya nuansa kehidupan dan kemanusiaan. Ketiga, kualitas informasi dan bobot
jurnalistik dicapai melalui upaya intelektual yang penuh empati dengan pendekatan rasional, memhami jalan pikiran dan argumentasi pihak
lain, selalu berusaha mendudukkan persoalan dengan penuh pertimbangan tetapi kritis dan teguh pada prinsip. Keempat, berusaha
menyebarkan informasi seluas-luasnya dengan meningkatkan tiras.
2. Struktur Redaksi Harian Kompas
Pemimpin Umum Jakob Oetama
Wakil Pemimpin Umum Lilik Oetama, Rikard Bagun
Pemimpin RedaksiPenanggung
Jawab Budiman Tanuredjo
Wakil Pemimpin Redaksi Trias Kuncahyono, Ninuk Mardiana
Pambudy, James Luhulima Redaktur Senior
St. Sularto, Ninok Leksono Redaktur Pelaksana
Mohammad Bakir Wakil Redaktur Pelaksana
Rusdi Amral, Try Harijono, P. Tri Agung Kristanto, Sutta Dharmasaputra
Sekretaris Redaksi Subur Tjahjono, Mohammad Nasir
2
B. Analisis Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana Surat
Kabar Harian Kompas Edisi 1-10 Agustus 2016
Dalam pembahasan penulis akan menganalisis Tajuk Rencana Kompas yang telah dikumpulkan edisi awal bulan, tanggal 1-10 Agustus 2016.
2
Harian Kompas Edisi 2 September 2016, h. 6
Tabel 4.1 Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana “Mengapa Harus Terjadi” Kompas Edisi Senin, 1 Agustus 2016
Afiks Penggalan
kalimat Para
graf Nasal
Makna Imbuhan m
n ny
ng nge
me-kan
Sejarah menunjukkan
bagaimana negara hancur
3
Melakukan yang
disebut kata
dasarnya Tragedi
yang
menghancurkan Balkan
3
Menyebabkan jadi yang disebut kata
dasar hancur Peristiwa
di Tanjung
Balai
mengingatkan, membangunkan
4
Menyebabkan jadi yang disebut kata
dasar ingat dan bangun
Kita tidak
menginginkan hal itu terjadi
6
Menyebabkan jadi yang disebut kata
dasar ingin
Menyayangkan ,
mengapa tragedi
Tanjung Balai
harus terjadi
7
Menyebabkan jadi yang disebut kata
dasar sayangsesal
me-i pe-an
Jumlah :1
:1 :1 :3
Keterangan :
: Penasalan tepat
X : Penasalan tidak tepat
1. Afiks me–kan
Paragraf 3 , kalimat 3 : Sejarah menunjukkan bagaimana negara hancur
ketika pluralisme, keberagaman, diabaikan. Pada kalimat tersebut, afiks me
–kan diimbuhkan pada bentuk dasar tunjuk yang diawali fonem t, fonem t tidak diwujudkan melainkan
disenyawakan dengan bunyi nasal n. Makna kata yang dihasilkan akibat adanya pengimbuhan itu menyatakan ‘melakukan yang disebut kata dasar’
sedangkan makna menunjukkan dalam kalimat tersebut adalah menunjuk akan memperlihatkan keadaan hancur ketika pluralisme, keberagaman,