1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang penting bagi masyarakat. Segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia disampaikan melalui bahasa,
baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Seseorang harus dapat menyampaikan pesan atau informasi dengan menggunakan bahasa yang jelas dan mudah
dimengerti. Terlebih jika penyampaian informasi atau pesan tersebut melalui tulisan, karena penggunaan bahasa tulis harus memperhatikan kaidah yang
sudah ditentukan, seperti pemilihan kata, pembentukan kata, ejaan dan tanda baca karena penyampaian pesan atau informasi melalui bahasa tulis tidak
dilakukan secara langsung. Pemberi pesan dan penerima pesan tidak terikat pada situasi dan waktu tertentu. Lain halnya dengan penyampaian pesan
secara lisan, seseorang dalam menggunakan bahasa lisan harus memperhatikan intonasi, lafal, dan artikulasi serta informasi atau pesan
disampaikan kepada lawan bicara secara langsung pada situasi dan waktu tertentu. Selain itu, bahasa lisan bersifat lebih praktis dan tidak begitu terikat
dengan kaidah tata bahasa seperti bahasa tulis. Bahasa dikatakan sebuah sistem karena tersusun dari unsur-unsur atau
komponen yang secara utuh membentuk sebuah pola, jadi pemakai bahasa harus mengikuti tata cara penulisan yang sesuai dengan kaidah tata bahasa.
Salah satu yang perlu diperhatikan oleh penulis dalam membuat tulisan adalah struktur kalimatnya, struktur berkaitan erat dengan proses
pembentukan kata. Misalnya proses pengimbuhan, beberapa unsur dalam kalimat mengalami proses imbuhan. Hal ini karena terdapat satuan bahasa
yang tidak dapat berdiri sendiri atau tidak bermakna jika tidak dilengkapi dengan morfem lain. Proses pengimbuhan menyebabkan munculnya nasal
akibat bertemu dengan bentuk dasar yang diawali fonem tertentu. Afiks me- kan, me-i, pe- an merupakan imbuhan yang cukup banyak menghasilkan
proses penasalan sehingga lebih mudah ditemukan kesalahan pada kata dasar yang diberi afiks ini.
Ketentuan yang mengharuskan berubahnya bunyi pada kata-kata yang diawali dengan huruf tertentu masih belum dipahami secara jelas oleh
pemakai bahasa. Berdasarkan survei sementara terhadap beberapa pemakai bahasa, masih ditemukan kebingungan oleh pemakai bahasa dalam
memahami proses penasalan. Hal itu terlihat masih ditemukannya kesalahan- kesalahan yang dilakukan penulis dalam menuliskan kata atau kalimat bahasa
Indonesia. Kesalahan tersebut dianggap sepele karena ketidaktahuan pemakai bahasa itu sendiri mengenai bagaimana penulisan kata atau kalimat yang
benar sesuai dengan kaidah tata bahasa karena masyarakat lebih sering menggunakan ragam lisan daripada ragam tulis yang sesuai pedoman umum
ejaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan-kesalahan tersebut telah mengakar kuat dan terus-menerus digunakan oleh pemakai
bahasa akibat tidak mengetahui ilmu bahasa yang benar. Kesalahan penulisan terlihat pada kutipan berikut: “Krisis politik inimempengaruhi situasi
keamanan dengan terjadinya sejumlah kerusuhan .”
1
Pada kutipan di atas kata pengaruh memperoleh afiks me-i, seharusnya penulisannya bukan mempengaruhi tetapi memengaruhi. Pada proses
pengimbuhan, kata dasar yang diawali fonem p seharusnya luluh atau disenyawakan dengan nasal m sehingga menjadi memengaruhi.
2
Penulisan yang benar seperti kutipan berikut: “Namun, pada perumusannya, anggota DPR yang memiliki jaringan dan koneksi luas bisa
memengaruhi keputusan pemerintah saat menentukan detail dana optimalisasi
.”
3
Pada kutipan kedua, kata dasar pengaruh memperoleh afiks me-i mengalami peluluhan sehingga menjadi memengaruhi, dalam kamus
besar bahasa Indonesia penulisan yang benar adalah memengaruhi.
1
Nobel Penghargaan: Penghargaan untuk Pejuang Demokrasi Tunisia, Kompas Edisi10 Oktober 2015. h. 1
2
M. Ramlan, Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogyakarta: CV Karyono, 2009, h.
98
3
Dana Optimalisasi Menjadi Bancakan Anggota DPR Bermain Proyek, Kompas Edisi 1 Juli 2016, h. 1
Ragam tulis sering digunakan untuk menyampaikan informasi dan berita di media massa, kini informasi tidak hanya dapat diketahui melalui media
cetak yang berupa surat kabar, majalah, dan tabloid dan media eletronik seperti televisi, radio, dan situs-situs berita online tetapi juga dapat diketahui
melalui media sosial. Setiap orang dapat memberikan informasi kepada orang lain dengan mudah melalui media sosial tanpa harus menjadi seorang
wartawan atau jurnalis terlebih dahulu, karena segala peristiwa yang terjadi di lingkungan kita dapat dibagikan kepada khalayak umum melalui media
sosial. Kita perlu memilih media dan sumber yang terpercaya untuk memperoleh
informasi yang terpercaya dan teraktual. Semakin maraknya ragam media yang tersebar di masyarakat, media cetak yang hingga saat ini masih populer,
baik di masyarakat kalangan atas maupun kalangan bawah. Media cetak masih diminati oleh masyarakat karena harganya cukup terjangkau untuk
semua kalangan. Selain itu, informasi yang disajikan cukup terpercaya dan teraktual.
Surat kabar terdiri dari beberapa bagian, informasi yang disajikan tidak hanya berasal dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri. Hal itu
menunjukkan bahwa informasi yang disajikan tidak terbatas pada berita- berita yang terjadi di dalam negeri, kecuali surat kabar lokal. Selain luasnya
cakupan informasi yang disajikan, surat kabar juga menyajikan informasi dari berbagai bidang seperti kriminal, politik, bisnis, kuliner, internasional,
hiburan, properti, dan lainnya. Setiap informasi yang ada dalam surat kabar harus memiliki gaya bahasa sesuai tata bahasa yang benar, bahasa yang
digunakan harus singkat, padat, dan jelas sehingga dapat dipahami oleh pembaca, serta menarik sehingga pembaca mau membacanya hingga akhir.
Oleh karena itu, penulisan informasinya diharuskan menggunakan kata baku. Namun, seperti yang kita tahu bahwa kaidah penulisan kalimat yang benar
memiliki keragaman pendapat. Artinya, setiap ahli bahasa memiliki pendapatnya masing-masing dalam menggunakan sistem bahasa yang berlaku
khususnya pada proses penasalan. Akhirnya berakibat pada penerapannya,
terdapat beberapa bentuk penulisan kata yang mengalami penasalan pada surat kabar dan adanya ketidakkonsistenan penulis dalam menulis kata-kata
yang mengalami penasalan. Padahal surat kabar sebagai media cetak memiliki kelebihan salah satunya dapat dilihat atau dibaca berkali-kali,
sehingga jika kesalahan tersebut terus terjadi maka secara tidak langsung akan memengaruhi kemampuan menulis pembaca.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, analisis mengenai penggunaan penasalan pada kolom tajuk rencana dapat diaplikasikan pada keterampilan
menulis seperti menulis paragraf, karangan, surat, cerpen, dan lain sebagainya, karena menulis merupakan kegiatan mandiri siswa untuk
mengungkapkan ide dan gagasannya. Melalui latihan-latihan tersebut siswa menjadi terbiasa dan memahami penulisan kata atau kalimat yang tepat sesuai
pedoman umum ejaan bahasa Indonesia khususnya pada proses penasalan. Penulis memilih surat kabar Kompas karena Kompas merupakan salah satu
surat kabar yang cukup populer di skala nasional, Kompas sudah terbit cukup lama dibanding surat kabar lainnya. Selain itu menurut penulis, tata cara
penulisan pada surat kabar Kompas menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik.
Kompas juga memiliki kolom tajuk rencana sehingga dapat diaplikasikan pada proses pembelajaran di sekolah. Tajuk rencana merupakan opini dari
redaksi penerbitan tentang suatu topik. Melalui tajuk rencana dapat dilihat bagaimana penulisan kalimat dari redaksi Kompas sendiri dan bagaimana
redaksi tersebut menulis kata yang mengalami proses penasalan. Hal itu yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul
Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di SMA .
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang diidentifikasi dalam
penelitian ini adalah: