VISI dan MISI Harian Kompas
diabaikan. Subjek pada kalimat di atas adalah sejarah, sejarah menunjuk akan memperlihatkan keadaan hancur.
Paragraf 3,
kalimat 5 : Sebut saja, misalnya, tragedi yang menghancurkan Balkan, Kashmir, Afganistan, dan juga Nigeria.
Pada kalimat tersebut, afiks me –kan diimbuhkan pada bentuk dasar
hancur yang diawali fonem h sehingga muncul bunyi nasal ng. Makna kata yang dihasilkan akibat adanya pengimbuhan itu menyatakan
‘menyebabkan jadi yang disebut kata dasar’. Makna kata menghancurkan dalam kalimat tersebut adalah tragedi yang membuat jadimenjadikan
hancur keadaan dari negara Balkan, Kashmir, Afganistan, dan Nigeria.
Paragraf 4 , kalimat 3 : Namun, peristiwa di Tanjung Balai mengingatkan,
membangunkan , kita dari “tidur” bahwa fondasi itu agak rapuh.
Pada kalimat tersebut, afiks me –kan diimbuhkan pada bentuk dasar
ingat dan bangun. Muncul nasal ng karena bentuk dasar diawali fonem i. Makna kata mengingatkan adalah menyatakan keadaan yang berarti
membuat jadi ingatmenjadikan ingat akan peristiwa di Tanjung Balai. Imbuhan pada bentuk dasar bangun muncul nasal m karena diawali
fonem b. Kata membangunkan juga memiliki makna yang sama yaitu membuat jadi bangun dalam arti menyadarkan. Konteks kalimat di atas
adalah bahwa peristiwa yang terjadi di Tanjung Balai membuat kita jadi ingat, menyadarkan kita bahwa fondasi agak rapuh.
Paragraf 6, kalimat 1 : Tentu kita tidak menginginkan hal itu terjadi, di
tengah majunya teknologi komunikasi yang kadang membuat orang, masyarakat, terombang-ambing karena informasi yang asal dan kadang
dipakai untuk membuat situasi tidak menentu. Pada kalimat tersebut, afiks me
–kan diimbuhkan pada bentuk dasar ingin. Muncul nasal ng karena bentuk dasarnya diawali dengan fonem i.
Makna imbuhan tersebut menyatakan ‘menyebabkan jadi yang disebut
kata dasarnya’ yang dalam kalimat di atas berarti membuat jadi ingin sesuatu terjadi.
Konteks kalimat di atas, yang tidak menjadi ingin adalah ‘kita’ sebagai
subjek. Subjek pada kalimat tersebut tidak menjadikan ingin masyarakat memperoleh informasi yang asal dan dipakai untuk situasi yang tidak
menentu.
Paragraf 7, kalimat 4 : Karena itu, kita prihatin, menyayangkan, mengapa
tragedi Tanjung Balai harus terjadi. Pada kalimat tersebut, afiks me
–kan diimbuhkan pada bentuk dasar sayang. Muncul nasal ny karena bentuk dasar diawali fonem s. Makna
imbuhan tersebut menyatakan ‘menyebabkan jadi yang disebut kata dasar’. Dalam kalimat di atas kata menyayangkan bermakna menjadikan sayang
tetapi memiliki makna idiomatikal menyesalkan, dalam kalimat di atas berarti menyesalkan peristiwa Tanjung Balai yang telah terjadi.