Proses Desain Tapak TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain Tapak

2.2 Proses Desain Tapak

Menurut Hakim dan Utomo 2008, proses desain yang sistematik pada garis besarnya terbagi menjadi dua bagian, yakni tahapan Programming dan tahapan Design. Pada tahapan program lebih ditekankan pada menganalisis segala aspek yang terkait pada rancangan hingga menghasilkan suatu konsep skematik yang nantinya menjadi landasan pada tahapan Design Development. Desain detail lanskap adalah usaha seleksi dan ketepatan penggunaaan komponenelemen, materialbahan lanskap, tanaman, kombinasi pemecahan detail berbagai elemen taman seperti: pedestrian, plaza, air mancur, kolam, bollard, dan sebagainya. Kesemuanya merupakan pemecahan yang spesifik dan berkualitas dari diagramprogram ruang dan area dari sebuah rencana rinci tapak. Menurut Booth 1983, proses desain umumnya memiliki tahap-tahap penerimaan proyek, riset dan analisis, desain, dan gambar konstruksi. Tahap penerimaan proyek project acceptance adalah penerimaan proposal proyek dan penyetujuan oleh kedua pihak yaitu arsitek lanskap dan klien. Klien menjelaskan keinginannya kepada arsitek lanskap, kemudian terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak. Selanjutnya arsitek lanskap mempersiapkan proposal yang mencakup pelayanan, produk, dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak. Tahap kedua adalah riset dan analisis research and analysis. Pada tahap ini dilakukan persiapan rencana dasar, inventarisasi tapak pengumpulan data dan analisis evaluasi, wawancara dengan pemilik client serta pembentukan program. Kunjungan langsung ke tapak juga termasuk bagian dari tahap ini. Tahap ketiga adalah desain design, yang terdiri dari: a. diagram fungsi ideal ideal functional diagram, yaitu tahap awal pembuatan grafis suatu desain untuk mengidentifikasi hubungan yang paling tepat antara fungsi usulan utama dengan ruang desaindesain, b. diagram fungsi keterhubungan tapak site-related functional diagram, yaitu pembuatan metode keterhubungan ruang dalam diagram fungsi ideal untuk mengetahui kondisi dari tapak tersebut, c. rencana konsep concept plan, yaitu perkembangan dari diagram keterhubungan fungsi tapak dengan membagi area ke dalam penggunaan yang lebih spesifik, d. studi tentang komposisi bentuk form composition study, yaitu pertimbangan praktis dari fungsi dan lokasi serta persetujuan dari desainer, e. desain awal preliminary master plan, yaitu penggabunganpenyatuan semua elemen desain dengan gaya grafis semi komplit. Semua elemen desain dipertimbangkan sebagai komponen yang berhubungan dalam keseluruhan lingkungan, f. rencana induk master plan, yaitu perbaikan desain awal, g. desain skematik schematic design, yaitu pembuatan desain gambar lebih dalam dan detail pada proyek dengan skala yang besar dengan tata guna lahan yang banyak. Pada skala kecil seperti perumahan atau vest-pocket park, rencana induk dan rencana skematik dianggap sama, dan h. pengembangan desain design development, yaitu pembuatan desain gambar dengan konsentrasi lebih detail terhadap penampilan dan kesatuan dari material. Tahap selanjutnya adalah pembuatan gambar konstruksi construction drawings. Gambar-gambar tersebut meliputi layout plan, grading plan, rencana penanaman, dan detail konstruksi serta spesifikasinya. Semua gambar tersebut dipersiapkan sebagai komunikasi pada tahap pembangunanimplementasi semua elemen dalam proyek. Lebih jauh lagi Booth 1983 mengungkapkan bahwa urutan tahap tersebut merepresentasikan sebuah urutan yang ideal pada proses desain, namun beberapa tahapan dapat mengalami overlap atau dilakukan sekaligus secara bersamaan. Meskipun demikian, tidak ada satupun tahapan dari proses desain yang muncul secara terpisah dari lainnya.

2.3 Perumahan dan Permukiman