Pendekatan pertama, hutan kota dibangun pada lokasi tertentu saja. Penentuan luasan berdasarkan prosentase luasan kota, perhitungan per kapita, serta isu utama
yang muncul. Pendekatan kedua, semua areal yang ada di suatu kota pada dasarnya adalah areal untuk hutan kota. Pada pendekatan ini, komponen yang ada
di kota seperti permukiman, perkantoran, dan industri dipandang sebagai suatu enklave bagian yang ada di dalam suatu hutan kota.
Menurut Irwan 2008 definisi hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota dan sekitarnya,
berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol menumpuk, strukturnya meniru menyerupai hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan bagi
kehidupan satwa liar dan menimbulkan lingkungan sehat, suasana nyaman, sejuk dan estetis. Hutan kota adalah ekosistem yang tumbuh secara ekologis sesuai
dengan lingkungan perkotaan, artinya terdiri dari tegakan yang berlapis-lapis yang masing-masing fungsinya meniru hutan alami.
Berdasarkan ketentuan PP RI No 63 Tahun 2002, pendekatan kedua oleh Departemen Kehutanan, dan definisi oleh Irwan, maka Taman Lingkungan JGC
dapat merepresentasikan tema hutan kota baik dari segi luasan maupun suasana hutan kota. Taman Lingkungan JGC mewujudkan suasana hutan kota dengan
ruang arboretum yang merupakan kumpulan tegakan pohon yang menyerupai tiruan ekosistem hutan. Taman Lingkungan JGC merupakan salah satu bentuk
penghijauan kota meskipun bentuknya tidak harus hutan agar lingkungan menjadi bersih, terbebas dari pencemaran udara, sejuk, alami dan nyaman.
5.3.3.2 Konsep Desain
Konsep desain Taman Lingkungan JGC bersumber dari salah satu bentuk alam yaitu sel daun. Pola jalinan tilakoid di dalam stroma pada sel daun
diwujudkan sebagai jalur pedestrian, sedangkan granum diwujudkan sebagai base pada penataan zoning.
Hal ini juga didukung oleh Simonds dan Starke 2006 bahwa
seorang desainer
dapat merencanakan
lingkungan dengan
memaksimumkan potensi untuk mencapai tujuan. Seorang desainer dapat mengintegrasikan karyanya secara harmonis dengan alam. Salah satu cara untuk
memperoleh ide desain bagi seorang desainer adalah dengan mengamati dari lanskap alam, bentukan-bentukan alam, dan kekuatan-kekuatan alam.
5.3.3.3 Konsep Ruang
Konsep pembagian ruang Taman Lingkungan JGC terdiri dari entrance area, entertainment area, arboretum, open lawn, dan parking area. Setiap ruang
pada taman memiliki fasilitas dan aktivitasnya masing-masing Tabel 8. Secara fungsional, ruang dalam Taman Lingkungan JGC memiliki hubungan antar ruang
Tabel 9. Hubungan fungsional tersebut menggambarkan kedekatan zona yang satu dengan yang lain
. Pertimbangan kedekatan antar zona mempengaruhi jarak
dan letak antar zona, serta jalur sirkulasi penghubung antar zona agar mendapatkan penempatan zona yang efektif dan efisien. Menurut Simonds dan
Starke 2006, pengorganisasian ruang yang baik akan menghasilkan hubungan yang saling mengisi, harmonis dan tercipta keseimbangan.
Tabel 8. Ruang, Fasilitas, dan Aktivitas pada Taman Lingkungan JGC
Ruang Fasilitas
Aktivitas
Entrance area Signage, gerbang, plaza,
ramp, tangga, toilet, pos jaga Welcoming, kontrol pengunjung
Entertainment area
Jogging track, reflexiology path, circulation path,
bangku taman Olahraga, rekreasi, relaksasi, duduk,
jalan santai Arboretum
Koleksi tegakan pohon, papan interpretasi
Pembelajaran lingkungan, koleksi tanaman
Open lawn Lapangan rumput
Piknik, bermain, bird feeding Parking area
Lapangan parkir mobil, motor, sepeda, drop zone
Parkir kendaraan, menurunkanmenaikkan pengunjung
Tabel 9. Hubungan Antar Ruang pada Taman Lingkungan JGC
Ruang Entrance
area Entertainment
area Arboretum
Open lawn
Parking area
Entertainment area
vv Arboretum
vv vv
Open lawn vv
vv vvv
Parking area vv
vv v
v Keterangan:
v hubungan kurang erat; vv hubungan erat;
vvv hubungan sangat erat
Perumahan JGC menyediakan fasilitas taman sebagai wujud dari salah satu program Corporate Social Responsibility CSR perusahaan terhadap
masyarakat Kota Jakarta Timur, sebagai respon terhadap degradasi lingkungan kota dan sebagai salah satu bentuk penghijauan kota. Taman ini dapat dinikmati
oleh warga perumahan JGC dan juga masyarakat umum Kota Jakarta Timur.
Apabila ditinjau dari tujuannya, taman ini dapat dikategorikan sebagai taman lingkungan karena peruntukan dan cakupan penggunanya tidak hanya dibatasi
oleh warga perumahan JGC saja RTRW setempat, melainkan juga dapat dinikmati oleh masyarakat umum Kota Jakarta Timur.
Selain itu, apabila ditinjau dari konsep ruang dan fasilitas yang disediakan, taman ini juga memiliki ruang yang dilengkapi berbagai fasilitas untuk sebuah
taman lingkungan. Fasilitas rekreasi, olahraga, dan sosialisasi pada sebuah taman lingkungan sesuai yang dikemukakan oleh Arifin et al 2008 diwujudkan di
Taman Lingkungan JGC melalui ruang arboretum, open lawn, dan entertainment area. Fasilitas lainnya, seperti jalan, pintu gerbang, tempat parkir diwujudkan di
Taman Lingkungan JGC melalui parking area dan entrance area. Akan tetapi, bila ditinjau dari segi luasan, Taman Lingkungan JGC belum cukup ideal untuk
dikategorikan sebagai taman lingkungan karena luas Taman Lingkungan JGC hanya sebesar 0,6 hektar, melainkan taman ini lebih sesuai masuk dalam kriteria
luasan taman ketetanggaan Tabel 10. Tabel 10. Kriteria Taman Ketetanggaan dan Taman Lingkungan
Pembagian kategori
Taman Ketetanggaan Taman Lingkungan
Laurie 1986
Luas: 0.05-0.1 hektar Fasilitas: lapangan bermain,
atau blok halaman bermain untuk anak usia pra-sekolah
Luas: lebih dari 0,8 hektar Fasilitas: lapangan rekreasi di luar
ruangan untuk anak-anak berusia sekitar 5-14 tahun
Dahl dan Molnar
2003 Luas: 0,8-2 hektar
Fasilitas: open lawn, pepohonan, semak, walks,
kursi taman, titik vokal seperti ornamen kolam atau air
mancur, sandbox, play apparatus, dan table-game
area Luas: 6-10 hektar
Fasilitas: lapangan olahraga yang terpisah untuk laki-laki dan
perempuan; lapangan untuk permainan seperti tenis atau berkuda; lawn area;
kolam renang outdoor, area piknik keluarga, tempat bermain anak, tempat
berkemah, dan area parkir.
Arifin et.all 2008
Luas: 250-2500 m² Fasilitas: disesuaikan dengan
keinginan warga, seperti area bermain anak, area
duduksosialisasi, lapangan olahraga, jogging track, area
refleksi, tempat cuci tangan, dan lain-lain.
Skala cakupan pengguna: Warga RTRW setempat
Luas: 1-3 hektar Fasilitas: rekreasi tempat bermain
anak, tempat bersantai, panggung; olahraga jogging track, lapangan
bermain bola, lapangan tenis, basket, voli, badminton,refleksi; sosialisasi
ruang piknik, ruang untuk sosialisasi untuk kelompok kecilbesar; jalan,
pintu gerbang, tempat parkir, dsb. Skala cakupan pengguna:
Warga kecamatankelurahan setempat
sumber: Laurie 1986, Dahl dan Molnar 2003, dan Arifin 2008
5.3.3.4 Landscape Strategy