I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kota adalah pusat aktivitas ekonomi, sosial dan politik yang besar dan padat, serta mempunyai posisi geografis dan pemerintahan yang berpengaruh. Hal
tersebut membuat kota menjadi pusat dari kehidupan masyarakat Simonds dan Starke 2006. Sebagai konsentrasi permukiman dan kegiatan manusia, kota tidak
luput mengalami permasalahan. Branch 1995 menyatakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk, serta beban pembangunan wilayah termasuk di dalamnya
tumbuh dan berkembangnya permukiman, industri, dan pusat-pusat kegiatan kota, cenderung menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat perkotaan itu sendiri,
akibat semakin meningkatnya lingkungan fisik kritis perkotaan. Menurut Branch 1995 wilayah Kota Jakarta, dicirikan oleh tiga kriteria,
yaitu: a terdegradasinya wilayah daratan dalam bentuk zona wilayah intrusi air laut, wilayah pengendapan, dan wilayah kikisan; b meningkatnya kutub-kutub
panas kota; dan c semakin terdesaknya kawasan hijau akibat lajunya pertumbuhan perkotaan. Nazaruddin 1994 menyatakan bahwa di kota besar
seperti Jakarta, ketersediaan ruang terbuka hijau sudah semakin sempit. Bahkan keberadaannya menyebar secara tidak merata. Demikian pula yang dinyatakan
oleh Hakim dan Utomo 2008, bahwa banyak lahan di perkotaan bahkan permukaan air sungai, rawa, dan pantai semakin tertutup dan berubah fungsi.
Andalan pada kemampuan ilmu dan teknologi modern dalam pemikiran pembangunan kota, kadangkala mengabaikan faktor ekologi kota. Bahkan terasa
adanya gejala untuk mengubah ekosistem alam menjadi ekosistem buatan. Lahan-lahan pertanian di perkotaan yang merupakan ruang terbuka hijau
sudah banyak berubah fungsi menjadi kawasan permukiman. Perubahan fungsi ini memberikan pengaruh terhadap kehidupan warga kota. Ruang terbuka hijau yang
sesungguhnya produktif dan dapat memberikan penghidupan dengan hasil pertaniannya menjadi berkurang. Demikian juga dengan padatnya area
permukiman dan industri yang berdampak kepada meningkatnya pencemaran kota dan munculnya efek heat island.
Kota tidak hanya merupakan kumpulan gedung-gedung dan sarana fisik lainnya. Akan tetapi, sebuah kota adalah kesatuan antara lingkungan fisik kota dan
warga kota. Dua komponen ekosistem ini akan selalu berinteraksi selama proses berkembangnya kota Hakim dan Utomo, 2008. Sebagai konsentrasi permukiman
dan kegiatan manusia, di dalam sebuah kota idealnya tersedia RTH dan juga fasilitas yang mendukung kegiatan manusia.
Simonds dan Starke 2006 mengidentifikasi permukiman terdiri dari kelompok-kelompok rumah yang
memiliki ruang terbuka hijau secara bersama-sama serta merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan keluarga dalam suatu aktivitas, tetapi cukup
besar untuk menampung semua fasilitas umum seperti tempat belanja, lapangan bermain, serta daerah penyangga. Tempat tinggal yang ideal harus dapat
memenuhi kebutuhan untuk tempat berteduh, berlindung, dan beraktivitas, memberikan rasa nyaman, privasi, keleluasaan, dan menunjukkan apresiasi
terhadap alam. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 4 Tahun 1992 Pasal 1 ayat 4, satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam
berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur.
Kawasan perkotaan seperti Kota Jakarta, terus mengalami perkembangan pembangunan kawasan perumahan dari tahun ke tahun. Salah satu wilayah yang
mengalami perkembangan ini adalah kawasan perumahan Jakarta Garden City JGC yang terletak di Cakung, Jakarta Timur. Kawasan ini memiliki
konsep “an ideal township to live, work, play and learn
. Selain itu, kawasan ini juga
mengusung hunian modern yang berpadu dengan hijaunya alam. Kesan alami terasa dengan adanya ruang terbuka hijau yang mengambil porsi 40 dari luas
total area. JGC menyediakan fasilitas taman yang berfungsi untuk kebutuhan warga perumahan dan juga masyarakat umum Kota Jakarta Timur. Pembuatan
taman lingkungan sebagai respon terhadap degradasi lingkungan kota dan sebagai salah satu bentuk penghijauan kota.
Taman Lingkungan di Perumahan JGC merupakan salah satu proyek yang sedang dikerjakan oleh Konsultan Lanskap Oemardi_Zain OZ. OZ adalah salah
satu perusahaan konsultan yang bergerak dalam desain dan perencanaan lanskap di Indonesia. Konsultan ini telah memiliki pengalaman selama tujuh tahun dan
telah menangani sejumlah proyek mulai dari resort, perumahan, pemerintahan sekolah, rumah sakit, dan sebagainya, serta taman-taman mulai dari skala
ketetanggaan hingga kota sehingga kredibilitas dan profesionalisme OZ dalam penanganan berbagai proyek lanskap telah terpercaya. Oleh karena itu, melalui
kegiatan magang di Konsultan Lanskap OZ dalam proyek taman lingkungan di Perumahan JGC, mahasiswa dapat menjadi bagian integral dalam sistem kerja
langsung di suatu lembaga di luar kampus. Selain itu, melalui kegiatan magang, mahasiswa dapat memperoleh dan meningkatkan pengetahuan, pengalaman,
kompetensi, dan keahlian dalam bidang teknik, dan aplikasi teknis tentang desain lanskap.
1.2 Tujuan
Tujuan umum dari kegiatan magang adalah untuk memperluas pengetahuan, meningkatkan soft skill dan keterampilan kerja dalam lingkup
keprofesian arsitektur lanskap yang berfokus pada desain lanskap. Tujuan khusus dari kegiatan magang, meliputi:
1. menganalisis proses desain lanskap Taman Lingkungan Jakarta Garden City
sesuai mekanisme kerja Konsultan Lanskap Oemardi_Zain, 2.
menganalisis manajemen kerja Konsultan Lanskap Oemardi_Zain, khususnya selama proses desain Taman Lingkungan Jakarta Garden City, dan
3. mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam proses
desain Taman Lingkungan Jakarta Garden City.
1.3 Manfaat Magang
Kegiatan magang dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk mengembangkan wawasan, pengalaman nyata terutama bekerja dalam sebuah
team work, dan keterampilan praktis pekerjaan lanskap terutama di studio.
Manfaat hasil evaluasi dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan untuk perbaikan proses desain lanskap berikutnya. Selain itu, kegiatan magang ini
dapat menjadi media pertukaran informasi, ilmu, dan teknologi di bidang arsitektur lanskap antara mahasiswa dan tempat magang, serta membangun
hubungan baik antara perusahaan dan Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain Tapak