lainnya dengan nilai sebesar 0,117. Hal ini berarti, jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada output sektor kelapa sawit sebesar satu juta rupiah, maka
akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di seluruh sektor perekonomian sebesar 0,117 juta rupiah. Sehingga sektor kelapa sawit mengalami perubahan
berupa penurunan nilai dari periode tahun 1999 ke periode 2007 sebesar -0,010.
5.4. Analisis Biplot
Biplot Analysis
Analisis Biplot digunakan untuk mengetahui kedekatan dan kesamaan karakteristik industri serta keragaman yang ada. Biplot juga menggambarkan
analisis multivariat multivariate analysis yang ditunjukkan melalui grafik dua dimensi, kemudian direpresentasikan dengan garis menunjukkan variabel yang
dianalisis dan plot simbol menunjukkan observasi keragaman. Keragaman tersebut nantinya akan dapat diperkirakan strategi kebijakan yang tepat untuk
sektor-sektor yang perlu dikembangkan dan dapat memperlihatkan keunggulan sektor-sektor perekonomian yang ada di Provinsi Sumatera Barat.
Analisis Biplot dalam perekonomian Provinsi Sumatera Barat didasarkan pada hasil analisis Input-Output, yaitu indeks keterkaitan ke depan KD, indeks
keterkaitan ke belakang KB, multiplier output MO dan multiplier pendapatan MP dari 20 sektor dalam perekonomian Provinsi Sumatera Barat.
Berdasarkan Gambar 5.1 pada tahun 1999, terdapat tiga kelompok sektor. Kelompok pertama yang memiliki nilai KD dan MP tinggi, yaitu sektor
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Kemudian kelompok kedua adalah sektor dengan KB dan MO yang tinggi, yaitu
sektor peternakan dan hasil-hasilnya, industri makanan dan minuman serta tembakau dan sektor bangunan. Kelompok ketiga adalah sektor dengan KB, KD,
MO dan MP yang rendah, yaitu sektor yang tidak termasuk ke dalam kelompok
pertama dan kedua. Sektor kelapa sawit termasuk ke dalam kelompok ketiga,
yaitu memiliki nilai KB, KD, MO dan MP yang rendah.
Keterangan: Lingkaran Hijau = Kelompok I
Lingkaran Kuning = Kelompok II
Gambar 5.1 Diagram Biplot Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Sumatera Barat Tahun 1999
Pada tahun 2007, terdapat pengelompokkan sektor-sektor perekonomian yang berbeda dengan tahun 1999. Kelompok pertama adalah kelompok yang
memiliki nilai MO dan MP tinggi, yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sektor tanaman padi, karet, peternakan dan hasil-hasilnya, industri pupuk dan
pestisida serta kimia, industri semen, bank dan lembaga keuangan lainnya serta sektor jasa-jasa. Kelompok kedua adalah sektor yang memiliki nilai KB dan KD
tinggi, yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sektor kelapa sawit, industri
lainnya, listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan dan kelompok ketiga adalah kelompok yang memilki nilai KB, KD, MO dan MP yang rendah.
KB
KD MP
MO
Keterangan: Lingkaran Hijau = Kelompok I
Lingkaran Kuning = Kelompok II
Gambar 5.2 Diagram Biplot Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Sumatera Barat Tahun 2007
Sektor kelapa sawit mengalami perubahan kelompok dari tahun 1999 yang menempati pada kelompok ketiga memiliki nilai KB, KD, MO dan MP rendah
dan pada tahun 2007 menempati kelompok kedua memiliki nilai KB dan KD yang tinggi. Perubahan kelompok ini dikarenakan, pada tahun 1999 sektor kelapa
sawit belum memiliki areal perkebunan yang luas sehingga produksi kelapa sawit yang dihasilkan masih rendah. Selain itu, kelapa sawit belum menjadi komoditas
utama perkebunan yang bisa menggantikan tanaman perkebunan utama Provinsi Sumatera Barat, seperti karet dan kelapa dalam.
Berbeda dengan tahun 2007, sektor kelapa sawit mempunyai nilai keterkaitan yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang. Hal ini dikarenakan
kelapa sawit cocok untuk dibudidayakan di beberapa daerah Provinsi Sumatera Barat serta terjadinya perluasan dan pembangunan kawasan perkebunan kelapa
sawit yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara BUMN maupun
MO MP
KB KD
perusahaan swasta yang cukup besar dalam sepuluh tahun terakhir. Selain itu, kelapa sawit juga dapat menggerakkan sektor industri hulu dan industri hilirnya.
Sektor industri hulu yang digerakkan, seperti industri pupuk, industri pestisida serta industri alat dan mesin perkebunan, sedangkan sektor industri hilir yang
digerakkan adalah industri makanan dan minuman, industri pengolahan dan sektor pengangkutan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis Tabel Input-Output Provinsi Sumatera Barat tahun 1999 dan 2007 dengan klasifikasi 70 dan 75 sektor yang diagregasi menjadi
20 sektor, dapat disimpulkan bahwa : 1.
Peranan sektor kelapa sawit dalam perekonomian Provinsi Sumatera Barat cenderung lebih kecil dibandingkan beberapa sektor perekonomian lain.
Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi sektor kelapa sawit pada tahun 1999 dan 2007 terhadap pembentukan permintaan antara, permintaan akhir,
investasi dan output sektoral yang relatif kecil. Selain itu, konsumsi rumah tangga untuk sektor kelapa sawit hanya mempunyai kontribusi tahun 1999
dan tidak adanya konsumsi pemerintah pada tahun 1999 dan 2007 di sektor ini yang dikarenakan tidak teridentifikasinya alokasi konsumsi
pemerintah di sektor kelapa sawit Provinsi Sumatera Barat.
2. Berdasarkan analisis keterkaitan ke depan dan ke belakang langsung yang
dilihat selama periode tahun 1999 dan 2007 untuk sektor kelapa sawit, nilai keterkaitan output ke depan langsung masing-masing sebesar 0,004
dan 0,240 serta nilai keterkaitan ke belakang langsung masing-masing sebesar 0,083 dan 0,460. Dari hasil keterkaitan ini dapat dijelaskan bahwa
nilai yang dimiliki keterkaitan ke belakang langsung lebih besar dibandingkan nilai keterkaitan ke depan langsungnya. Ini
mengindikasikan bahwa sektor kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat