Multiplier Output Multiplier Pendapatan

berperan dalam peningkatan produktivitas dan dan sumber inovasi teknologi. Selain itu, produksi kelapa sawit juga dapat mendorong industri hilirnya, seperti industri makanan dan minuman serta tembakau, industri barang karet dan plastik, industri pemintalan melalui serat alam natural fiber, industri pakan untuk ternak serta pengangkutan dan komunikasi. Industri hilir kelapa sawit yang saat ini sedang berkembang dan menjadi arahan untuk pengembangan komoditi industri di Provinsi Sumatera Barat adalah industri minyak kelapa sawit Crude Palm Oil CPO. Industri minyak sawit di Provinsi Sumatera Barat berdasarkan Direktori Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit tahun 2009 berjumlah 67 pabrik pengolahan kelapa sawit yang tersebar di beberapa kabupaten, diantaranya Kabupaten Agam, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Solok Selatan.

5.3. Analisis Pengganda

Multiplier Analisis multiplier digunakan untuk melihat dampak perubahan atau peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap seluruh sektor yang ada tiap satu-satuan perubahan jenis multiplier. Terdapat dua jenis analisis multiplier, yaitu multiplier output dan multiplier pendapatan.

5.3.1. Multiplier Output

Berdasarkan hasil analisis multiplier output yang ditunjukkan pada Tabel 5.9, pada tahun 1999 sektor yang memiliki multiplier output terbesar dalam perekonomian Sumatera Barat adalah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau sektor bangunan dan sektor industri lainnya dengan nilai masing- masing sebesar 1,807, 1,681 dan 1,580. Sedangkan sektor kelapa sawit pada tahun 1999 menempati peringkat ketiga diantara sektor tanaman lainnya serta peringkat keenambelas dalam perekonomian Sumatera Barat, yaitu memiliki nilai multiplier output sebesar 1,100. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap output sektor kelapa sawit sebesar satu juta rupiah, maka output pada sektor perekonomian lainnya akan meningkat sebesar 1,100 juta rupiah. Pada periode tahun 2007, sektor yang memiliki nilai terbesar dalam perekonomian Sumatera Barat adalah sektor kelapa sawit, sektor bangunan dan sektor listrik, gas dan air bersih dengan nilai masing-masing sebesar 1,697, 1,689 dan 1,651. Nilai multiplier output sektor kelapa sawit sebesar 1,697 mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap output sektor kelapa sawit sebesar satu juta rupiah, maka output pada sektor perekonomian lainnya akan meningkat sebesar 1,697 juta rupiah. Hal ini juga berpengaruh terhadap perubahan nilai multiplier output sektor kelapa sawit yang mengalami peningkatan dari tahun 1999 ke tahun 2007 sebesar 0,597 dan menempati peringkat pertama dalam hal perubahan nilai multiplier output.

5.3.2. Multiplier Pendapatan

Berdasarkan analisis pada Tabel 5.9, ditunjukkan hasil analisis dari multiplier pendapatan sektor-sektor perekonomian di Provinsi Sumatera Barat tahun 1999 dan 2007. Pada tahun 1999, sektor yang memiliki nilai multiplier pendapatan terbesar adalah sektor jasa-jasa, sektor tanaman karet dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya dengan nilai masing-masing sebesar 0,738, 0,440 dan 0,375. Sedangkan sektor kelapa sawit menempati peringkat kedua diantara tanaman pertanian dan perkebunan lainnya dengan nilai sebesar 0,127. Hal ini berarti, jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada output sektor kelapa sawit sebesar satu juta rupiah, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di seluruh sektor perekonomian sebesar 0,127 juta. Tabel 5.9 Nilai Multiplier Output dan Multiplier Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Sumatera Barat Tahun 1999 dan 2007 Kode Sektor Multiplier Output Multplier Pendapatan Perubahan 1999 2007 1999 2007 MO MP 1 Padi 1,084 1,097 0,241 0,309 0,013 0,069 2 2 Tanaman Bahan Makanan 1,046 1,225 0,116 0,125 0,179 0,009 3 Karet 1,151 1,321 0,440 2 0,433 2 0,170 -0,007 4 Kelapa Dalam 1,112 0,838 0,116 0,121 -0,273 0,004 5 Kelapa Sawit 1,100 1,697 1 0,127 0,117 0,597 1 -0,010 6 Tanaman Pertanian dan Perkebunan Lainnya 1,105 -19,780 0,082 -2,270 -20,886 -2,352 7 Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,318 0,608 0,286 0,277 -0,709 -0,009 8 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 1,240 1,163 0,169 0,165 -0,077 -0,003 9 Perikanan 1,153 1,177 0,174 0,170 0,024 -0,004 10 Pertambangan dan Penggalian 1,141 1,182 0,335 0,328 0,040 -0,006 11 Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau 1,807 1 1,437 0,146 0,123 -0,370 -0,023 12 Industri Lainnya 1,580 3 1,550 0,261 0,265 -0,030 0,004 13 Industri Pupuk dan Pestisida serta Kimia 1,384 1,325 0,088 0,075 -0,059 -0,013 14 Industri Semen 1,576 1,556 0,135 0,141 -0,020 0,006 15 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,146 1,651 3 0,218 0,171 0,505 2 -0,047 16 Bangunan 1,681 2 1,689 2 0,293 0,209 0,008 -0,084 17 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,218 1,310 0,322 0,360 0,092 0,038 3 18 Pengangkutan dan Komunikasi 1,263 1,587 0,311 0,408 3 0,324 3 0,098 1 19 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 1,045 1,353 0,375 3 0,289 0,308 -0,086 20 Jasa-jasa 1,083 1,116 0,738 1 0,627 1 0,033 -0,111 Keterangan: Superscript menunjukkan peringkat rangking Sumber: Tabel Input-Output Sumatera Barat Tahun 1999 dan 2007 Klasifikasi 20 Sektor Data diolah Berbeda dengan periode tahun 2007, sektor yang memiliki nilai multiplier pendapatan terbesar adalah sektor jasa-jasa, sektor tanaman karet dan sektor pengangkutan dan komunikasi dengan nilai masing-masing sebesar 0,627, 0,433 dan 0,408. Sedangkan sektor kelapa sawit mengalami penurunan nilai multiplier pendapatan serta berada pada peringkat kelima diantara sektor-sektor tanaman lainnya dengan nilai sebesar 0,117. Hal ini berarti, jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada output sektor kelapa sawit sebesar satu juta rupiah, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di seluruh sektor perekonomian sebesar 0,117 juta rupiah. Sehingga sektor kelapa sawit mengalami perubahan berupa penurunan nilai dari periode tahun 1999 ke periode 2007 sebesar -0,010.

5.4. Analisis Biplot