Terwujudnya pola pembangunan berbasis komoditi unggulan dan prinsip one village one product
. Program prioritas dalam pengembangan pertanian berbasis kawasan dan
komoditi unggulan adalah:
Gerakan Terpadu Pensejahteraan Petani, Pengembangan Satu Petani Satu Sapi, Pengembangan Kawasan Sentra Produksi
Pertanian, Penyediaan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pembangunan Pertanian, Pengembangan Teknologi Informasi Pertanian dan Peningkatan
Penerapan Teknologi Pertanian Tepat Guna, Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Pemberdayaan Kelembagaan dan SDM Pelaku Usaha Pertanian dan Masyarakat
pesisir, Peningkatan Produksi dan Mutu Produk Pertanian dan Perikanan, Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Produk Hasil Pertanian dan Perikanan,
Peningkatan Ketahanan dan Keamanan serta diversifikasi Pangan, Pengamanan Sumberdaya Hewani, Pengembangan Budidaya Perikanan dan Pengelolaan
Perikanan Tangkap. Misi yang ingin dicapai dalam menjalankan kebijakan program ini adalah
untuk mewujudkan ekonomi masyarakat yang tangguh, produktif, berbasis kerakyatan, berdayasaing regional dan global. Misi ini merupakan unsur penting
untuk dapat mendorong kemajuan ekonomi dan kemakmuran masyarakat, terutama dalam era globalisasi yang sedang dihadapi. Kondisi tersbut diwujudkan
melalui pengembangan ekonomi agribisnis dan agroindustri serta industri jasa.
4.5.2. Kebijakan Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit Provinsi Sumatera Barat
Kawasan perkebunan di Provinsi Sumatera Barat dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan dan potensi yang ada pada daerah masing-masing
berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan
keberlanjutan, dengan mengembangkan kawasan industri masyarakat perkebunan yang selanjutnya disebut kimbun.
Adapun rencana pengembangan kawasan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat, diantaranya:
1. Kabupaten Agam
2. Kabupaten Limapuluh Kota
3. Kabupaten Pesisir Selatan
4. Kabupaten Sijunjung
5. Kabupaten Dharmasraya
6. Kabupaten Solok Selatan
7. Kabupaten Pasaman Barat
8. Kabupaten Kepulauan Mentawai
Adapun lokasi untuk sentra dan penyangga untuk komoditi kelapa sawit. Lokasi untuk sentra komoditi kelapa sawit adalah Kabupaten Agam, Kabupaten
Dharmasraya, Kabupaten Pasaman Barat. Sedangkan lokasi yang digunakan sebagai penyangga komoditi kelapa sawit adalah Kabupaten Pesisir Selatan,
Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Solok Selatan.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Peranan Sektor Kelapa Sawit terhadap Perekonomian Provinsi
Sumatera Barat 5.1.1. Struktur Permintaan
Tabel Input-Output Provinsi Sumatera Barat tahun 1999 dan 2007 memberikan gambaran mengenai keseluruhan permintaan antara, permintaan
akhir dan permintaan total seluruh sektor dalam perekonomian Sumatera Barat. Permintaan antara adalah jumlah permintaan output dari suatu sektor yang akan
digunakan sebagai input bagi sektor lain. Permintaan akhir merupakan permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir, mencakup barang dan
jasa yang digunakan untuk kegiatan konsumsi. Hasil olahan Tabel Input-Output Sumatera Barat tahun 1999 menunjukkan
bahwa total permintaan antara sebesar Rp 8,04 triliun. Dari angka tersebut sektor yang memiliki nilai permintaan antara tertinggi adalah sektor tanaman padi 1
dengan nilai Rp 1,63 triliun atau 20,38 persen dari total permintaan antara. Sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki peranan yang cukup besar setelah sektor
tanaman padi 1 dengan nilai sebesar Rp 1,42 triliun atau 17,70 persen dari total permintaan antara. Kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi 18
menempati peringkat ketiga dengan nilai sebesar Rp 1,16 triliun atau 14,45 persen dari total permintaan antara.
Pada tahun 2007, total permintaan antara sebesar Rp 39,11 triliun rupiah. Dari angka tersebut, sektor dengan permintaan antara tertinggi adalah sektor
pengangkutan dan komunikasi 18 sebesar Rp 8,66 triliun atau 22,15 persen dari total permintaan antara. Kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan