atau sekitar 15,46 persen dari total output seluruh sektor perekonomian Provinsi Sumatera Barat.
Pada tahun 2007, sektor yang memiliki nilai output sektoral terbesar adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu sebesar 18,17 triliun rupiah
atau sekitar 17,57 persen dari total output seluruh sektor perekonomian Provinsi Sumatera Barat.
Sektor kelapa sawit memiliki nilai output pada tahun 1999 sebesar Rp 79,46 milyar atau sekitar 0,26 persen dan pada tahun 2007 nilainya meningkat
menjadi Rp 2,79 triliun atau sekitar 2,70 persen dari total output seluruh sektor perekonomian Sumatera Barat.
5.2. Analisis Keterkaitan
Dalam analisis keterkaitan output ke depan dan ke belakang dapat dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan output langsung ke depan dan ke belakang serta
keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang. Keterkaitan output langsung didapat dari koefisien input, sedangkan keterkaitan
output langsung dan tidak langsung diperoleh dari Matriks Kebalikan Leontief Terbuka.
5.2.1. Keterkaitan ke Depan Forward Linkage
Keterkaitan ke depan merupakan keterkaitan sektor produksi hulu terhadap sektor hilirnya. Nilai keterkaitan langsung ke depan menunjukkan apabila terjadi
peningkatan akhir sebesar satu satuan, maka output suatu sektor tersebut dan juga sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya. Sedangkan
nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan bahwa
sektor tersebut memiliki nilai keterkaitan langsung maupun tidak langsung ke depan terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri.
Dibandingkan dengan keterkaitan langsung, nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang selalu memiliki nilai yang
lebih besar dari satu. Hal ini disebabkan nilainya telah diperhitungkan perubahan output yang bersangkutan sebesar satu satuan.
Jika dilihat pada Tabel 5.7, terdapat hasil analisis keterkaitan output ke depan langsung maupun langsung dan tidak langsung. Dilihat dari keterkaitan
output langsung ke depan tahun 1999, sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan tertinggi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang
diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor tanaman padi dengan nilai masing-masing sebesar 0,861, 0,618 dan 0,420. Pada tahun 2007,
sektor-sektor yang menempati peringkat tiga besar dalam perekonomian Sumatera Barat masih tetap dengan sektor dan urutan yang sama seperti tahun 1999 dengan
nilai masing-masing sebesar 1,249, 1,125 dan 0,491. Sektor yang memiliki perubahan terbesar untuk nilai keterkaitan langsung ke depan adalah sektor
pengangkutan dan komunikasi dengan nilai sebesar 0,507. Pada tahun 1999, sektor kelapa sawit memiliki nilai keterkaitan output
langsung ke depan sebesar 0,004 berada pada urutan keempat diantara tanaman pertanian dan perkebunan lainnya yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan
permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output sektor sektor kelapa sawit yang langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya termasuk sektor kelapa
sawit itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar 0,004 juta rupiah. Sedangkan pada tahun 2007, keterkaitan output langsung ke depan sektor kelapa
sawit mengalami perubahan sebesar 0,236 peringkat ketiga dalam besarnya perubahan menjadi 0,240 yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan
akhir sebesar satu juta rupiah, maka output sektor sektor kelapa sawit yang langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya termasuk sektor kelapa sawit
itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar 0,240 juta rupiah. Tabel 5.7 Keterkaitan Output ke Depan Sektor-sektor Perekonomian Provinsi
Sumatera Barat Tahun 1999 dan 2007
Kode Sektor
KD KDLT
Perubahan 1999
2007 1999
2007 KD
KDLT 1
Padi 0,420
3
0,491
3
1,530 1,619
3
0,070 0,089
2 Tanaman Bahan Makanan
0,086 0,150
1,104 1,177
0,064 0,073
3 Karet
0,086 0,155
1,119 1,185
0,069 0,066
4 Kelapa Dalam
0,005 0,009
1,006 0,990
0,004 -0,016
5 Kelapa Sawit
0,004 0,240
1,006 1,269
0,236
3
0,264
3
6 Tanaman Pertanian dan Perkebunan
Lainnya 0,059
0,174 1,069
-19,585 0,116
-20,654 7
Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,151
0,185 1,192
1,168 0,034
-0,024 8
Kehutanan dan Hasil-hasilnya 0,056
0,074 1,074
1,068 0,019
-0,006 9
Perikanan 0,066
0,072 1,075
1,084 0,006
0,009 10
Pertambangan dan Penggalian 0,223
0,083 1,278
1,101 -0,139
-0,176 11
Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau
0,202 0,130
1,252 1,037
-0,071 -0,214
12 Industri Lainnya
0,402 0,442
1,545
3
1,336 0,040
-0,209 13
Industri Pupuk dan Pestisida serta Kimia 0,028
0,050 1,033
0,975 0,022
-0,057 14
Industri Semen 0,168
0,127 1,197
1,134 -0,041
-0,063 15
Listrik, Gas dan Air Bersih 0,114
0,412 1,140
1,473 0,298
0,333
2
16 Bangunan
0,127 0,221
1,165 1,063
0,094 -0,102
17 Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,861
1
1,249
1
2,068
1
1,915
2
0,388
2
-0,153 18
Pengangkutan dan Komunikasi
0,618
2
1,125
2
1,864
2
2,097
1
0,507
1
0,233 19
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0,199
0,353 1,260
1,387 0,154
0,127 20
Jasa-jasa 0,212
0,466 1,258
1,610 0,254
0,352
1
Keterangan: KD = Keterkaitan ke Depan Langsung
KDLT = Keterkaitan ke Depan Langsung dan Tidak Langsung Superscript menunjukkan peringkat rangking
Sumber: Tabel Input-Output Sumatera Barat Tahun 1999 dan 2007 Klasifikasi 20 Sektor Data diolah
Untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan tahun 1999 sektor yang menempati peringkat tiga besar dalam perekonomian Sumatera
Barat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi serta sektor industri lainnya dengan nilai masing-masing sebesar 2,068, 1,864 dan 1,545. Pada tahun 2007, mengalami perubahan peringkat tiga
besar untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yakni, peringkat pertama untuk sektor pengangkutan dan komunikasi yang diikuti oleh
sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor tanaman padi dengan nilai masing-masing sebesar 2,097, 1,915 dan 1,619. Perubahan terbesar nilai
keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan berada pada sektor jasa-jasa dengan nilai sebesar 0,352.
Nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan sektor kelapa sawit mengalami perubahan dari tahun 1999 ke 2007 sebesar 0,264 berada
pada peringkat ketiga dalam besarnya perubahan dalam perekonomian Sumatera Barat dari 1,006 menjadi 1,269 yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan
permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output sektor kelapa sawit yang dijual atau dialokasikan langsung maupun tidak langsung ke sektor lainnya
termasuk sektor kelapa sawit itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar 1,269 juta rupiah.
5.2.2. Keterkaitan ke Belakang Backward Linkage