menyerap tenaga kerja cukup tinggi adalah sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel sebesar 19,90 persen dan sektor jasa kemasyarakatan
sebesar 16,63 persen. Dari persentase hasil dapat dijelaskan bahwa sektor pertanian menjadi mata pencaharian utama untuk sebagian besar penduduk
Sumatera Barat.
4.3. Perekonomian Provinsi Sumatera Barat
Provinsi Sumatera Barat mempunyai komoditi unggulan di sektor pertanian, pertambangan dan jasa. Komoditi sektor pertanian yang diunggulkan
adalah subsektor tanaman perkebunan dengan komoditi gambir, jarak dan nilam. Subsektor perikanan dengan komoditi yang diunggulkan yaitu perikanan tangkap.
Sementara komoditi penunjang untuk sektor pertanian yaitu subsektor tanaman perkebunan dengan komoditi kakao, kelapa dan karet. subsektor perikanan
meliputi budidaya tambak, budidaya kolam dan budidaya keramba. Sementara untuk sektor pertambangan komoditi yang diunggulkan adalah semen. Sedangkan
sektor jasa komoditi yang diunggulkan yaitu bidang pariwisata dengan salah satu obyek wisata yang terkenal adalah wilayah Bukittinggi.
Selama periode 2007-2010 sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pembentukan nilai PDRB Sumatera Barat, tetapi
perkembangan kontribusinya telah mengalami penurunan. Tahun 2007 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 24,68 persen terhadap nilai PDRB dan
telah menurun menjadi 23,75 persen tahun 2009. Penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan nilai PDRB pada harga berlaku ini diiringi oleh
semakin meningkatnya kontribusi sektor industri pengolahan dari 12,01 persen pada tahun 2007 menjadi 12,05 persen tahun 2009.
Tabel 4.2 Nilai dan Persentase Kontribusi Sektor Ekonomi dalam Pembentukan Nilai PDRB Sumatera Barat Periode 2006-2010 Atas Dasar Harga
Berlaku
Angka Sementara Sumber: BPS Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah RPJM Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015
Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran tahun 2007 berkontribusi sebesar 17,34 persen dan terus mengalami kenaikan tahun 2009
menjadi 17,99 persen. Sehingga dari sisi harga berlaku ini, terlihat bahwa kontribusi sektor pertanian masih dominan, tetapi perlahan digantikan oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dijelaskan bahwa sektor bangunan memiliki pertumbuhan rata-
rata terbesar, yaitu 4,32 persen. Hal ini dikarenakan pada waktu itu Sumatera Barat mengalami bencana gempa bumi pada tahun 2009, sehingga pemerintah
daerah berusaha untuk membangun kembali bangunan-bangunan yang rusak akibat gempa bumi.
No Sektor
Ekonomi 2007
2008 2009
2010 Pertum-
buhan Rp
Milyar Rp
Rp Rp
tahun 1
Pertanian 14.744
24,68 17.273
24,46 18.120
23,75 20.792
23,84 -1,15
2 Pertambangan
dan Penggalian
2.060 3,44
2.351 3,33
2.545 3,34
2.764 3,17
-2,79 3
Industri Pengolahan
7.179 12,01
8.554 12,11
9.195 12,05
10.197 11,69
-0,91 4
Listrik, Gas dan Air bersih
822 1,37
863 1,22
899 1,18
925 1,06
-9,00 5
Bangunan 3.290
5,50 3.905
5,54 4.314
5,65 5.499
6,31 4,32
6 Perdagangan,
Hotel dan Restoran
10.368 17,34
12.529 17,74
13.727 17,99
15.475 17,74
0,74 7
Pengangkutan dan
Komunikasi 9.009
15,07 10.603
15,02 11.543
15,13 13.439
15,41 0,74
8 Keuangan,
sewa dan jasa perusahaan
2.963 4,95
3.463 4,90
3.783 4,96
4.145 4,75
-1,41 9
Jasa-jasa 9.352
15,64 11.073
15,68 12.171
15,95 13.985
16,03 0,82
PDRB 59.799
100,00 70.614
100,00 76.295
100,00 87.221
100,00
Selain melalui PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, maka keberhasilan pembangunan perekonomian suatu wilayah dapat pula dilihat melalui
perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Seiring dengan peningkatan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan perekonomian Sumatera Barat juga mengalami peningkatan.
Tabel 4.3 Nilai dan Persentase Kontribusi Sektor Ekonomi dalam Pembentukan Nilai PDRB Sumatera Barat Periode 2006-2010 Atas Dasar Harga
Konstan
Angka Sementara Sumber: BPS Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah RPJM Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015
Pada periode 2007-2010 sektor pertanian juga telah memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pembentukan nilai PDRB Sumatera Barat,
tetapi perkembangan kontribusinya telah mengalami penurunan. Tahun 2007
No Sektor
Ekonomi 2007
2008 2009
2010 Pertum-
buhan Rp
Milyar Rp
Rp Rp
tahun 1
Pertanian 8.039
24,43 8.437
24,10 8.761
24,03 9.094
23,40 -1,45
2 Pertambangan
dan Penggalian
1.029 3,13
1.081 3,09
1.125 3,08
1.204 3,10
-0,32 3
Industri Pengolahan
4.209 12,79
4.464 12,75
4.586 12,58
4.788 12,32
-1,26 4
Listrik, Gas dan Air bersih
394 1,20
408 1,17
431 1,18
441 1,13
-2,04 5
Bangunan 1.627
4,94 1.739
4,97 1.814
4,97 2.074
5,34 2,51
6 Perdagangan,
Hotel dan Restoran
6.057 18,40
6.463 18,46
6.673 18,30
6.941 17,86
-1,00 7
Pengangkutan dan
Komunikasi 4.527
13,75 4.916
14,04 5.206
14,28 5.778
14,87 2,57
8 Keuangan,
sewa dan jasa perusahaan
1.693 5,14
1.811 5,17
1.895 5,20
2.011 5,17
0,19 9
Jasa-jasa 5.339
16,22 5.688
16,25 5.972
16,38 6.531
16,81 1,18
PDRB 32.912
100,00 35.008
100,00 36.465
100,00 38.860
100,00
sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 24,43 persen terhadap nilai PDRB dan tahun 2010 telah menurun menjadi 23,40 persen angka sementara.
Penurunan kontribusi sektor pertanian ini diiringi oleh kenaikan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran, tahun 2007 sektor ini berkontribusi
sebesar Rp 6.057 milyar dan mengalami peningkatan menjadi Rp 6.673 milyar pada tahun 2009. Sementara itu, industri pengolahan justru kontribusinya semakin
menurun, tahun 2007 kontribusi sektor ini sebesar 12,79 persen dan mengalami penurunan menjadi 12,58 persen pada tahun 2009.
Tabel 4.4 Perkembangan Nilai Ekspor Sumatera Barat Menurut Negara Tujuan Tahun 2006-2009 Dalam US
No Negara
Tujuan Tahun
Pertumbuhan 2006
2007 2008
2009 1
Amerika Serikat
406.296 325.104
609.739 158.972
-26,9 2
India 204.069
160.943 674.432
489.744 33,9
3 Singapura
87.065 583.334
355.591 179.406
27,3 4
Belanda 150.031
69.736 177.753
17.321 -51,3
5 Cina
107.582 27.265
180.124 187.564
20,4 6
Malaysia 17.049
28.977 54.819
55.933 48,6
7 Italia
15.559 1.081
10.368 17.652
4,3 8
Pakistan 13.383
7.035 59.312
7.278 -18,4
9 Negara
Lainnya 141.955
230.470 262.451
262.451 22,7
Jumlah 1.074.134 1.512.799 2.384.568 1.273.717
4,4
Sumber: Sumatera Barat Dalam Angka beberapa terbitan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015
Hal ini berimplikasi bahwa perkembangan perekonomian Sumatera Barat telah mengalami perubahan dari dominan sektor pertanian perlahan-lahan ke
dominan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sehingga perekonomian Sumatera Barat menjadi lebih berorientasi ke luar ekspor, sedangkan seharusnya
keberhasilan sektor pertanian diikuti oleh sektor industri pengolahan yang
mengolah produk pertanian menjadi produk setengah jadi dan barang jadi, sehingga nilai ekspor akan lebih memberikan nilai tambah yang lebih besar lagi.
Tabel 4.5 Perkembangan Nilai Ekspor Sumatera Barat Menurut Kelompok Komoditi Tahun 2006-2009 Dalam 000 US
No Kelompok
Komoditi Tahun
Pertumbuhan 2006
2007 2008
2009 A
Hasil Pertanian
15.914 24.900
53.118 64.378
41,8
1 Biji Coklat
3.040 13.205
34.878 51.095
57,0 2
Kulit Manis 6.104
7.588 8.712
5.005 -4,8
3 Biji Lainnya
146 356
4.731 5.403
100,4 4
Buah-buahan 2.107
2.291 2.076
1.010 -16,8
5 Hasil Pertanian
Lainnya 4.517
1.460 2.721
1.865 -19,8
B Hasil Industri
1.053.083 1.460.754
2.244.993 1.241.896
-4,2
1 Minyak Kelapa
Sawit 717.805
1.276.769 791.867
5,0 2
Crumb-rubber 496.361
560.497 651.341
263.628 -14,6
3 Minyak Biji
Sawit 107.193
204.066 123.210
3,5 4
Hasil Industri Lainnya
556.722 75.259
112.817 63.191
-42,0 C
Hasil Tambang 5.137
27.145 86.457
37.983 64,9
1 Batubara
4.219 26.758
83.783 30.147
63,5 2
Hasil Tambang Lainnya
918 387
2.674 7.836
70,9 Jumlah
1.074.134 1.512.799
2.384.568 1.273.717
4,4
Sumber: Sumatera Barat Dalam Angka beberapa terbitan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015
Bila dilihat dari perkembangan nilai ekspor Provinsi Sumatera Barat menurut kelompok komoditi pada tahun 2009, laju pertumbuhan nilai ekspor hasil
pertanian ternyata cukup tinggi yaitu mencapai 41,8 persen rata-rata setiap tahunnya untuk periode 2006-2009. Berdasarkan Tabel 4.5, ekspor pertanian
terbesar adalah ekspor biji coklat cocoa beans yang merupakan komoditi utama daerah dengan kontribusi mencapai 79,4 persen, sedangkan komditi lainnya
mempunyai kontribusi yang relatif kecil.
Dalam kelompok komoditi hasil industri, komoditi minyak kelapa sawit merupakan komoditi ekspor utama dengan kontribusi sekitar 63,8 persen dan
disusul oleh Crumb-rubber dengan kontribusi sebesar 21,2 persen. Untuk komoditi ekspor lainnya mempunyai kontribusi yang sangat kecil terhadap nilai
ekspor Provinsi Sumatera Barat.
4.4. Perkembangan Sektor Pertanian Provinsi Sumatera Barat