5.1.5. Struktur Nilai Tambah Bruto
Nilai tambah bruto disusun oleh beberapa komponen, diantaranya adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. Pada
perekonomian Provinsi Sumatera Barat tahun 1999, sektor penyusun upah dan gaji terbesar adalah sektor jasa-jasa 20, kedua adalah sektor pengangkutan dan
komunikasi 18 serta ketiga adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran 17. Persentase masing-masing sektor adalah 43,89 persen, 10,02 persen dan 7,23
persen dari total upah dan gaji semua sektor. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2007, sektor-sektor penyusun upah
dan gaji terbesar adalah sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan persentase masing-masing
sebesar 33,60 persen, 15,12 persen dan 13,38 persen. Sektor jasa menjadi penyumbang terbesar upah dan gaji karena sebagian besar sektor jasa diisi oleh
pegawai negeri dan sisanya diisi oleh sektor-sektor lain dengan jumlah tenaga kerja yang cukup banyak.
Untuk surplus usaha tahun 1999, sektor dengan persentase sumbangan terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran 17 sebesar 20,07 persen.
Sektor kedua dengan penyumbang surplus usaha terbesar adalah sektor pengangkutan dan komunikasi 18 sebesar 15,95 persen dan yang ketiga adalah
sektor tanaman padi 1 sebesar 10,57 persen. Tahun 2007, ada beberapa perbedaan karena terjadi perubahan peran.
Sektor tanaman pertanian dan perkebunan lainnya berada di peringkat kedua dengan persentase sebesar 11,26 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi
berada di peringkat ketiga dengan persentase sebesar 11,20 persen dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran tetap berada di peringkat pertama dengan persentase sebesar 21,28 persen mengalami peningkatan 5,88 persen.
Pada Lampiran 3 juga terlihat adanya rasio upah gaji dan surplus usaha atau perdagangan. Rasio tersebut juga dapat digunakan untuk mengukur
keseimbangan distribusi pendapatan antara pemilik modal dan tenaga kerja. Distribusi pendapatan pada suatu sektor perekenomian dikatakan seimbang jika
memiliki nilai satu. Jika dilihat dari setiap sektor perekonomian pada Lampiran 3, hampir seluruh sektor perekonomian baik pada tahun 1999 maupun 2007
memiliki nilai rasio upah gaji dan surplus perdagangan atau usaha yang kurang dari satu termasuk sektor kelapa sawit.
Nilai surplus perdagangan atau usaha dari sektor kelapa sawit baik pada tahun 1999 maupun tahun 2007 lebih besar dibandingkan dengan nilai upah dan
gaji. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya ketimpangan dalam distribusi pendapatan pada sektor kelapa sawit. Ketimpangan distribusi pendapatan
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya tidak meratanya harga per kg tandan buah segar TBS kelapa sawit antardaerah penghasil dan banyak pekerja
perkebunan yang mendapatkan upah yang rendah di beberapa perusahaan baik perusahaan perkebunan kelapa sawit maupun perusahaan pengolah kelapa sawit.
Nilai rasio upah dan gaji perkebunan kelapa sawit tahun 1999 adalah sebesar 0,20. Sedangkan untuk tahun 2007 adalah sebesar 0,30 Lampiran 3 Pada
tahun 1999 dan 2007 persentase rasio upah dan gaji menunjukkan nilai yang tidak mendekati satu. Artinya, bahwa terjadi ketidakseimbangan antara upah dan gaji
yang diterima pekerja lebih rendah dibandingkan dengan surplus usaha yang
diterima oleh pemilik modal. Hal ini mungkin disebabkan faktor produksi yang digunakan pada sektor tersebut merupakan padat karya.
Penyusutan merupakan pengurangan dari nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan terbesar pada tahun 1999 adalah
pada sektor pengangkutan dan komunikasi 18, sektor jasa-jasa 20 serta sektor perdagangan, hotel dan restoran 17. Pada tahun 2007, posisi tersebut tetap sama,
hanya persentase masing-masing sektor yang berubah. Dilihat dari kontribusinya, komoditas perkebunan kelapa sawit 5 pada tahun 1999 menempati peringkat
ketiga terhadap nilai penyusutan tanaman perkebunan dan pertanian lainnya. Sedangkan pada tahun 2009 komoditas perkebunan kelapa sawit menempati
urutan pertama terhadap nilai penyusutan tanaman perkebunan dan pertanian lainnya.
Pajak tak langsung neto merupakan selisih antara pajak tidak langsung yang dibayar pemilik modal dengan subsidi yang diberikan pemerintah pada
sektor tersebut. Pada tahun 1999 sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki sumbangan yang cukup besar terhadap pajak tidak langsung sebesar 22,25 persen.
Tetapi pada tahun 2007 peranan tersebut digantikan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan persentase sebesar 27,72 persen. Komoditas
perkebunan kelapa sawit 5 tahun 1999 menempati peringkat keempat terhadap pajak tak langsung neto tanaman perkebunan dan pertanian lainnya. Sedangkan
pada tahun 2007 komoditas perkebunan kelapa sawit menempati peringkat kedua terhadap pajak tak langsung neto tanaman perkebunan dan pertanian lainnya.
Secara keseluruhan sektor perkebunan kelapa sawit 5 pada tahun 1999 memiliki kontribusi yang kecil terhadap pembentukan nilai tambah bruto dengan
nilai sebesar Rp 66,07 miliar atau hanya 0,31 persen dari total nilai tambah bruto Sumatera Barat. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2007, namun pada tahun
ini sektor perkebunan kelapa sawit 5 mengalami peningkatan nilai yang cukup besar yakni memiliki kontribusi terhadap pembentukan nilai tambah bruto sebesar
Rp 1,16 triliun atau 1,95 persen Lampiran 3. Tabel 5.5 Struktur Persentase Nilai Tambah Bruto Provinsi Sumatera Barat
Tahun 1999 dan 2007 Persen
Kode Upah dan Gaji
Surplus Usaha Penyusutan
Pajak Tak Langsung Neto 1999
2007 1999
2007 1999
2007 1999
2007 1
4,29 4,68
10,57
3
11,20
3
1,37 0,95
4,71 3,26
2 0,64
0,38 3,20
1,92 0,25
0,06 0,77
0,30 3
1,41 1,36
0,86 0,69
0,51 0,33
1,12 0,73
4 0,09
0,14 0,35
0,60 0,05
0,05 0,05
0,05
5 0,14
1,11 0,42
2,83 0,30
1,00 0,23
1,49
6 1,24
2,29 8,28
11,26
2
1,10 0,94
4,19 3,74
7 2,42
2,08 2,61
2,34 0,70
0,38 4,91
2,69 8
0,89 0,76
2,23 2,44
0,83 0,47
2,26 1,33
9 1,32
1,43 3,03
4,58 2,77
1,39 0,46
1,10 10
3,43 3,38
3,40 3,32
3,15 2,72
12,36
3
10,82
3
11 5,58
4,47 5,12
4,78 6,66
2,72 8,30
4,60 12
6,17 6,22
7,07 5,28
8,80 5,82
10,17 6,30
13 0,02
0,02 0,07
0,06 0,04
0,02 0,11
0,06 14
1,15 0,96
2,88 2,69
1,25 0,65
5,69 2,99
15 0,86
0,90 1,24
1,06 3,36
3,95 0,64
2,48 16
6,37 5,52
2,59 5,65
4,53 4,24
0,63 8,55
17
7,23
3
13,38
3
20,07
1
21,28
1
12,30
3
11,34
3
5,01 27,72
1
18 10,02
2
15,12
2
15,95
2
7,92 34,62
1
45,05
1
22,25
1
12,79
2
19 2,86
2,20 3,10
3,74 1,59
1,07 2,06
1,10 20
43,89
1
33,60
1
6,97 6,36
15,80
2
16,85
2
14,09
2
7,91
Total 100,00
100,00 100,00
100,00 100,00
100,00 100,00
100,00
Keterangan: Superscript menunjukkan peringkat rangking Sumber: Tabel Input-Output Sumatera Barat Tahun 1999 dan 2007 Klasifikasi 20 Sektor Data diolah
5.1.6. Struktur Output Sektoral