Persepsi Masyarakat Desa Matakus

98 Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Pulau Matakus merupakan kawasan wisata daerah yang didalamnya bermukim 97 kepala keluarga yang sangat tergantung dengan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Rencana pengembangan kedepan untuk menjadikannya sebagai kawasan ekowisata bahari memerlukan berbagai pendapat dan tanggapan dari stakeholder yang terkait langsung seperti masyarakat lokal, pemerintah daerah dan wisatawan yang memanfaatkan jasa lingkungan di kawasan Pulau Matakus.

5.5.1 Persepsi Masyarakat Desa Matakus

Secara umum masyarakat yang tinggal di Pulau Matakus adalah penduduk asli yang telah mendiami pulau tersebut lebih dari sepuluh tahun. Kelompok masyarakat yang tergolong pendatang adalah para pegawai negeri sipil guru dan pemimpin umat dengan lama tinggal antara 5 – 10 tahun. Dari 49 responden yang diwawancarai, sekitar 46.9 bermata pencaharian sebagai nelayan penangkap ikan, udang dan kepiting dengan rata – rata tingkat pendapatan setiap bulan berkisar antara 250 000 sampai 500 000 ribu rupiah 30.61 sedangkan yang berprofesi sebagai petani sekitar 24.48 dan memanfaatkan lahan terestrial untuk berladang, berkebun dan mencari kayu bakar. Aktifitas budidaya pesisir seperti rumput laut maupun keramba jaring apung tidak terdapat di kawasan pulau ini. Untuk keperluan pembanguan rumah, masyarakat desa memanfaatkan pasir di pantai sebagai bahan bangunan sedangkan material batu diambil dari lahan daratan. Beberapa hal yang diperoleh dari kegiatan wawancara terhadap 49 responden berkaitan dengan persepsi masyarakat setempat tentang pengembangan ekowisata adalah bahwa 100 responden telah mengetahui Pulau Matakus merupakan daerah tujuan wisata. Sekitar 57.14 responden menyatakan bahwa kegiatan wisatawan yang dilakukukan selama ini telah memberikan keuntungan bagi masyarakat, 36.73 menyatakan tidak memberikan keuntungan sedangkan sisanya 6.12 menyatakan tidak tahu. Berkaitan dengan istilah ekowisata, sekitar 59.18 responden menyatakan belum pernah mendengar dan mengetahui tentang istilah tersebut, hanya sekitar 40.82 yang telah mendengar istilah ekowisata sedangkan untuk tingkat 99 pemahaman terhadap prinsip ekowisata, sekitar 44.68 menyatakan memahami prinsip – prinsip ekowisata sementara 55.32 tidak memahami prinsip – prinsip ekowisata. Namun secara keseluruhan, 100 responden menyatakan setuju dengan upaya pengembangan kawasan Pulau Matakus menjadi kawasan ekowisata bahari. Hasil analisis terhadap berbagai jawaban yang diberikan responden sebagai pembentuk presepsi masyarakat menunjukkan bahwa persepsi masyarakat Desa Matakus untuk pengembangan ekowisata di kawasan tersebut termasuk kategori baik yakni sekitar 53.06 dan cukup yakni sekitar 46.94.

5.5.2 Hubungan Karakteristik Masyarakat dengan Tingkat Persepsi