Analisis Zonasi Kawasan Konservasi Pulau Matakus Analisis Kesesuaian Kawasan Untuk Ekowisata Bahari

33 Gambar 4 Kategori dan persentase tutupan karang untuk menilai persentase karang hidup English et al., 1997. Selanjutnya data kondisi persentase penutupan karang hidup yang diperoleh dibandingkan dengan kategori penutupan karang hidup menurut Gomes dan Yap 1998, yaitu: a. 0 - 24.9 : penutupan karang kategori jelek b. 25 - 49.9 : penutupan karang kategori sedang c. 50 - 74.9 : penutupan karang kategori baik d. 75 - 100 : penutupan karang kategori sangat baik

3.4.2 Analisis Zonasi Kawasan Konservasi Pulau Matakus

Analisis zonasi ditujukan untuk melakukan konsevasi sumberdaya pesisir dan laut di kawasan Pulau Matakus dalam mendukung kegiatan ekowisata pesisir dan laut. Pembagian zonasi terdiri atas tiga bagian yaitu zona inti, zona penyanga dan zona pemanfaatan langsung. Di tiap zonasi tersebut akan dibuat desain masing-masing kegiatan wisata yang cocok. Pengkajian zonasi ini dibutuhkan beberapa kriteria. Kriteria yang digunakan terdiri atas kelompok kriteria ekologi, ekonomi dan sosial sebagaimana terlihat pada Lampiran 7 modifikasi dari Salm et al., 2000 dalam Soselisa, 2006. Selanjutnya, berdasarkan hasil zonasi yang diperoleh dilanjutkan dengan pembagian zonasi berdasarkan kegiatan wisata yang dihasilkan dari analisis kesesuaian kawasan. Kategori 1 0 – 10 Kategori2 11 – 30 Kategori 3 31 – 50 Kategori 4 51 – 75 Kategori 5 76 – 100 34 Pembagian zonasi peruntukan kawasan Pulau Matakus dilakukan berdasarkan persentase total nilai skoring kriteria di tiap stasiun pengamatan yang diperoleh dengan membandingkan total nilai skoring kriteria stasiun ke-i dengan total nilai skoring keseluruhan kriteria dikalikan 100 persen. Dengan menggunakan teknik interval kelas, zonasi peruntukan pulau dibagi atas tiga zona yaitu Zona Inti dengan interval nilai persentase 70, Zona Pemanfaatan Langsung dengan interval nilai persentase 60 - 70 dan Zona pemanfaatan tidak langsung zona penyangga dengan interval nilai persentase 60 Baksir, 2009.

3.4.3 Analisis Kesesuaian Kawasan Untuk Ekowisata Bahari

Analisis kesesuaian lahan merupakan suatu kajian untuk menilai kecocokan dan kelayakan berbagai macam aktivitas yang akan dilakukan disuatu kawasan sesuai dengan potensi sumberdaya dan peruntukaannya dengan mempertimbangkan berbagai parameter. Hal ini mengingat walaupun secara visual suatu lokasi kelihatan indah dijadikan lokasi wisata, namun belum tentu sesuai secara ekologis mengingat ada berbagai paramaeter baik fisik maupun biologi yang harus diamati dan dinilai secara ilmiah untuk menentukan sesuai tidaknya lokasi tersebut untuk kegiatan wisata. Kesesuaian kawasan juga merupakan suatu pola pikir yang mengarah pada pertimbangan bahwa betapapun besarnya daya tarik dari suatu lokasi, secara ekologis tetap akan memiliki keterbatasan scarcity, sehingga jumlah dan frekuensi kunjungan dalam suatu ruang dan waktu harus disesuaikan dengan kaedah yang berlaku. Analisis kesesuaian yang dilakukan dalam penelitian ini hanya difokuskan untuk peruntukan kawasan ekowisata bahari jenis kegiatan selam, snorkling, berenang, mendayung, jet ski dan perahu layar dan wisata pantai jenis kegiatan rekreasi pantai, olahraga pantai, sunbathing dan camping. Tahapan proses analisis kesesuaian lahan Pulau Matakus untuk kegiatan wisata pesisir dan lautan di lakukan dengan teknik yang dikemukakan oleh Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001 meliputi: 35 1. Penetapan persyaratan parameter dan kriteria, pembobotan dan skoring. Parameter di amati dan diukur di lapangan. Untuk masing-masing jenis kegiatan wisata penetapan parameter tidak sama. Parameter dan kriteria disusun berdasarkan parameter biofisik yang relavan dengan setiap kegiatan. Parameter yang menentukan di berikan bobot terbesar sedangkan kriteria batas-batas yang sesuai diberikan skor tertinggi. Pada penelitian ini, matriks kesesuaian yang digunakan mengacu pada Bakosurtanal 1996 dan Yulianda 2007 dengan sedikit modifikasi. Bobot untuk setiap parameter adalah antara 1 – 10, demikian juga untuk penetuan skor berkisar antara 1 – 10. Untuk parameter yang dianggap dominan diberikan nilai bobot yang besar, sedangkan yang dianggap kurang dominanberpengaruh diberikan nilai yang rendah. Pemberian nilai skor scoring berbeda untuk tiap kelas kesesuaian, tetapi sama nilainya untuk semua parameter dalam kelas kesesuaian yang sama. Kelas S1 diberikan nilai 3, kelas S2 diberikan nilai 2, dan kelas N diberikan nilai 1. a. Wisata Bahari Wisata bahari meliputi jenis kegiatan selam, snorkling, berenang, berperahu, dan olah raga air jet ski dan banana boat. Kesesuaian wisata bahari kategori wisata selam mempertimbangkan enam parameter dengan tiga klasifikasi penilaian. Parameter dimaksud antara lain kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus dan kedalaman terumbu karang. Selanjutnya penetapan kriteria, bobot dan skor dari masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 2. 36 Tabel 2 Matriks Kesesuaian untuk Wisata Bahari Kategori Selam No. Kriteria Bobot Kelas Kesesuaian dan Skor S1 Skor S2 Skor N Skor 1 Kecerahan Perairan 5 80 3 50 - 80 2 50 1 2 Tutupan komunitas karang 5 75 3 50-75 2 50 1 3 Jenis life form 4 12 3 7 - 12 2 7 1 4 Jenis ikan karang 4 100 3 50 - 100 2 50 1 5 Kecepatan arus cmdet 3 0-15 3 15 - 50 2 50 1 6 Kedalaman terumbu karang 3 6 - 15 3 15 - 30 2 30 1 Sumber : Modifikasi dari Yulianda 2007 Keterangan: S1 : Sangat Sesuai; S2 : Sesuai; N : Tidak Sesuai Kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkling mempertimbangkan 7 parameter dengan tiga klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkling antara lain kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang dan lebar hamparan datar karang sedangkan penetapan kriteria, bobot dan skor dari masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Matriks Kesesuaian untuk Wisata Bahari Kategori Snorkling N o Kriteria Bobot Kelas Kesesuaian dan Skor S1 Skor S2 Skor N Skor 1 Kecerahan Perairan 5 100 3 50 - 100 2 50 1 2 Tutupan komunitas karang 5 75 3 50-75 2 50 1 3 Jenis life form 4 12 3 7 - 12 2 7 1 4 Jenis ikan karang 4 100 3 50 - 100 2 50 1 5 Kecepatan arus cmdet 3 0-15 3 15 - 50 2 50 1 6 Kedalaman terumbu karang 3 1-5 3 5-10 2 10 1 7 Lebar Hamparan Datar Karang m 3 500 3 50-500 2 50 1 Sumber : Modifikasi dari Yulianda 2007 Keterangan: S1 : Sangat Sesuai; S2 : Sesuai; N : Tidak Sesuai Kesesuaian wisata bahari untuk kegiatan berperahu, jet ski, banana boat dan perahu layar mempertimbangkan 2 parameter dengan tiga klasifikasi 37 penilaian. Parameter tersebut antara lain kedalaman dan kecepatan arus sedangkan penetapan kriteria, bobot dan skor dari masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Matriks kesesuaian untuk wisata bahari kegiatan berperahu, jet ski dan banana boat No Kriteria Bobot Kelas Kesesuaian dan Skor S1 Skor S2 Skor N Skor 1 Kedalaman m 3 10 – 25 3 5 – 10 2 5 1 2 Kecepatan Arus cmdet 5 0 – 15 3 15 – 50 2 50 1 Sumber: Modifikasi dari Bakosurtanal 1996; Yulianda 2007. Keterangan: S1 : Sangat Sesuai; S2 : Sesuai; N : Tidak Sesuai. b. Wisata Pantai Kesesuaian wisata pantai dengan jenis kegiatan rekreasi pantai mempertimbangkan 10 parameter dengan tiga klasifikasi penilaian. Parameter tersebut antara lain kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya dan ketersediaan air tawar Tabel 5. Tabel 5 Matriks Kesesuaian Lahan untuk Wisata Pantai Kategori Rekreasi Pantai N o Kriteria Bobot Kelas Kesesuaian Skor S1 3 S2 2 N1 1 Kedalaman perairan m 5 0 – 5 5 – 10 10 2 Tipe pantai 5 Pasir putih Pasir hitam berkarang Lumpur, berbatu terjal 3 Lebar pantai m 5 15 5 - 15 5 4 Material dasar perairan 4 Pasir Pasir berkarang lumpur 5 Kecepatan arus cmdt 4 0 – 20 20 – 50 50 6 Kemiringan pantai 4 15 15 – 45 45 7 Kecerahan perairan 4 80 50 – 80 50 8 Penutupan lahan pantai 3 Kelapa, lahan terbuka Semak belukar Hutan bakau, pemukiman 9 Biota berbahaya 3 Tidak ada Bulu babi Bulu babi, ikan pari, lepu, hiu 10 Ketersediaan air tawar jarakkm 3 1 1 – 2 2 Sumber : Modifikasi dari Yulianda 2007 Keterangan: S1 : Sangat Sesuai; S2 : Sesuai; N: Tidak Sesuai 38 Kesesuaian wisata pantai untuk kegiatan olahraga pantai dan berjemur sun bathing mempertimbangkan 5 parameter dengan tiga klasifikasi penilaian. Parameter tersebut antara lain substrat, luas pantai, panjang pantai, tipe pantai dan penutupan lahan pantai sedangkan penetapan kriteria, bobot dan skor dari masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Matriks kesesuaian untuk wisata pantai jenis kegiatan olahraga pantai, dan berjemur sun bathing N o Kriteria Bobot Kelas Kesesuaian Skor S1 Skor S2 Skor N Skor 1 Substrat 5 Pasir 3 Karang Pasir 2 Pasir Lumpur Lumpur 1 2 Luasan Pantai m2 5 2500 3 1000-2500 2 1000 1 3 Panjang Pantai m 5 300 3 100-300 2 100 1 4 Tipe Pantai 3 Berpasi r 3 Pasir, sedikit karang 2 Lumpur, karang 1 5 Penutupan Lahan Pantai 3 Lahan terbuka 3 Semak Belukar 2 Hutan bakau 1 Sumber: Modifikasi dari Bakosurtanal 1996; Keterangan: S1 : Sangat Sesuai; S2 : Sesuai; N : Tidak Sesuai. 2. Penghitungan nilai peruntukan lahan Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata yang akan dikembangkan. Rumus yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wisata adalah Yulianda 2007 : IKW = ∑ [ Ni N maks ] x 100 Dimana : IKW : Indeks Kesesuaian Wisata Ni : Nilai Paramater ke-i Bobot x Skor N maks : Nilai Maksimum dari suatu kategori wisata 3. Pembagian kelas lahan dan nilainya Berdasarkan matriks kesesuaian yang berisi parameter – parameter kesesuaian, kemudian disusun kelas kesesuaian untuk kegiatan wisata pantai dan bahari. Kelas kesesuaian pada matriks ini menggambarkan tingkat kecocokan dari kawasan Pulau Matakus untuk peruntukan kegiatan wisata 39 dengan konsep ekowisata. Dalam penelitian ini, kelas keseuaian lahan dibagi dalam 3 kelas yaitu; sangat sesuai S1, sesuai S2, dan tidak sesuai N. Defenisi masing-masing kelas kesesuaian tersebut adalah : 1. Kelas S1: sangat sesuai highly suitable, yaitu lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap kegiatan atau produksi lahan tersebut, serta tidak akan menambah masukan dari pengusahaan lahan tersebut. 2. Kelas S2: sesuai suitable, yaitu lahan yang mempunyai pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus di terapkan. Pembatas tersebut akan mengurangi aktivitas dan keuntungan yang diperoleh, serta meningkatkan masukan untuk mengusahakan lahan tersebut. 3. Kelas N: tidak sesuai not suitable, yaitu lahan yang mempunyai pembatas beratparmanen, sehingga tidak mungkin dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari. Sesuai dengan faktor pembatas dan tingkat keberhasilan yang dimiliki oleh masing-masing lahan, maka lahan S1 dinilai sebesar 80; S2 dinilai sebesar 66 - 80 dan N dinilai sebesar 66. Semakin kecil faktor pembatas dan peluang keberhasilan atau produksi suatu lahan, semakin besar pula nilainya. 4. Memadankan membandingkan nilai lahan dengan nilai masing-masing kelas lahan. Dengan cara ini, kelas kesesuain lahan untuk penggunaan tertentu diperoleh. 5. Pemetaan kelas kesesuain lahan. Pemetaan kelas kesesuaian menggunakan analisis keruangan spatial analysis. Dengan analisis ini akan dihasilkan peta – peta kesesuain untuk berbagai kegiatan wisata pesisir dan laut di Pulau Matakus. Dalam penelitian ini, penggunaan analisis keruangan untuk mengidentifikasi pemanfaatan ruang dilakukan dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis SIG menggunakan program ArcView Version 3.4. 40 Penggunaan SIG untuk analisis spasial dapat dilakukan dengan teknik spatial overlay modelling. Metode ini menggunakan pembobotan pada sejumlah alternatif faktor yang berpengaruh dan skor kesesuaian pada setiap kriteria yang ditentukan. Basis data akan dibentuk dari data spasial dan data atribut, kemudian dibuat dalam bentuk layers atau coverage dimana akan dihasilkan peta-peta tematik dalam format digital sesuai kebutuhanparameter untuk masing- masing jenis kesesuaian lahan. Setelah basis data terbentuk, analisis spasial dilakukan dengan metode tumpang susun overlay terhadap parameter yang berbentuk poligon. Proses overlay dilakukan dengan cara menggabungkan masing-masing layers untuk tiap jenis kesesuain lahan. Penilaian terhadap kelas kesesuaian dilakukan dengan melihat nilai indeks overlay dari masing- masing jenis kesesuaian lahan tersebut. Pelaksanaan operasi tumpang susun untuk setiap peruntukan dimulai dari parameter yang paling penting bobotnya terbesar, berurutan hingga parameter yang kurang penting.

3.4.4 Analisis Daya Dukung untuk Pariwisata