Peran Setiap Instansi dalam Pengembangan Ekowisata

105 pengelolaan sumberdaya alam di daerah. Penetapan Pulau Matakus dan beberapa pulau lain disekitarnya sebagai kawasan wisata merupakan inisiatif Pemerintah Daerah MTB. Hal ini diikuti pula oleh pembangunan beberapa sarana prasarana di lokasi tersebut untuk menunjang kegiatan wisata walaupun sebenarnya fasilitas tersebut tergolong belum memadai. Penilaian persepsi Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggra Barat berkaitan dengan pengembangan ekowisata di Pulau Matakus dilakukan terhadap 5 instansi yang dianggap memiliki keterkaitan langsung dengan pengelolaan Pulau Matakus dan merupakan representasi dari Institusi Pemerintah Daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan program – program pembanguan antara lain BAPPEDA, Dinas Kebudayaan dan Periwisata, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Kehutan dan Perkebunan dan Dinas Perhubungan. Informasi yang diperoleh didapatkan melalui penyebaran kuisioner dan wawancara langsung dengan pimpinan masing – masing instansi. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh responden sudah pernah mendengar istilah ekowisata melalui media cetak dan elektronik dan memahami dengan benar prinsip – prinsip ekowisata. Berkaitan dengan pengembangan ekowisata, semua instansi yang menjadi responden dalam penelitian ini 100 setuju dengan pengembangan Pulau Matakus menjadi kawasan ekowisata bahari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan ekowisata bahari di pulau tersebut mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah. Hasil analisis terhadap berbagai jawaban yang diberikan responden sebagai pembentuk presepsi tiap instansi menunjukkan bahwa mayoritas instansi 90 memiliki persepsi yang baik untuk pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Matakus.

5.5.6 Peran Setiap Instansi dalam Pengembangan Ekowisata

BAPPEDA sebagai “dapur” dalam meramu berbagai program pembangunan di daerah merupakan instansi yang sering terlibat dalam melakukan perencanaan pembangunan sektor pariwisata melalui penyusunan dokumen – dokumen perencanaan tahunan, 5 tahunan hingga 25 tahun termasuk dokumen perencanaan pengembangan pariwisata. Dalam tahap pelaksanaannya, instansi ini hanya 106 bertugas memfasilitasi dan mengevaluasi berbagai program pembangunan pariwisata yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh instansi teknis. Berkaitan dengan perencanaan yang partispatif, instansi ini menilai persepsi masyarakat Desa Matakus untuk pembangunan sektor pariwisata cukup baik dan masih perlu ditingkatkan melalui pengembangan sumberdaya manusia lokal sehingga masyarakat juga dapat berperan sebagai perencana pembangunan. Para stakeholder yang terlibat dalam pengembangan ekowisata di Pulau Matakus perlu membentuk forum dialog untuk mendapatkan kesepakatan dan kesepahaman bersama sehingga dapat tercipta kesinergisan dalam pembangunan pariwisata. Dinas kebudayaan dan pariwisata merupakan instansi teknis yang bertanggung jawab penuh untuk pengembangan dan pengelolaan kawasan pariwisata di Kabupaten Maluku Tengara Barat termasuk kawasan wisata Pulau Matakus. Sebagai instansi teknis, dinas ini sangat sering terlibat dalam perencanaan pembangunan pariwisata dan bentuk keterlibatan istitusi ini adalah pada tataran pelaksanaan dan memfasilitasi berbagai kegiatan pariwisata. Kegiatan Sail Darwin – Saumlaki yang diselenggarakan setiap tahun merupakan salah satu program besar yang ditangani dinas tersebut. Selain itu program lain yang dilakukan adalah memfasilitasi pengadaan dan penataan sarana prasarana pariwisata pada obyek wisata dan dikelola secara bersama – sama dengan masyarakat setempat. Menurut instansi ini partisipasi masyarakat Desa Matakus selama ini dalam mendukung program yang dilaksanakan cukup baik karena telah mampu menigkatkan pendapatan dan terbukanya kesempatan bekerja bagi masyarakat setempat. Namun tetap perlu dilakukan peningkatan partisipasi masyarakat melalui kegiatan sosialisasi akan pentingnya pariwisata berkonsep ekowisata, selain itu pula perlu dibentuk sebuah forum dialog yang berkaitan dengan pembangunan pariwisata berkonsep ekowisata karena pembangunan ekowisata menjamin kelestarian lingkungan di kawasan pariwisata. Berdasarkan hasil wawancara dengan dinas Kehutanan dan Perkebunan diperoleh informasi bahwa instansi inipun sering terlibat dalam kegiatan perencanaan pembangunan ekowisata berupa pengembangan sumberdaya lokal dari segi kehutanan dan perkebunan teristimewa untuk kepentingan perlindungan 107 kerusakan ekosistem seperti burung dan jenis kayu – kayuan. Bentuk keterlibatannya pada tataran implementasi seperti pembangunan agrowisata dan pengembangan komoditi perkebunan kelapa di Pulau Matakus dan wisata hutan di desa Lermatang kecamatan Tanimbar Selatan. Dalam kaitannya dengan pelayanannya kepada masyarakat, instansi tersebut berperan dalam memfasilitasi dan mengawasi berbagai program yang berkaitan dengan pengembangan ekowisata seperti pemberian bantuan fasilitias pertukangan kepada kelompok – kelompok pengrajin Patung Tumbur di Desa Tumbur, Kecamatan Wertamrian serta mengawasi berbagai aktifitas yang dapat menimbulkan kerusakan terhadap ekosistem teristimewa pada kawasan cagar alam dan hutan wisata. Berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata, instansi ini berpendapat sudah cukup baik dan sama sekali tidak ada hambatan yang berarti dalam berpartispasi, namun ada beberapa usulan yang diberikan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat antara lain peningkatan kapasitas sumberdaya masyarakat dan pemahamannya tentang konsep ekowisata, penataan terhadap keberadaan tempat – tempat wisata dan usaha untuk pengembangan ekonomi masyarakat serta perlu dibentuknya forum dialog untuk menyatukan persepsi antara pemerintah daerah dan masyarakat lokal tentang konsep ekowisata untuk menjamin partispasi yang lebih efektif. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Kelautan dan Perikanan diperoleh informasi bahwa instansi tersebut tidak pernah terlibat secara langsung dalam perencanaan pembangunan ekowisata karena selama ini perencanaan programnya masih terfokus pada peningkatan pendapatan masyarakat pesisir melalui program – program pemberdayaan, kegiatan budidaya dan penangkapan. Keterlibatannya hanya sebatas pada tataran konsultasi dan koordinasi dengan instansi lain seperti dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam rangka pengembangan wisata bahari namun masih diperlukan konsultasi yang lebih mendalam. Berkaitan dengan perencanaan yang partisipatif, instansi ini menilai bahwa mekanisme partispasi masyarakat Desa Matkaus dalam pembangunan ekowisata belum berjalan dengan baik karena belum adanya pemahaman tentang konsep ekowisata itu sendiri. Hambatan utama tidak berjalannya partispasi masyarakat 108 karena pemerintah daerah belum sungguh – sungguh melakukan pembinaan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan partispasinya sehingga peningkatan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya ekowisata perlu dilakukan. Selain itu perlu adanya koordinasi dan keterpaduan lintas sektoral dalam merencanakan dan mengembangkan Pulau Matakus sebagai kawasan ekowisata. Instansi ini setuju bahwa perlu dibentuk semacam forum dialog untuk menjembatani dan menyatukan persepsi seluruh stakeholder yang terlibat tentang pentingnya pariwisata berkonsep ekowisata di Pulau Matakus. Dari hasil wawancara dengan Dinas Perhubungan, diperoleh informasi bahwa instansi ini tidak pernah terlibat dalam perencanaan pembangunan pariwisata, hal ini disebabkab oleh kurang adanya kerjasama dengan instansi teknis yang mengelola dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kerja sama yang terjalin selama ini pun hanya sebatas pemberitahuan dari instansi terkait. Berkaitan dengan pastisipasi masyarakat lokal, instansi ini menilai partispasi masyarakat Desa Matakus dalam pembangunan pariwisata yang telah berjalan selama ini tidak baik, karena berbagai fasilitas yang dibangun oleh Pemerintah Daerah di kawasan wisata Pulau Matakus sampai sekarang tidak dimanfaatkan. Hal ini disebabkan karena kurangtidak adanya sosialisasi bagi masyarakat setempat maupun pengunjung. Untuk memperbaiki dan meningkatkan peran serta masarakat tersebut diperlukan sosialisasi kepada masyarakat Desa Matakus maupun masyarakat umum. Pembentukan forum dialog ekowisata perlu dilakukan karena forum tersebut dapat memberikan berbagai kontribusi bagi pengembangan ekowisata di daerah.

5.6 Pengelolaan Ekowisata Bahari di Pulau Matakus