halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan Muhajir, 1990.
2.3 Konsep Biaya
Menurut Kuswadi, 2007 biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang dan jasa dari pihak ketiga. Hal ini senada juga dikemukakan
oleh Mulyadi 2007 bahwa biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan satuan uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Kusnadi 2006 biaya adalah
manfaat yang dikorbankan dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Manfaat barang dan jasa yang dikorbankan diukur dalam rupiah melalui pengurangan
aktiva atas pembebanan utang pada saat manfaat itu diterima. Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa biaya adalah pengorbanan yang
dikeluarkan saat sekarang dan diharapkan dapat memperoleh hasil tertentu pada masa yang akan datang.
Macam-macam biaya diantaranya biaya investasi, biaya operasi dan pemeliharaan, biaya tetap, biaya variabel, biaya marjinal, biaya langsung, biaya
tidak langsung, biaya satuan, biaya total, biaya berulang, biaya tidak berulang, biaya hangus, biaya terbenam. Biaya investasi adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh entitas investor dalam perolehan suatu investasi misalnya komisi broker, jasa bank, biaya legal, dan pungutan lainnya dari pasar modal. Biaya
operasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan oleh transporter untuk pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas, contoh biaya penyusutan, biaya
pemasaran. Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan dalam batas
tertentu. Artinya kita menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi
bertambah, biaya tetap juga menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya.
Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara
sebanding atau proporsional dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar
akan ada potongan-potongan tertentu baik yang diterima maupun diberikan perusahaan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh
langsung, dan komisi penjualan biaya variabel lainnya. Biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu unit tambahan
produk. Contoh pembelian mesin, bangunan, dan lain-lain. Biaya langsung adalah biaya-biaya yang secara langsung dibayarkan terkait dengan pengadaan
sumberdaya dan pelaksanaan setiap kegiatan yang tercantum dalam pay item kontrak. Biaya tidak langsung adalah segala biaya yang terkait dengan
penyelenggaraan proyek dan tidak bisa dibebankan secara langsung. Contohnya biaya lapangan umum, gaji pelaksana, biaya administrasi. Biaya satuan adalah
biaya yang dihitung untuk satu-satuan produk pelayanan, diperoleh dengan cara membagi biaya total TC dengan jumlah atau kuantitas output atau total output
2.4 Penerimaan
Penerimaan pada dasarnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu penerimaan bersih dan penerimaan kotor. Penerimaan kotor adalah penerimaan yang berasal
dari penjualan hasil produksi yaitu dengan cara harga jual dikalikan hasil produksi usaha. Sementara penerimaan bersih adalah penerimaan yang berasal
dari penjualan hasil produksi setelah dikurangi dengan biaya total usaha. Konsep- Konsep penerimaan terdiri dari total penerimaan, penerimaan rata-rata dan
penerimaan marjinal. Total penerimaan adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan output dikalikan dengan harganya. Penerimaan rata-rata adalah
penerimaan produsen per unit output yang dijual. Penerimaan marjinal adalah kenaikan dari penerimaan total yang disebabkan oleh tambahan penjualan satu
unit output. Dalam proses pertanian tentunya mengharapkan penerimaan yang besar terhadap usahataninya, terlebih usahatani padi. Usahatani padi merupakan
salah satu usaha yang banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia, namun belum memberikan penerimaan yang sangat menjanjikan.
2.5 Hasil Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai analisis pendapatan yang dilakukan oleh Sanjaya 2010 mengenai analisis manfaat ekonomi limbah ternak sapi perah,
kasus kelompok ternak sapi perah mekar jaya desa Cipayung Girang Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor. Salah satu lokasi usaha ternak yang cukup berkembang dan sudah melaksanakan pengolahan limbah ternak secara terpadu di
kabupaten Bogor adalah desa Cipayung Girang Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Sebagian peternak yang mendapatkan bantuan dari pemerintah
berupa instalasi Biogas telah melakukan pengolahan limbah ternak menjadi biogas dan pupuk organik. Hal tersebut menyebabkan perlu adanya analisis
pendapatan dan pengeluaran rumah tangga peternak akibat adanya pemanfaatan limbah ternak sapi perah. Analisis pendapatan dan pengeluaran tersebut dilakukan
dengan mencatat seluruh penerimaan dan biaya dalam usaha ternak dan kebutuhan sehari-hari bagi peternak yang memanfaatkan limbah dan dibandingkan dengan
peternak yang tidak memanfaatkan limbah, sehingga terdapat manfaat ekonomi dari pemanfaaatan limbah ternak yang dapat dilihat dari peningkatan penerimaan
yang diperoleh dan penghematan biaya yang dikeluarkan oleh peternak dalam menjalankan usahanya dan kegiatan sehari-hari.
Pemanfaatan limbah ternak sapi perah oleh kelompok ternak sapi perah mekar jaya memberikan manfaat ekonomi. Pemanfaatan limbah ternak sapi perah
telah meningkatkan penerimaan peternak dalam menjalankan usahanya. Peningkatan tersebut rata-rata sebesar Rp2.5 juta. Kontribusi limbah terhadap
penerimaan usaha ternak rata-rata sebesar 6.56 dan 24.81 dari total pendapatan usaha ternak sapi perah. Pemanfaatan limbah ternak sapi perah telah
menghemat biaya sebesar Rp455 000.00 dalam sekali panen. Manfaat ekonomi limbah ternak sapi perah dapat menghemat pengeluaran peternak dalam usaha tani
padi, yaitu sebesar Rp910 000.00tahun. Pemanfaatan limbah ternak sapi perah telah menghemat pengeluaran rumah tangga, khususnya dari segi penggunaan
bahan bakar gas elpiji sebesar Rp599 333.00tahun. Selain itu ada juga penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wulandari
2010 dengan Judul Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Organik Dengan Padi Anorganik Kasus: Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede,
Kecamatan Bogor Barat. Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya per hektar per musim tanam yang dikeluarkan oleh usahatani padi organik lebih besar
dibandingkan anorganik. Apabila dilihat dari status pengusahaan lahan yang terdiri dari petani penggarap dan pemilik, maka biaya yang dikeluarkan petani