Ruang Lingkup Penelitian Analisis Manfaat Program CSR (Corporate Social Responsibility) Chevron Geothermal Salak, Ltd Bidang Ekonomi Terhadap Pengembangan Usahatani Padi di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogo
mampu. Perubahan ini mungkin dapat dilakukan dengan adanya bantuan dari luar misalnya atas perbaikan sarana pendidikan dan kesehatan.
Pelaksanaan CSR sudah merupakan kewajiban dari perusahaan untuk melakukannya, hal ini didukung dengan adanya aturan pemerintah yaitu Undang-
Undang No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas UU PT dan UU No. 25 tahun 2007 tentang penanaman modal UU PM. Pasal 74 UU PT yang
menyebutkan bahwa setiap perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumberdaya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jika tidak dilakukan, maka perseroan tersebut akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Aturan lebih tegas sebenarnya juga sudah ada di UU PM Dalam pasal 15 huruf b disebutkan, setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan. Jika tidak, maka dapat dikenai sanksi mulai dari peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan
atau fasilitas penanaman modal, atau pencabutan kegiatan usaha dan atau fasilitas penanaman modal pasal 34 ayat 1 UU PM.
Dengan adanya ketentuan ini menimbulkan ketakutan sendiri bagi kalangan perusahaan, hal ini menimbulkan pro dan kontra yang berkaitan dengan
kewajiban perusahaan dalam menjalankan program CSR. Pikiran-pikiran yang menyatakan kontra terhadap pengaturan CSR menjadi sebuah kewajiban,
disinyalir dapat menghambat iklim investasi baik bagi perseroan yang sudah ada maupun yang akan masuk ke Indonesia. Namun, bagi sebagian perusahaan yang
pro dengan adanya program CSR ini memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan.
Menurut Wibisono 2007 perusahaan memperoleh beberapa keuntungan karena menerapkan tanggung jawab sosialnya antara lain: untuk mempertahankan
dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan ijin untuk beroperasi social license to operate, mereduksi resiko bisnis perusahaan,
melebarkan akses ke sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki
hubungan dengan regulator, dan meningkatkan semangat dan produktifitas
karyawan. Menurut Gloutie dalam Zuhroh 2003 tema-tema yang diungkapkan dalam wacana akuntansi tanggung jawab sosial adalah:
1. Kemasyarakatan, tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang
diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan seni, serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan
lainnya. 2.
Ketenagakerjaan, tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang- orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi
rekrutmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, mutasi dan promosi, dan lainnya.
3. Produk dan konsumen, tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk
atau jasa, antara lain kegunaan, durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau kelengkapan isi pada
kemasan, dan lainnya. 4.
Lingkungan hidup, tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi
bisnis, pencegahan dan
perbaikan kerusakan
lingkungan akibat
pemrosesan sumberdaya alam dan konversi sumber daya alam. Menurut Harahap 2002, keterlibatan sosial yang dilakukan oleh
perusahaan berdasarkan keadaan di negara Indonesia, yaitu: 1.
Lingkungan hidup, antara lain: pengawasan terhadap efek polusi, perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam, keindahan lingkungan,
pengurangan polusi suara, penggunaan tanah, pengelolaan sampah dan air limbah, riset dan pengembangan lingkungan, kerjasama dengan energi,
yaitu antara lain: konservasi dan penghematan energi yang dilakukan oleh perusahaan dalam aktivitasnya.
2. Sumberdaya manusia dan pendidikan, antara lain: keamanan dan
kesehatan karyawan, pendidikan karyawan, kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan, menambah dan memperluas hak-hak karyawan, usaha
untuk mendorong partisipasi, perbaikan pensiun, beasiswa, bantuan pada sekolah, pendirian sekolah, membantu pendidikan tinggi, riset dan
pengembangan, pengangkatan pegawai dari kelompok miskin, dan peningkatan karir karyawan.
3. Praktik bisnis yang jujur, antara lain: memperhatikan hak-hak karyawan
wanita, jujur dalam iklan, kredit, service, produk, jaminan, mengontrol kualitas produk, pemerintah, universitas, dan pembangunan lokasi
rekreasi. 4.
Membantu masyarakat lingkungan, antara lain: memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah sosial di lingkungannya, tidak
campur tangan dalam struktur masyarakat, membangun klinik kesehatan, sekolah, rumah ibadah, perbaikan desa atau kota, sumbangan kegiatan
sosial masyarakat, perbaikan perumahan desa, bantuan dana, perbaikan sarana pengangkutan pasar
5. Kegiatan seni dan kebudayaan, antara lain: membantu lembaga seni dan
budaya, sponsor kegiatan seni dan budaya, penggunaan seni dan budaya dalam iklan, merekrut tenaga yang berbakat dalam seni dan olahraga.
6. Hubungan dengan pemegang saham, antara lain: sifat keterbukaan direksi
pada semua persero, peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan, pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial.
7. Hubungan dengan pemerintah, antara lain: menaati peraturan pemerintah,
membatasi kegiatan lobbying, mengontrol kegiatan politik perusahaan, membantu lembaga pemerintah sesuai dengan kemampuan perusahaan,
membantu secara umum. 8.
Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat, membantu proyek dan kebijakan pemerintah, meningkatkan produktivitas sektor informal,
pengembangan dan inovasi manajemen.. Model atau pola CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan
di Indonesia Said dan Abidin, 2004 sebagai berikut: 1.
Keterlibatan langsung, perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, perusahaan biasanya menugaskan salah satu
pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan, perusahaan
mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi yang lazim dilakukan di negara maju. Disini perusahaan
menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan untuk operasional yayasan.
3. Bermitra dengan pihak lain, perusahaan menyelenggarakan CSR melalui
kerjasama dengan lembaga atau organisasi non pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana
maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. 4.
Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorium, perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorium yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya akan secara proaktif
mencari kerjasama dari berbagai kalangan dan kemudian mengembangkan program yang telah disepakati.