Identifikasi Struktur Biaya Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Program CSR CGS

dan persentase biaya tidak tunai sebesar 17.61 dari total biaya. Struktur biaya rata-rata usahatani padi sebelum menerima program CSR CGS dan setelah menerima program CSR CGS per hektar per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 10. Pada Tabel 10 menunjukan bahwa total biaya tunai yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel petani padi sebelum menerima program CSR CGS lebih besar dari total biaya tunai petani setelah menerima program CSR CGS, begitu pula dengan biaya tidak tunai yang terdiri dari biaya penyusutan dan Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK lebih besar petani padi sebelum menerima program CSR CGS dibandingkan petani padi setelah menerima program CSR CGS. Hal ini dapat disimpulkan bahwa biaya total yang dikeluarkan petani padi untuk usahataninya sebelum menerima program CSR CGS lebih besar dibandingkan setelah menerima program CSR CGS. Biaya Tetap yang terdiri dari sewa traktor, sewa kerbau, dan pajak, untuk petani padi sebelum dan setelah menerima program CSR CGS memiliki nilai yang sama besar, hal ini diasumsikan biaya sewa traktor, kerbau, dan pajak sebelum dan setelah mendapatkan program CSR sama besar. Penggunaan traktor yang digunakan untuk mengolah tanahnya oleh petani padi hanya sebagian orang, sedangkan petani lainnya menggunakan sewa kerbau untuk membajak sawahnya, hal ini dikarenakan biaya traktor yang relatif mahal dibandingkan dengan baya sewa kerbau. Petani padi penerima program CSR CGS juga diwajibkan melakukan pembayaran pajak atas tanahnya, dikarenakan sebagian besar petani penerima program adalah petani pemilik. Persentase biaya penggunaan sewa traktor untuk petani padi sebelum menerima program CSR CGS hanya 7.64 dari biaya total, itu artinya jumlah petani yang menggunakn traktor untuk lahannya sangatlah sedikit, dikarenakan biaya sewa traktor yang terbilang cukup mahal, tidak berbeda pula dengan petani sebelum menerima program CSR CGS, penggunaan sewa Traktor hanya 8.22 dari Total biaya, itu artinya dalam hal pengolahan tanah petani padi sebelum menerima program CSR CGS dan setelah menerima program CSR CGS lebih banyak menggunakan kerbau untuk membajak sawahnya. Persentase biaya sewa kerbau untuk petani padi sebelum menerima program CSR dan setelah menerima program CSR CGS masing- masing adalah 0.98 dan 1.06 dari total biaya. Biaya tetap lainnya yang terhitung ke dalam biaya tunai adalah pajak. Biaya pajak petani sebelum menerima program CSR CGS dan setelah menerima program CSR CGS memiliki persentase masing-masing 1.24 dan 1.34 dari biaya total, jika dilihat dari persentase memang persentase petani setelah menerima program CSR CGS memiliki persentase yang besar, namun biaya yang dikeluarkan untuk pajak adalah sama, karena jumlah petani pemilik sebelum mendapatkan program dan setelah mendapatkan program adalah sama. Jika kita melihat biaya bagi hasil yang dikeluarkan petani padi sebelum menerima program CSR CGS lebih kecil dibandingkan dengan petani padi setelah mendapatkan program CSR CGS, dengan persentase masing-masing 37.12 dan 39.97 dari total biaya. Namun, untuk sistem bagi hasilnya antara petani padi sebelum menerima program dan setelah menerima program adalah sama besar, karena jumlah petani penggarap sebelum dan setelah menerima program adalah sama. Jumlah petani yang memiliki lahan sendiri dan diwajibkan membayar pajak dan petani penggarap dengan sistem bagi hasil untuk petani sebelum menerima program CSR CGS maupun setelah menerima program CSR CGS dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Status Lahan Petani Penerima Program CSR CGS Tahun 2012 No Jenis Kepemilikan Tanah Penerima Program CSR CGS JumlahOrang Persentase 1 Tanah Milik Sendiri 19 63 2 Petani Penggarap 11 37 Jumlah 30 100 . Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Dapat kita lihat pada Tabel 11 bahwa kepemilikan tanah petani penerima program CSR CGS memiliki persentase yang besar pada kepemilikan tanah milik sendiri. Kepemilikan tanah milik sendiri untuk petani penerima program CSR CGS memiliki persentase paling besar dari jumlah petani penerima program CSR CGS. Persentase petani penggarap memiliki persentase nilai lebih kecil dari jumlah petani. Perbedaan kepemilikan tanah ini yang lebih didominasi oleh kepemilikan tanah milik sendiri karena dari pihak CSR CGS memilih petani yang belum mandiri dan secara ekonomi menengah ke bawah, serta dari daerah-daerah yang terisolir, sebagian besar petani yang menerima program CSR CGS ini memiliki kepemilikan tanah sendiri dengan luas lahan yang tidak terlalu besar. Tabel 12. Perbandingan Struktur Biaya Usahatani Padi Setelah Menerima Program CSR CGS Petani Pemilik dan Penggarap Per Ha Tahun 2012 Komponen Biaya Petani Padi Pemilik Petani Padi Penggarap Nilai RpHa Persentase Nilai RpHa Persentase

A. Biaya Tunai

Biaya Tetap 1. Sewa Traktor - 0.00 460 000 9.27 2. Sewa Kerbau 60 556 2.06 57 273 1.15 3. Pajak 74 825 2.55 - 0.00 Sub Total 135381 4.61 57 273 10.43 Biaya Variabel 1. Benih 156 133 5.31 147 673 2.98 2. Pupuk kandang 205 185 6.98 283889 5.72 3. Pupuk Urea 324 051 11.03 183900 3.71 4. Pupuk TSP 289 717 9.86 175 278 3.53 5. Pupuk NPK - 0.00 - 0.00 6. Pestisida Kimia 89 914 3.06 47 550 0.96 7. TKLK HOK 631 725 21.50 593 750 11.97 8. Bagi Hasil - 0.00 2 235 682 45.06 Sub Total 1 696 725 57.75 3 563 195 73.93 Total Biaya Tunai 1 832 106 62.36 3 620 468 84.35 B. Biaya Tidak Tunai Biaya Tetap 1. Penyusutan Alat Tani 56 754 1.93 139 924 2.82 2. TKDK 1 049 318 35.71 636 364 12.83 Total Biaya Tidak Tunai 1 106 072 37.64 776 288 15.65 Total Biaya 2 938 178 100,00 4 396 756 100.00 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan status pengusahaan lahan petani padi penerima program CSR CGS di Kecamatan Pamijahan, perbandingan struktur biaya usahatani padi dibedakan antara petani pemilik dan penggarap. Perbandingan struktur biaya usahatani padi petani pemilik dan penggarap per hektar per musim tanam dapat dilhat pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12 biaya yang dikeluarkan petani penggarap lebih besar dibandingkan petani pemilik hal ini dikarenakan petani penggarap harus melakukan sistem bagi hasil dengan nilai yang cukup besar. Perbedaan biaya pun dapat kita lihat pada penggunaan benih serta pupuk. Benih padi yang digunakan untuk menanam baik petani padi sebelum menerima program CSR CGS maupun setelah menerima program CSR CGS memiliki jenis yang sama, penggunaan benih rata-rata per hektar sebelum mendapatkan progam CSR CGS adalah sebesar 39 kg, sedangkan penggunaan benih petani setelah mendapatkan program CSR CGS adalah rata-rata 30 kg. perbedaan penggunaan benih ini disebabkan karena sebelum mendapatkan program CSR CGS benih yang digunakan untuk pembibitan sekitar lebih dari 5 benih, sedangkan penggunaan benih untuk pembibitan setelah mendapatkan program CSR CGS sekitar 3-5 benih. Begitu halnya dengan penggunaan pupuk, pupuk yang merupakan input yang penting dalam proses pertanian padi ini menggunakan sebagian besar pupuk kimia dan pupuk alami. Jenis pupuk yang digunakan diantaranya adalah pupuk Urea, TSP, Kandang, dan sebagian kecil NPK. Bahkan, petani setelah menerima program CSR CGS, dengan adanya pelatihan dan penyuluhan pertanian, tidak menggunakan pupuk NPK. hal ini disebabkan karena NPK pada dasarnya merupakan campuran dari pupuk urea dan TSP. Tabel 13 Penggunaan Rata-Rata Pupuk Petani Per Hektar Per Musim Tanam Sebelum Menerima Program CSR CGS dan Setelah Menerima Program CSR CGS No Jenis Pupuk Petani Sebelum Menerima program CSR CGS Petani Setelah menerima Program CSR CGS 1 Urea KgHa 149 225 2 TSP KgHa 97 83 3 NPK KgHa 50 - 4 Kandang KgHa 287 235 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Pada Tabel 13 dapat kita lihat bahwa petani padi sebelum menerima program CSR CGS penggunaan pupuk ureanya hanya sekitar 149 kg, sedangkan setelah mendapatkan pogram CSR CGS yaitu sebesar 225 kg. Perbedaan penggunaan pupuk urea ini menjelaskan petani sebelum mengikuti kegiatan pelatihan dan penyuluhan pertanian mereka belum memahami dosis yang pas atau cukup untuk penggunaan pupuk urea. Penggunaan pupuk TSP petani sebelum mendapatkan program CSR CGS adalah sebesar 97 kg, sedangkan setelah mendapatkan program CSR CGS yaitu 83 kg, hal ini menunjukan bahwa sebagian petani penerima program CSR CGS ada yang tidak sesuai dengan pelatihan dan penyuluhan atau sifat dari petani yang belum sadar akan pentingnya pertanian padi. Petani sebelum menerima program CSR CGS menggunakan pupuk NPK sedangkan petani setelah menerima program CSR CGS tidak menggunakan pupuk NPK, hal ini dikarenakan setelah mendapatkan program CSR CGS petani memahami bahwa pupuk NPK itu merupakan campuran dari pupuk TSP, dan Urea, sedangkan pupuk kandang yang digunakan petani sebelum mendapatkan program CSR adalah sebesar 287 kg, sedangkan petani padi setelah mendapatkan program CSR CGS adalah 235 kg, meskipun demikian pada kenyataannya petani padi setelah menerima program CSR CGS menggunakan pupuk kandang yang lebih banyak daripada petani padi sebelum mendapatkan program CSR CGS yang didapat dari kotoran hewan ternak dombanya yang mereka pelihara. Menurut anjuran pemerintah penggunaan pupuk urea sebesar 200 kg, TSP 100 kg. Biaya penggunaan benih dan pupuk petani sebelum menerima program CSR CGS dan setelah menerima program CSR CGS dapat dilihat pada Tabel 14. Berdasarkan pada Tabel 14, biaya penggunaan pupuk urea, untuk petani sebelum menerima program CSR CGS lebih kecil dibandingkan dengan petani padi setelah menerima program CSR CGS, karena petani padi sebelum mengikuti penyuluhan memberikan pupuk ureanya tidak sesuai dengan rata-rata penggunaan pupuk urea yaitu berkisar antara 150-250 KgHa. Sedangkan penggunaan pupuk TSP, untuk petani sebelum menerima program CSR CGS lebih besar dibandingkan dengan petani setelah menerima program CSR CGS. Hal ini dikarenakan petani belum memiliki kesadara akan pentingnya pertanian padi, sebagian dari petani penerima program CSR CGS tidak mengikuti aturan dari penggunaan pupuk standar. Tabel 14 Rata-Rata Biaya Penggunaan Pupuk dan Benih Petani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Program CSR CGS Per Hektar Per Musim Tanam Tahun 2012 No Uraian Petani Padi Sebelum Menerima Program CSR CGS Petani Padi Setelah Menerima Program CSR CGS Nilai RpHa Persentase Nilai RpHa Persentase 1 Pupuk Kandang 286 593 4.76 234 699 4.20 2 Pupuk Urea 297 820 4.94 450 000 8.05 3 Pupuk TSP 286 969 4.76 250 103 4.47 4 Pupuk NPK 100 000 1.66 - 0.00 5 Benih 164 227 2.73 153 031 2.74 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Persentase biaya penggunaan pupuk urea untuk petani sebelum menerima program CSR CGS adalah 4.94 dari biaya total sedangkan persentase biaya penggunaan pupuk urea untuk petani setelah menerima program CSR CGS sebesar 8.05 dari biaya total. Petani padi setelah menerima program CSR CGS memiliki persentase penggunaan pupuk kandang sebesar 4.20 dari biaya total. Sedangkan persentase penggunaan benih sebesar 2.74 dari biaya total. Persentase biaya penggunaan pupuk kandang petani padi setelah menerima program CSR CGS lebih kecil dibandingkan sebelum mendapatkan program CSR CGS. Hal ini dikarenakan petani padi setelah menerima program CSR CGS dapat mengambil sebagian manfaat kotoran hewan ternak dombanya untuk dijadikan sebagai pupuk kandang. Sedangkan persentase penggunaan benih petani padi setelah menerima program CSR CGS lebih kecil dibandingkan petani padi sebelum mendapatkan program CSR CGS. Hal ini dikarenakan penggunaan benih setelah menerima program CSR CGS tidak terlalu rapat untuk dijadikan sebagai bibit. Petani sebelum mendapatkan program CSR CGS memiliki persentase biaya penggunaan pupuk kandang sebesar 4.76 dari biaya total, dan persentase biaya penggunaan benih sebesar 2.73 dari biaya total. Perbedaan biaya penggunaan pupuk ini dapat terlihat dengan jelas pada pembiayaan pupuk kandang, karena petani setelah mendapatkan program CSR dapat mengambil sebagian hewan ternaknya untuk dijadikan sebagai pupuk kandang. Struktur biaya usahatani padi sebelum menerima program CSR CGS dan setelah menerima program CSR CGS juga dapat dilihat berdasarkan biaya yang dikeluarkan per kg output yang dihasilkan. Struktur biaya yang dikeluarkan ini untuk mengetahui setiap satu rupiah yang dikeluarkan dalam setiap satu kg output yang dihasilkan. Pada dasarnya struktur biaya rata-rata usahatani padi per kg output ini sama dengan struktur biaya rata-rata per hektar per musim tanam, perbedaannya pada hasil produksi yang dihasilkan yang menjadi pembagi dalam menentukan biaya rata-rata per kg output. Persentase dalam komponen biaya rata- rata per kg output ini dibagi sesuai dengan jumlah biaya total masing-masing, untuk petani sebelum mendapatkan program maupun setelah mendapatkan program CSR. Struktur biaya usahatani padi sebelum menerima program CSR CGS dan setelah menerima program CSR CGS per kg output per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Struktur Biaya Rata-Rata Usahatani Padi Sebelum Menerima Program dan Setelah Menerima Program CSR CGS Per Kg Output Per Musim Tanam Tahun 2012 Komponen Biaya Petani Padi Sebeleum menerima Program CSR CGS Petani Padi Setelah Menerima Program CSR CGS Nilai RpKg Persentase Nilai RpKg Persentase

A. Biaya Tunai

Biaya Tetap -Sewa Traktor 57 2 29 1 -Sewa Kerbau 34 1 17 1 -Pajak 26 1 13 1 Sub Total 117 3 59 3 Biaya Variabel -Benih 59 2 43 2 -Pupuk kandang 93 3 87 4 -Pupuk Urea 97 3 65 3 -Pupuk TSP 89 3 61 3 -Pupuk NPK 25 1 -Pestisida Kimia 46 1 16 1 -TKLK HOK 235 7 167 9 -Bagi Hasil 2 391 68 1 209 62 Sub Total 3 035 86 1 648 85 Total Biaya Tunai 3 152 89 1 707 88 B. Biaya Tidak Tunai Biaya Tetap -Penyusutan Alat Pertanian 66 1 33 3 -TKDK 345 10 204 18 Total Biaya Tidak Tunai 411 11 237 21 Total Biaya 3 563 100 1 944 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Keterangan: Petani Pemilik Petani Penggarap Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa biaya total per kg output yang dikeluarkan petani sebelum menerima program CSR CGS lebih besar dibandingkan dengan petani setelaah menerima program CSR CGS. Biaya total per kg Output petani sebelum menerima program CSR CGS sebesar Rp3 563. sedangkan biaya total per kg output untuk petani setelah menerima program CSR CGS adalah sebesar Rp1 944. Selisih biaya total per kg output untuk petani sebelum menerima program CSR CGS dan setelah menerima program CSR CGS adalah sebesar Rp1 619. Biaya tunai yang terdiri dari biaya tetap dan variabel per kg output untuk petani sebelum menerima program CSR CGS dan setelah menerima program CSR CGS dapat kita analisis sebagai berikut. Persentase biaya tetap per kg output untuk petani sebelum menerima program CSR CGS adalah sebesar 3 sedangkan persentase biaya tetap per kg output untuk petani setelah menerima program CSR CGS adalah sebesar 3, selain biaya tetap, biaya variabel yang dikeluarkan petani padi sebelum menerima program CSR CGS memiliki persentase sebesar 86 dari biaya total, sedangkan persentase biaya variabel per kg output petani setelah menerima program CSR CGS hanya sebesar 85, 1 lebih kecil dari biaya total. Biaya tidak tunai per kg output petani padi sebelum menerima program CSR CGS memiliki persentase 11. Persentase ini lebih kecil dibandingkan dengan petani setelah menerima program CSR CGS yaitu sebesar 21, namun demikian biaya non tunai yang dikeluarkan petani sebelum menerima program lebih besar dibandingkan petani setelah menerima program CSR CGS. Struktur biaya juga dapat dilihat berdasarkan status pengusahaan lahannya yang dibedakan kedalam petani pemilik dan petani penggarap. Petani pemilik mengusahakan pertanian padinya sendiri, dengan kewajiban membayar sistem pajak tanahnya, sedangkan petani penggarap mengusahakan petaninya di lahan milik orang lain dengan menggunakan sistem bagi hasil. Persentase bagi hasil yang disepakati oleh petani penggarap dan pemilik lahan dilakukan dengan unsur kebersamaan dan kekeluargaan, biasanya di Kecamatan Pamijahan ini dalam hal pembagian hasil panen padinya menggunakan sistem perbandingan 70-30. maksudnya adalah 70 petani penggarap berhak atas hasil panennya, sedangkan 30 pemilik lahan berhak atas panen yang dihasilkannya. Beberapa petani yang tidak memiliki lahan sendiri untuk bertani memilih untuk menjadi petani penggarap untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selain struktur biaya yang disajikan dalam bentuk tabel untuk struktur biaya rata-rata petani pemilik dan petani penggarap per hektar per musim tanam, juga disajikan struktur biaya rata- rata petani pemilik dan petani penggarap per kg output per musim tanam. Struktur biaya rata-rata petani pemilik dan penggarap per kg output per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Struktur Biaya Rata-Rata Usahatani Padi Petani Pemilik dan Petani Penggarap Setelah Menerima Program CSR CGS Per Kg Output Per Musim Tanam Tahun 2012 Komponen Biaya Petani Pemilik Petani Penggarap Nilai RpKg Persentase Nilai RpKg Persentase

A. Biaya Tunai

Biaya Tetap -Sewa Traktor - 87 5 -Sewa Kerbau 14 2 19 1 -Pajak 18 3 - Sub Total 32 5 106 6 Biaya Variabel -Benih 35 6 49 3 -Pupuk kandang 41 7 123 7 -Pupuk Urea 69 11 62 4 -Pupuk TSP 63 10 62 4 -Pupuk NPK - -Pestisida Kimia 19 3 13 1 -TKLK HOK 132 21 196 12 -Bagi Hasil - 808 49 Sub Total 359 57 1 313 79 Total Biaya Tunai 391 62 1 419 86 B. Biaya Tidak Tunai Biaya Tetap -Penyusutan Alat Pertanian 13 2 50 3 -TKDK 222 35 190 11 Total Biaya Tidak Tunai 235 38 240 14 Total Biaya 626 100 1 659 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan Tabel 16 dapat kita lihat bahwa biaya total per kg output per musim tanam petani pemilik lebih kecil dibandingkan dengan petani penggarap, hal ini dikarenakan petani pemilik tidak mengeluarkan biaya bagi hasil. Biaya tetap petani pemilik memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan biaya tetap petani penggarap karena petani pemilik tidak menggunakan sewa traktor yang relatif mahal dibandingkan dengan sewa kerbau.

6.4 Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Program CSR

Chevron Geothermal Salak, Ltd Kegiatan usahatani padi yang dilakukan oleh petani merupakan sebuah tantangan sendiri bagi petani untuk mendapatkan keuntungan dari hasil panennya. Keberhasilan petani dari usahatani dapat dilihat dari jumlah pendapatan yang diperoleh. Usahatani dapat menguntungkan apabila jumlah penerimaan yang diterima lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan. Analisis pendapatan usahatani dalam penelitian ini terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Analisis perbandingan pendapatan uahatani padi sebelum menerima program CSR dan setelah menerima program CSR Chevron Geothermal Salak, Ltd per hektar per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Program CSR Chevron Geothermal Salak, Ltd 2012 No Uraian Petani Sebelum Menerima Program CSR RpHa Petani Setelah Menerima Program CSR RpHa 1 Penerimaan 8 723 932 12 302 743 2 Biaya a. Biaya Tunai 4 801 712 4 433 435 b. Biaya Non Tunai 1 221 648 985 151 3 Biaya Total 6 023 360 5 592 864 4 Pendapatan atas biaya tunai 3 922 220 7 869 308 5 Pendapatan atas biaya total 2 700 572 6 709 879 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Pada Tabel 16, pendapatan atas biaya tunai petani sebelum menerima program CSR CGS lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan atas biaya tunai petani setelah mendapatkan program CSR CGS. Adapun selisih pendapatan atas biaya tunai petani sebelum menerima program CSR CGS dan setelah menerima program CSR CGS adalah Rp3 947 088, itu artinya bahwa perbedaan pendapatan atas biaya tunai menunjukan perbedaan yang sangat besar. Sedangkan pendapatan atas biaya total petani sebelum menerima program CSR CGS lebih kecil dibandingkan dengan petani setelah menerima program CSR CGS. Perbedaan pendapatan ini disebabkan karena jumlah produksi yang dihasilkan petani padi setelah menerima program CSR CGS lebih besar dibandingkan dengan petani padi sebelum mendapatkan program CSR CGS, selisih pendapatan atas biaya total petani sebelum menerima program CSR CGS dan setelah menerima program CSR CGS adalah sebesar Rp4 009 307, angka ini lebih besar dibandingkan dengan selisih pendapatan atas biaya tunai antara petani sebelum menerima program CSR CGS, dan setelah menerima program CSR CGS, meskipun biaya total yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan biaya tunainya. Selisih pendapatan atas biaya tunai dan total petani sebeluh menerima program CSR CGS dan setelah mendapatkan program CSR CGS dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Selisih Pendapatan Rata-Rata Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Program CSR CGS Per Hektar Per Musim Tanam No Uraian Usahatani Padi Sebelum Menerima Program CSR CGS Usahatani Padi Setelah Menerima Program CSR CGS Selisih Pendapatan 1 Pendapatan atas biaya Tunai RpHa 3 922 220 7 869 308 3 947 088 2 Pendapatan atas biaya total RpHa 2 700 572 6 709 879 4 009 307 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Perbandingan pendapatan usahatani padi per hektar per muism tanam juga dapat dilihat berdasarkan petani pemilik maupun penggarap, dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Petani Pemilik dan Petani Penggarap Setelah Menerima Program CSR Chevron Geothermal Salak, Ltd 2012 No Uraian Petani Pemilik RpHa Petani Penggarap RpHa 1 Penerimaan 7 501 754 11 031 818 2 Biaya a. Biaya Tunai 1 832 104 4 184 994 b. Biaya Non Tunai 1 106 072 776 288 3 Biaya Total 2 938 177 4 961 282 4 Pendapatan atas biaya tunai 5 669 650 6 846 824 5 Pendapatan atas biaya total 4 563 577 6 070 536 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Struktur pendapatan usahatani padi setelah menerima program CSR CGS dan sebelum mendapatkan program CSR CGS juga dilakukan berdasarkan pendapatan per kg output yang dihasilkan. Penerimaan yang diterima petani per kg output merupakan harga jual padi kering, dan asumsi harga yang ada di pasaran antara petani padi sebelum menerima program dan petani setelah menerima program adalah sama besar. Perbandingan pendapatan usahatani padi setelah menerima program CSR CGS dan sebelum mendapatkan program CSR CGS per kg output per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 20.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerialdan Kepemilikan Institusionalserta Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 55 104

Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. ABB Libek Project Terhadap Pendapatan Masyarakat Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

1 28 91

Pengaruh Persepsi Konsumen Dalam Penerapan Program Corporate Social Responsibility (Csr) Terhadap Brand Loyalty Sabun Mandi Lifebuoy (Studi Pada Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara)

1 46 67

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Arun NGL Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe

3 65 100

Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea)

17 118 108

Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri - Urban Di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 41 151

Peran Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Inalum Divisi Plta Sigura-Gura Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Masyarakat Kecamatan Pintupohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir

0 37 9

Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Inalum Divisi PLTA, Siguragura Terhadap Pengembangan Sosioekonomi Masyarakat Kecamatan Pintupohan Meranti Kabupaten Tobas Samosir

1 51 174

Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat dan Manfaat Ekonomi Program Corporate Social Responsibility (CSR) Chevron Geothermal Salak, Ltd. Bidang Ekonomi di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor

14 44 131

DAMPAK PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) CHEVRON GEOTHERMAL INDONESIA, Ltd. PADA PROGRAM LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT (LED) TERHADAP PERKEMBANGAN AGROINDUSTRI AKAR WANGI.

0 0 9