6.2.3 Kegiatan Pemberian Ternak Domba
Kegiatan yang merupakan bagian dari Proram CSR lainnya yang dilakukan oleh Chevron Geothermal Salak, Ltd adalah pemberian ternak domba
kepada masing-masing anggota petani padi penerima program CSR CGS. Pemberian ternak domba ini sifatnya hibah dan masing-masing anggota
mendapatkan dua ekor domba untuk dipelihara dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan petani.
Tabel 9 Petani Penerima Program CSR CGS yang Tetap Memelihara Hewan Ternak Dombanya Tahun 2009-2012
No Responden
Pemberian Hewan Ternak Domba pada Tahun 2009
Kondisi Hewan Ternak Domba pada Tahun 2012
1 Petani 1
Indukan 1 jantan besar dan 1 betina besar usia kurang
lebih 10-12 bulan. Indukan 1 jantan besar
dan 1 Betina besar, 1 anakan jantan kecil, 1
anakan betina besar.
2 Petani 2
Indukan 1 jantan besar dan 1 betina besar usia kurang
lebih 10-12 bulan Indukan 1 jantan besar
dan 1 betina besar, 2 anakan jantan kecil, 1
anakan betina kecil.
3 Petani 3
Indukan 1 jantan besar dan 1 betina besar usia kurang
lebih 10-12 bulan Indukan 1 jantan besar
dan 1 betina besar, 2 anakan betina kecil.
Sumber: Data Primer, Diolah 2014 Hewan domba yang diberikan adalah hewan domba jantan dan betina
dengan usia kurang lebih 10-12 bulan, harapan dari tim CSR CGS dengan adanya bantuan ini adalah petani dapat melakukan peternakan domba, dengan
diberikannya pelatihan terkait pemeliharaan domba yang baik, Namun, permasalahan yang terjadi adalah beberapa petani ada yang menjual kembali
domba yang telah didapat dari Chevron. Petani penerima program CSR yang tergolong aktif dengan jumlah 30 petani dari 30 petani hanya sebagian kecil petani
yang melanjutkan peternakan dombanya, dari 30 petani hanya 3 petani yang masih memelihara dombanya, atau hanya sebesar 0.1 persen yang berlanjut. Hal
ini disebabkan karena petani padi memiliki keterbatasan modal terkait usahataninya, sehingga lebih dari setengah petani padi yang menerima program
CSR CGS yang mendapatkan bantuan hewan ternak domba mereka menjualnya
kembali. Petani padi yang tetap memelihara hewan ternak dombanya semenjak diberikannya bantuan sampai sekarang adalah dapat dilihat pada Tabel 9.
Pada penerima program CSR CGS Dampak yang dirasakan langsung oleh petani terhadap pengembangan usahatani padi adalah kotoran ternak domba yang
dimanfaatkan untuk pupuk organik untuk usaha padinya, sehingga petani tidak begitu besar mengeluarkan biaya untuk penggunaan pupuk kandangnya. Petani
dapat langsung mengambil di tempat kandang ternaknya. Perbedaan Biaya yang dikeluarkan untuk pupuk kandang sebelum mendapatkan program CSR CGS
adalah sebesar Rp286 593, sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk pupuk kandang setelah menerima program CSR CGS adalah sebesar Rp234 669.
6.3 Identifikasi Struktur Biaya Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Program CSR CGS
Petani tentunya mengeluarkan biaya dalam rangka melakukan usahatani padi, biaya yang dikeluarkan terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya biaya tunai
dan biaya non tunai. Biaya tunai adalah biaya yang harus dikeluarkan secara langsung oleh petani untuk kepentingan usahataninya. Biaya tunai terbagi ke
dalam biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya sewa traktor, sewa kerbau, dan pajak tanah untuk tanah pemilik. Sedangkan biaya variabel
terdiri dari biaya benih, pupuk, pestisida, dan bagi hasil untuk petani penggarap dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya non tunai adalah biaya yang diperhitungkan
dalam kegiatan usahatani yang meliputi biaya penyusutan alat pertanian, dan biaya tenaga kerja dalam keluarga. Berikut adalah Tabel struktur biaya rata-rata
usahatani padi sebelum dan setelah menerima program CSR CGS per hektar per musim tanam. Hasil dari pengolahan data yang dilakukan, menjelaskan bahwa
biaya total yang dikeluarkan petani padi setelah menerima program CSR Chevron Geothermal Salak, Ltd. CGS untuk kegiatan usahataninya lebih kecil
dibandingkan biaya total yang dikeluarkan petani padi sebelum mendapatkan program CSR CGS. Komponen biaya terbesar yang dikeluarkan petani padi
sebelum menerima program CSR CGS dan setelah menerima program CSR CGS adalah biaya bagi hasil dengan persentase masing-masing 37.12 dan 39.97
dari biaya total usahatani padi.
Tabel 10 Struktur Biaya Rata-Rata Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Program CSR CGS Per Hektar Per Musim Tanam Tahun
2012
Komponen Biaya Sebelum Menerima
Program CSR CGS
Setelah Menerima Program
CSR CGS Nilai
RpHa Persentase
Nilai RpHa
Persentase
A. Biaya Tunai
Biaya Tetap 1. Sewa Traktor
460 000 7.64
460 000 8.22
2. Sewa Kerbau 59 310
0.98 59 310
1.06 3. Pajak
74 825 1.24
74 825 1.34
Sub Total 594 135
9.86 594 135
10.62 Biaya Variabel
1. Benih 164 227
2.73 153 031
2.74 2. Pupuk kandang
286 593 4.76
234 699 4.20
3. Pupuk Urea 297 820
4.94 450 000
8.05 4. Pupuk TSP
286 969 4.76
250 103 4.47
5. Pupuk NPK 100 000
1.66 -
0.00 6. Pestisida Kimia
132 814 2.20
72 262 1.29
7. TKLK HOK 703 472
11.68 617 801
11.05 8. Bagi Hasil
2 235 682 37.12
2 235 682 39.97
Sub Total 4 207 577
69.85 4 013 578
71.76 Total Biaya Tunai
4 801 712 79.72
4 607 713 82.39
B. Biaya Tidak Tunai
Biaya Tetap 1. Penyusutan Alat Tani
87 250 1.45
87 250 1,56
2. TKDK 1 134 398
18.83 897 901
16,05 Total Biaya Tidak Tunai
1 221 648 20.28
985 151 17,61
Total Biaya 6 023 360
100.00 5 592 864
100.00 Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Keterangan: Petani Pemilik
Petani Penggarap Komponen biaya besar lainnya adalah Tenaga kerja Dalam Keluarga
TKDK untuk petani padi sebelum dan setelah menerima program CSR CGS, dengan persentase masing-masing 18.83 dan 16.05 dari total biaya usahatani
padi. Persentase biaya tunai untuk petani padi sebelum menerima program CSR sebesar 79.72 dari biaya total, sedangkan persentase biaya tidak tunainya
sebesar 20.28 dari biaya total. Sementara itu, petani padi setelah menerima program CSR memiliki persentase biaya tunai sebesar 82.39 dari total biaya,