Aspek Keberlanjutan TINJAUAN PUSTAKA

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan yaitu survei lapangan, wawancara, dan diskusi kelompok atau focus group discussion FGD. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling. Pemilihan tiga kabupaten di Jawa Barat yaitu Kabupaten Bandung, Bogor, dan Kabupaten Cirebon mewakili kondisi lingkungan yang berbeda berdasarkan letak geografis dan ketinggiannya di atas permukaan laut mdpl. KWT diseleksi berdasarkan rekomendasi dari Badan Ketahanan Pangan BKP Provinsi Jawa Barat dan kabupaten yang merupakan penerima program P2KP pada tahun 2011 dan 2012. Pada satu kabupaten dipilih tiga KWT, lalu dipilih 10 anggota sebagai responden oleh ketua KWT. Metode survei dilakukan dengan pengamatan langsung ke pekarangan- pekarangan, kebun bibit kelompok, lingkungan pekarangan kampung, dan harga komoditas pertanian di pasar terdekat. Wawancara dilakukan kepada anggota KWT dan pihak terkait di tingkat desa dan kabupaten. Aktivitas wawancara terhadap pemilik pekarangan terkait beberapa aspek, yaitu: aspek ekologi ukuran luas dan zonasi pekarangan, sumber air, keragaman tanaman dan hewan yang dipelihara, aspek pengelolaan pekarangan kampung, dan pemanfaatan produk pekarangan. Studi pustaka juga dilakukan sebagai informasi tambahan dan bahan analisis atau referensi kesesuaian komoditas pertanian di pekarangan dengan lingkungannya.

3.4. Metode Pengolahan Data

Tahap selanjutnya setelah data terhimpun yaitu dilakukan beberapa analisis, yaitu: 1 analisis ekologi pekarangan sebagai suatu agroekosistem, 2 analisis sosial pada pengelolaan pekarangan kampung, 3 analisis pemanfaatan dan nilai ekonomi produk dari pekarangan, serta 4 penyusunan strategi pengelolaan agroekosistem pekarangan kampung dalam menunjang ketahanan pangan yang berkelanjutan.

3.4.1. Analisis Karakteristik Pekarangan

Karakteristik pekarangan sebagai dasar dalam pengembangan pekarangan dianalisis secara deskriptif. Analisis karakteristik pekarangan yaitu Arifin 1998, Arifin et al. 2013: 1 kondisi lingkungan ketinggian, suhu, dan curah hujan; 2 klasifikasi ukuran sempit 120 m 2 , sedang 120 – 400 m 2 , besar 400 – 1000 m 2 , dan sangat besar 1000 m 2 ; dan 3 agro-biodiversitas berdasarkan fungsi tanaman hias, sayur, buah, pati, bumbu, obat, industri, dan lainnya. Selain itu juga dikaji keberadaan dan pemanfaatan hewan ternak dan ikan, baik jenis maupun jumlahnya; 7 sumber air; 8 pemeliharaan pekarangan pemberian pupuk serta pengendalian hama dan penyakit. Jenis ternak dikelompokkan menjadi ternak besar dan kecil, yang mana ternak besar hanya spesies domba dan kambing, adapun ternak kecil yaitu ayam, bebek, angsa, dan kelinci. Pembatasan hewan besar agar tidak ada pencilan data pada angka bobot komoditas pekarangan, sehingga tidak termasuk spesies sapi dan kerbau. 3.4.1.1. Analisis Dominansi Tanaman Pekarangan Analisis dominansi tanaman dilakukan dengan metode Summed Dominance Ratio SDR untuk mengetahui komposisi tanaman yang ada di pekarangan. Agar diketahui angka SDR dari tanaman tersebut, nilai kerapatan relatif spesies RDa dan nilai frekuensi relatif spesies RFa harus diketahui terlebih dahulu. Adapun rumus yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai RDa, RFa, dan SDR adalah sebagai berikut Kanara 2012: �� = �ℎ � � �ℎ × �� = �ℎ �� � � �ℎ × � � = �� + �� Nilai kerapatan dan frekuensi tersebut dihitung per spesies tanaman di setiap pekarangan. Terkait dengan fungsi dasar pekarangan sebagai penunjang ketahanan pangan rumah tangga maka hanya jenis tanaman pangan obat, sayur, buah, bumbu, penghasil pati yang dinilai SDR-nya. Setelah mengetahui angka SDR dari setiap spesies di pekarangan, lalu dibandingkan dengan spesies lainnya di dalam satu pekarangan kampung. Angka SDR rata-rata per spesies tanaman di pekarangan dalam suatu kabupaten diperoleh dari nilai SDR-nya per pekarangan kampung. Hal ini berguna untuk mengetahui spesies tanaman pangan apa yang paling banyak mendominasi di pekarangan kampung dalam suatu kabupaten. Semakin tinggi nilai SDR spesies tanaman berarti keberadaan spesiesnya semakin dominan. 3.4.1.2. Analisis Keragaman Shannon-Wiener Komoditas pekarangan yang dianalisis meliputi tanaman, hewan ternak, dan ikan yang ditemukan di setiap pekarangan, yang kemudian diketahui nilai rata-rata keberadaannya untuk suatu kabupaten. Tanaman yang dianalisis terbatas pada jenis tanaman pangan, yaitu tanaman obat, sayur mayur, buah-buahan, bumbu, serta penghasil pati. Keragaman tanaman tersebut dianalisis dengan metode Shannon – Wiener Azra et al. 2014, yang mana rumusnya sebagai berikut: � ′ = − ∑ ln � �=1 Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman hayati Shannon-Wiener Pi = nin ni = jumlah individu jenis ke-i n = jumlah individu dari semua spesies ln = logaritma natural bilangan alami s = jumlah jenis yang ada Nilai perhitungan indeks keragaman H’ tersebut menunjukkan keragaman spesies tinggi bila H’ 3, keragaman spesies sedang dengan nilai 1 H’ 3, atau keragaman spesies rendah bila H’ 1 di lokasi penelitian Azra 2014. Semakin tinggi keragaman spesies maka agroekosistem itu semakin baik secara ekologi.

3.4.2. Analisis Sosial

Analisis sosial dalam pengelolaan pekarangan kampung meliputi demografi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan anggota KWT. Informasi tersebut penting dalam perumusan rekomendasi strategi pengelolaan pekarangan. Umur rata-rata untuk melihat potensi kemampuan responden. Tingkat pendidikan responden diklasifikasikan mulai dari lulus sekolah dasar SD, sekolah menengah pertama SMP, sekolah menengah atas SMA, dan diploma atau sarjana D3S1. Pekerjaan responden digolongkan menjadi ibu rumah tangga IRT, petani atau buruh tani, wirausaha atau pedagang, pegawai atau buruh, dan usaha lainnya. Pendapatan rata-rata responden per bulannya dikelompokkan dalam beberapa kelas