Analisis Lingkungan Agroekosistem Pekarangan

Ukuran luas lahan pekarangan yang menyempit wajar terjadi seiring dengan bertambahnya tuntutan kebutuhan pemukiman serta perilaku sosial dan budaya masyarakat. Kondisi ini di mana lahan pekarangan sangat terbatas untuk aktivitas pertanian dapat disiasati oleh pemilik pekarangan. Meskipun luasannya kurang dari critical minimum size 100 m 2 , pekarangan masih bisa dioptimalkan dengan teknik vertikultur, yakni budidaya tanaman secara vertikal. Contoh vertikultur yang bisa diaplikasikan yaitu dengan model bertingkat, gantung, atau tempel.

4.2.3. Analisis Zonasi Pekarangan

Pembagian tata ruang pekarangan menjadi zona depan, samping kanan dan kiri, serta belakang dipengaruhi oleh pemanfaatan lahan dan kondisi sosial-budaya pemiliknya. Keberadaan zonasi ini bervariasi di setiap pekarangan yang tergantung pada posisi rumah. Pekarangan pada umumnya memiliki zona depan sehingga paling banyak ditemukan pada pekarangan di Kabupaten Bandung 100, Cirebon 97, serta Bogor 87 Tabel 23. Zona depan yang biasa disebut halaman, buruan Sunda, atau pelataran Jawa merupakan tempat penting untuk berbagai aktivitas sosial, budaya, dan agama. Beberapa pekarangan yang tidak memiliki zona depan dikarenakan posisi rumah yang sangat dekat dengan jalan atau gang. Zona pekarangan belakang juga paling banyak di Kabupaten Bandung, tetapi itu tidak mencapai 23 dari pekarangan yang ada. Zona pekarangan belakang paling sedikit ditemukan di Kabupaten Bogor 43. Keberadaan zona belakang sering dikurangi atau dikorbankan oleh pemilik pekarangan untuk perluasan rumah. Zona samping pekarangan paling banyak terdapat di Kabupaten Bandung, sedangkan paling sedikit di Kabupetan Cirebon. Pada kawasan perumahan yang cukup padat memang jarang ditemui zona pekarangan samping karena umumnya antara rumah satu dengan tetangganya saling berhimpitan. Tata ruang pekarangan seperti ini paling mudah dijumpai pada perumahan-perumahan baru di kawasan urban. Tabel 23 Persentase frekuensi keberadaan zona pekarangan Kabupaten Keberadaan zonasi pekarangan Depan Belakang Samping kiri Samping kanan Bandung 100 57 63 47 Bogor 87 43 53 37 Cirebon 97 47 23 40 Zonasi juga digunakan untuk mengetahui lokasi tanaman pekarangan Arifin et al. 1998. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa banyak pemilik pekarangan memanfaatkan zona depan untuk menanam beraneka macam tanaman hias supaya memperindah tampilan rumahnya. Zona samping ditanami berbagai tanaman obat, sayur, buah, dan bumbu, serta kolam ikan atau kandang ternak unggas. Sedangkan di zona belakang lebih banyak ditanami tanaman industri, buah, dan penghasil pati, serta kolam ikan atau kandang ternak besar. Hasil survei di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan pekarangan di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon pada zona depan, samping, maupun belakang masih didominasi untuk budidaya tanaman pangan Gambar 17. Maka sangat disayangkan ketika banyak zona belakang yang dikurangi luasnya atau bahkan dihilangkan, sebab akan mengurangi fungsi peka- rangan sebagai penghasil pangan. Pemilik pekarangan yang tidak memiliki zona belakang biasanya kehilangan potensi produksi yang menunjang ketahanan pangan, terutama dari komoditas pertanian penghasil pati dan protein hewani. Gambar 17 Pemanfaatan zona pekarangan untuk tanaman pangan dan non-pangan

4.2.4. Analisis Keragaman Vertikal Strata Pekarangan

Jumlah jenis tanaman strata I, dengan tinggi tajuk kurang dari 1 m, paling banyak terdapat pada pekarangan di ketiga kabupaten, yang kemudian diikuti jenis tanaman strata II Gambar 18. Persentase keragaman tanaman pekarangan strata I di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon yaitu 46, 45, dan 42 dari populasi tanaman pada tiap lokasi. Pekarangan di Kabupaten Bandung memiliki tanaman strata I yang paling beragam, yakni sebanyak 62 spesies Tabel 24. Persentase keragaman tanaman pekarangan strata II di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon yaitu 25, 25, dan 23. Pekarangan di Kabupaten Bandung memiliki tanaman strata II yang paling beragam, yakni sebanyak 33 spesies. Persentase kera- gaman tanaman pekarangan strata III di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon yaitu 12, 15, dan 21. Persentase keragaman tanaman pekarangan strata IV di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon hanya 6, 3, dan 3. Kemudian persentase keragaman tanaman pekarangan strata V di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon yaitu 11, 12, dan 11. Keragaman strata tanaman ini berkorelasi dengan ukuran pekarangan yang umumnya termasuk kategori sempit dan sedang. Keanekaragaman spesies tanaman pekarangan paling banyak di Kabupaten Bandung dengan total 134 spesies. Keadaan ini karena ukuran luas pekarangan di sana rata-rata termasuk kategori sedang 120 – 400 m 2 , yang mana pekarangan dengan luas lebih dari 100 m 2 mampu mengakomodasi keberadaan tanaman strata IV dan V Arifin et al. 1997, 1998b. Hal tersebut juga dimungkinkan karena daya dukung pekarangan akan meningkat apabila ukurannya semakin luas. Pekarangan sempit dapat dioptimalkan untuk budidaya tanaman strata I, II, dan III. Gambar 18 Keanekaragaman vertikal strata tanaman pekarangan 20 40 60 80 100 Belakang Samping Depan Belakang Samping Depan Belakang Samping Depan Ka b u p aten Cireb o n Ka b u p aten Bo g o r Ka b u p aten Ba n d u n g Pangan Non-Pangan 10 20 30 40 50 Kab. Cirebon Kab. Bogor Kab. Bandung Strata V Strata IV Strata III Strata II Strata I