Kondisi Umum Kabupaten Bandung

Gambar 6 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Patrolsari Gambar 7 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Girimekar Gambar 8 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Bojongemas 4.1.1.3. Kondisi Kelompok Wanita Tani di Kabupaten Bandung Anggota KWT Mawar di Desa Patrolsari, KWT Sauyunan di Desa Girimekar, dan KWT Melati 2 di Desa Bojongemas, adalah suku Sunda. Seluruh anggota KWT Mawar, Sauyunan, dan Melati 2 sudah berstatus kawin, dengan usia rata-rata yaitu 45, 56, dan 48 tahun. Tingkat pendidikan anggota KWT Mawar yang lulusan SD 50 masih lebih banyak daripada lulusan SMP 20 dan SMA 30. Tingkat pendidikan anggota KWT Sauyunan yang lulusan SD sebanyak 80, sedangkan lulusan SMP dan SMA masing-masing hanya 10. Tingkat pendidikan anggota KWT Melati 2 yang lulusan SD sebanyak 50, lebih banyak daripada lulusan SMP 30 dan SMA 10, tetapi ada 10 anggota yang berpendidikan diploma. Jenis pekerjaan sehari-hari anggota KWT Mawar yaitu berwirausaha 30, pedagang 10, ibu rumah tangga 50, dan 10 sisanya pekerjaan lain. Banyak anggota KWT Sauyunan di Desa Girimekar tidak memiliki pekerjaan selain sebagai ibu rumah tangga, hanya 10 anggota yang bekerja sebagai guru. Sebagian anggota KWT Melati 2 memiliki usaha sendiri 50, sedangkan anggota yang bekerja sebagai petani hanya 10, dan 40 sisanya hanya menjadi ibu rumah tangga IRT. Pendapatan rata-rata anggota KWT di Patrolsari yaitu hanya Rp 300 000 per bulan, sedangkan di Desa Girimekar mencapai Rp 1 000 000 per bulan, dan anggota KWT di Desa Bojongemas berpenghasilan rata-rata Rp 500 000 per bulan Tabel 8. Ada beberapa anggota KWT yang mendapat penghasilan tambahan dari anaknya. Tabel 8 Kondisi pengelola pekarangan kampung di Desa Patrolsari, Girimekar, dan Bojongemas Desa Rata- rata usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan rata-rata per bulan Rp SD SMP SMA D3 S1 IRT Petani Wira- usaha Karya- wan Lain- lain Patrolsari 45 50 20 30 30 20 40 10 300 000 Girimekar 50 80 10 10 90 10 1 000 000 Bojongemas 48 50 30 10 10 40 10 50 500 000 Pengelolaan pekarangan kampung dilakukan oleh KWT di masing-masing desa. KWT Mawar yang berada di Desa Patrolsari dibentuk sejak tahun 2010, KWT Sauyunan di Desa Girimekar dibentuk pada tahun 2009, dan KWT Melati 2 sudah ada sejak tahun 2008. Pelatihan pekarangan merupakan kegiatan rutin KWT yang dibimbing langsung oleh tenaga pendamping dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan BKPP tingkat kabupaten. Selain itu, kegiatan rutin KWT bervariasi tergantung keinginan ketua dan anggotanya, misalnya membuat pangan olahan dan arisan kelompok Tabel 9. KWT Mawar pernah mendapat bantuan bibit hanjeli yang kemudian dibudidayakan dan dapat dipanen dengan baik. Hasil panen hanjeli dapat diolah menjadi berbagai macam produk pangan alternatif sumber karbohidrat. KWT ini beberapa kali diminta oleh pihak Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat untuk membawa hasil olahan hanjeli pada kegiatan diversifikasi pangan di Gedung Sate, Kota Bandung. KWT Melati 2 mengembangkan produksi makanan ringan dan telur asin yang sebagian bahan bakunya diperoleh dari pekarangan. Tabel 9 Aktivitas KWT di Desa Patrolsari, Girimekar, dan Bojongemas Desa KWT Tahun berdiri Kegiatan rutin Produk unggulan Patrolsari Mawar 2010 Pelatihan pekarangan, membuat pangan olahan Pangan olahan hanjeli Girimekar Sauyunan 2009 Pelatihan pekarangan, simpan pinjam kelompok - Bojongemas Melati 2 2008 Pelatihan pekarangan, membuat pangan olahan Telur asin dan rangginang

4.1.2. Kondisi Umum Kabupaten Bogor

Wilayah Kabupaten Bogor hanya berjarak sekitar 30 km dari DKI Jakarta. Luas wilayah kabupaten ini yaitu 230.195 Ha BPS Kab. Bogor 2014, yang terletak di ant ara 106º2345” - 107º1330” Bujur Timur dan 6º18 - 6º4710” Lintang Selatan. Batas administratif wilayah pemerintahan Kabupaten Bogor adalah: • sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanggerang dan Kota Depok; • sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan Kab. Purwakarta; • sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Cianjur; • sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Kabupaten Bogor terdiri atas 40 kecamatan dan 426 desa, yang mana tiga desa diantaranya sebagai lokasi penelitian, yaitu Desa Situ Udik di Kecamatan Cibungbulang, Desa Cikarawang di Kecamatan Darmaga, dan Desa Bantarsari di Kecamatan Rancabungur. Jumlah penduduk di Kabupaten Bogor sebanyak 5.202 juta jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk pada tahun 2013 yaitu 20 orangha. Kepadatan penduduk di Kecamatan Cibungbulang, Dramaga, dan Rancabungur masing-masing yaitu 42, 45, dan 25 orangha BPS Kab. Bogor 2014. Kabupaten Bogor memiliki rentang topografi yang lebar yakni antara 50 – 2 500 mdpl. Iklim di Kabupaten Bogor jika mengikuti klasifikasi Schmidt dan Ferguson digolongkan pada iklim tropis A sangat basah dan tipe B basah. Iklim tipe A berada di bagian Selatan dengan suhu 20 o C sampai 22 o C sedangkan iklim B di bagian Utara dengan suhu sekitar 25 o C. Suhu udara harian berkisar antara 22.7 – 31.2 o C. Curah hujan rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor yaitu 3 841 mmtahun, dengan rentang antara 2 400 – 5 200 mmtahun. Kelembapan udara rata-rata per tahun di kabupaten ini cukup tinggi yakni 83 BPS Kab. Bogor 2014. Gambar 9 Kondisi lingkungan desa dan lahan pertanian di Kabupaten Bogor Kondisi lahan pertanian di Kabupaten Bogor cukup subur, hal ini dibuktikan oleh banyaknya jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dengan baik. Akan tetapi, seiring dengan semakin banyaknya pendatang dan developer permukiman, lahan pertanian di Kabupaten Bogor yang berupa sawah maupun kebun, kini semakin berkurang luasnya karena beralih fungsi menjadi lahan terbangun. Tercatat luas sawah di Kabupaten Bogor terus berkurang dari 2008 hingga 2010, dan kini tidak lebih dari 48 484 ha BPS Kab. Bogor 2011. Jenis tanah andosol, regosol, dan aluvial cocok digunakan sebagai media tanam. Meskipun mata pencaharian utama warga desa di Kabupaten Bogor adalah petani, namun kebanyakan hanya memiliki lahan kurang dari 1 ha, yang bekerja sebagai buruh tani pada lahan milik tuan tanah. Produk tanaman pangan masih menjadi komoditas unggulan kabupaten ini. 4.1.2.1. Lingkungan Desa di Kabupaten Bogor Desa Situ Udik berada di ketinggian 460 mdpl sebagai lokasi sampel tertinggi di Kabupaten Bogor. Akses menuju lokasi sampel pekarangan cukup jauh dari jalan arteri. Penggunaan lahan didominasi oleh persawahan dan kebun. Sumber air yang paling banyak digunakan untuk mengairi pekarangan di Desa Situ Udik yaitu sumur 50, aliran sungai 30, dan kolam ikan 20 Tabel 8. Meskipun pekarangan warga desa dekat dengan sawah, namun mereka tidak menjadikan saluran irigasi sebagai sumber pengairannya. Tata ruang pemukiman membentuk koloni di mana sejumlah rumah terkonsentrasi pada kawasan tertentu, dan pemilik lahan yang lebih luas berada di pinggiran kawasan. Komoditas pertanian andalan desa ini yaitu padi. Desa Cikarawang berada di ketinggian 193 mdpl serta berbatasan langsung dengan Kota Bogor. Akses ke desa relatif mudah karena hanya berjarak 3 km dari jalan utama Kota Bogor. Penggunaan lahan didominasi oleh persawahan, ladang, dan kebun. Desa ini memiliki komoditas andalan berupa ubi jalar BP3K Darmaga 2014 dan jambu kristal. Sebagian besar 60 warga desa memanfaatkan sumur sebagai sumber air untuk mengairi pekarangan mereka. Selain itu ada juga warga yang memanfaatkan kolam ikan, sungai, atau hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi pekarangannya Tabel 10. Desa Bantarsari berada di ketinggian 165 mdpl dengan letak yang berdekatan dengan jalur utama antara Kota Bogor dan Kecamatan Parung. Penggunaan lahan pertanian didominasi oleh sawah, ladang, dan kebun. Sejak beberapa tahun yang lalu, warga desa membudidayakan jambu kristal yang sekarang menjadi komoditas andalan mereka. Sumber air yang digunakan warga untuk mengairi pekarangannya yaitu sumur 50, sungai, kolam ikan, atau mengandalkan air hujan Tabel 10. Tabel 10 Kondisi lingkungan desa lokasi penelitian di Kabupaten Bogor Nama Desa Ketinggian mdpl Jarak ke kota km Sumber air pekarangan Komoditas andalan sumur kolam sungai hujan Situ Udik 460 10.0 50 20 30 Padi Cikarawang 193 3.0 60 20 10 10 Jambu kristal Bantarsari 165 6.0 50 10 10 30 Jambu kristal 4.1.2.2. Pekarangan Kampung di Kabupaten Bogor Ukuran rata-rata pekarangan di Desa Situ Udik Gambar 11, Cikarawang Gambar 12, dan Bantarsari Gambar 13 berturut-turut adalah 175.1 m 2 , 93.5 m 2 , dan 160.2 m 2 . Adapun luas pekarangan terbesar di masing-masing desa tersebut yaitu 500 m 2 , 300 m 2 , dan 600 m 2 , sedangkan luas terkecilnya yaitu 40 m 2 , 10 m 2 , dan 6 m 2 Tabel 11. Beberapa pekarangan di Desa Situ Udik dan Bantarsari tidak memiliki zona depan karena letak rumahnya sangat berdekatan dengan jalan, sehingga ruang yang ada dimanfaatkan untuk akses keluar masuk orang maupun kendaraan. Seluruh pekarangan di Desa Cikarawang memiliki zona depan, namun hanya 20 pekarangan yang memiliki zona belakang Tabel 11. Persentase keber- adaaan kandang ternak kecil KTK di ketiga desa ini lebih besar daripada kandang ternak besar KTB. Pekarangan kampung yang paling banyak memiliki KTB yakni di Situ Udik, sedangkan yang paling banyak memiliki KTK yakni di Cikarawang. Tabel 11 Luas area, zonasi, dan fasilitas pekarangan di Desa Situ Udik, Cikarawang, dan Bantarsari Nama Desa Luas m 2 Zonasi Fasilitas Min Maks Rata-rata Dpn Blk Ki Ka KTB KTK Kol Situ Udik 40 500 175.1 80 80 60 40 50 60 20 Cikarawang 10 300 93.5 100 20 40 60 20 70 20 Bantarsari 6 600 160.2 80 30 60 10 50 50 Keterangan: Dpn = depan Blk = belakang Ki = samping kiri Ka = samping kanan KTB = kandang ternak besar KTK = kandang ternak besar Kol = kolam ikan Kebanyakan tanaman pekarangan yang ada di Desa Situ Udik, Cikarawang, dan Bantarsari termasuk kelompok strata I dan II. Keragaman jenis tanaman strata V di Desa Situ Udik paling banyak daripada desa lainnya. Rata-rata di pekarangan setiap desa memiliki 27 jenis tanaman strata I, 21 jenis tanaman strata II, 10 jenis tanaman strata III, hanya 2 jenis tanaman strata IV, dan 9 jenis tanaman strata V. Kemudian berdasarkan fungsi tanaman, keragaman spesies tanaman hias yang paling banyak di pekarangan ketiga desa tersebut. Pekarangan di Desa Cikarawang memiliki keragaman jenis buah-buahan yang paling banyak Tabel 12. Tanaman buah yang populer di Desa Cikarawang yaitu jambu kristal Psidium guajava L., meskipun buah ini aslinya berasal dari Taiwan. Rata-rata jumlah jenis tanaman hias di setiap pekarangan kampung yaitu 20 jenis. Tanaman buah merupakan tanaman pangan memiliki variasi jenis yang paling banyak di pekarangan Kabupaten Bogor. Berbeda halnya dengan tanaman yang beraneka ragam, hewan ternak di pekarangan hanya terdiri dari beberapa spesies. Fasilitas kandang ternak kecil yang ada di pekarangan Desa Situ Udik, Cikarawang, dan Bantarsari hanya diisi ayam kampung Gallus domesticus. Pemanfaatan kolam di pekarangan biasanya untuk budidaya ikan gurami, lele dumbo, dan ikan mas. Tabel 12 Jumlah jenis tanaman, ternak, dan ikan di pekarangan kampung di Desa Situ Udik, Cikarawang, dan Bantarsari Nama Desa Strata Tanaman Fungsi Tanaman Ternak I II III IV V a b c d e f g h B K I Situ Udik 24 21 11 2 10 20 7 9 15 12 1 2 4 1 1 2 Cikarawang 24 24 12 1 9 25 2 10 16 13 2 1 1 2 1 1 Bantarsari 34 18 8 2 8 14 4 19 13 15 2 3 1 3 Rata-rata 27 21 10 2 9 20 4 13 15 13 2 1 3 1 1 2 Keterangan: Fungsi Tanaman = hias a, obat b, sayur c, buah d, bumbu e, pati f, industri g, dan lainnya h Jenis Ternak = besar B, kecil K, ikan udang air tawar I Gambar 10 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Situ Udik Gambar 11 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Cikarawang Gambar 12 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Bantarsari