Tempat dan Waktu Penelitian

�� = �ℎ � � �ℎ × �� = �ℎ �� � � �ℎ × � � = �� + �� Nilai kerapatan dan frekuensi tersebut dihitung per spesies tanaman di setiap pekarangan. Terkait dengan fungsi dasar pekarangan sebagai penunjang ketahanan pangan rumah tangga maka hanya jenis tanaman pangan obat, sayur, buah, bumbu, penghasil pati yang dinilai SDR-nya. Setelah mengetahui angka SDR dari setiap spesies di pekarangan, lalu dibandingkan dengan spesies lainnya di dalam satu pekarangan kampung. Angka SDR rata-rata per spesies tanaman di pekarangan dalam suatu kabupaten diperoleh dari nilai SDR-nya per pekarangan kampung. Hal ini berguna untuk mengetahui spesies tanaman pangan apa yang paling banyak mendominasi di pekarangan kampung dalam suatu kabupaten. Semakin tinggi nilai SDR spesies tanaman berarti keberadaan spesiesnya semakin dominan. 3.4.1.2. Analisis Keragaman Shannon-Wiener Komoditas pekarangan yang dianalisis meliputi tanaman, hewan ternak, dan ikan yang ditemukan di setiap pekarangan, yang kemudian diketahui nilai rata-rata keberadaannya untuk suatu kabupaten. Tanaman yang dianalisis terbatas pada jenis tanaman pangan, yaitu tanaman obat, sayur mayur, buah-buahan, bumbu, serta penghasil pati. Keragaman tanaman tersebut dianalisis dengan metode Shannon – Wiener Azra et al. 2014, yang mana rumusnya sebagai berikut: � ′ = − ∑ ln � �=1 Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman hayati Shannon-Wiener Pi = nin ni = jumlah individu jenis ke-i n = jumlah individu dari semua spesies ln = logaritma natural bilangan alami s = jumlah jenis yang ada Nilai perhitungan indeks keragaman H’ tersebut menunjukkan keragaman spesies tinggi bila H’ 3, keragaman spesies sedang dengan nilai 1 H’ 3, atau keragaman spesies rendah bila H’ 1 di lokasi penelitian Azra 2014. Semakin tinggi keragaman spesies maka agroekosistem itu semakin baik secara ekologi.

3.4.2. Analisis Sosial

Analisis sosial dalam pengelolaan pekarangan kampung meliputi demografi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan anggota KWT. Informasi tersebut penting dalam perumusan rekomendasi strategi pengelolaan pekarangan. Umur rata-rata untuk melihat potensi kemampuan responden. Tingkat pendidikan responden diklasifikasikan mulai dari lulus sekolah dasar SD, sekolah menengah pertama SMP, sekolah menengah atas SMA, dan diploma atau sarjana D3S1. Pekerjaan responden digolongkan menjadi ibu rumah tangga IRT, petani atau buruh tani, wirausaha atau pedagang, pegawai atau buruh, dan usaha lainnya. Pendapatan rata-rata responden per bulannya dikelompokkan dalam beberapa kelas yaitu: 1 kurang dari Rp 500 000, 2 Rp 500 001 – Rp 1 000 000, 3 Rp 1 000 001 – Rp 1 500 000, 4 Rp 1 500 001 – Rp 2 000 000, 5 Rp 2 000 001 – Rp 2 500 000, dan 6 Rp 2 500 001 – Rp 3 000 000. Pendapatan ini tidak termasuk pendapatan bulanan dari suami atau anaknya. Besarnya pendapatan tambahan dari pekarangan akan dibandingkan dengan nilai pendapatan responden untuk diketahui persentase kontribusi hasil pengelolaan pekarangan terhadap pendapatan responden.

3.4.3. Analisis Hasil Pekarangan dan Nilai Ekonomi Produk

1. Analisis hasil dari panen tanaman, ternak, dan ikan di pekarangan dilakukan sebagai berikut: a. Menghitung rata-rata produksi tanaman pekarangan per fungsi Arifin 1998, ternak, dan ikan dalam satu tahun. b. Digunakan kalender tanam sebagai referensi siklus tanaman semusim. c. Digunakan referensi umur panen hewan ternak dan ikan budidaya. d. Satuan-satuan lokal yang ditemui saat survei seperti ikat atau karung dikalibrasi dengan satuan baku yakni kilogram kg. 2. Analisis pemanfaatan hasil panen pekarangan dilakukan dengan pengelom- pokkan hasil atau produk dari pekarangan sesuai keinginan pemiliknya. Lalu diperoleh tiga kelompok pemanfaatan produk pekarangan, yaitu konsumsi rumah tangga, dibagikan ke tetangga, dan dijual ke pasar. 3. Analisis nilai ekonomi hasil panen di pekarangan dilakukan dengan cara: a. Harga komoditas pertanian yang digunakan adalah harga beli pada saat survei di masing-masing kabupaten dalam satuan rupiah Rp. b. Penghematan rumah tangga dihitung melalui valuasi hasil panen dari pekarangan yang dikonsumsi oleh anggota rumah tangga dengan harga komoditas yang serupa di pasaran; c. Kontribusi sosial dihitung melalui valuasi hasil panen yang diberikan ke tetangga atau saudara dengan harga komoditas yang serupa di pasar. d. Menghitung tambahan nilai ekonomi bagi rumah tangga dengan valuasi hasil produksi pekarangan yang dijual ke pasar. e. Pendapatan tambahan ini dihitung dalam waktu satu tahun, sehingga perhitungannya disesuaikan dengan jumlah panen dalam setahun.

3.4.4. Penyusunan Rekomendasi Pengelolaan Pekarangan

Penyusunan rekomendasi dimulai dari kajian tujuan pertama karakteristik agroekosistem dan pengelolaan pekarangan kampung, kedua hasil produksi dan nilai ekonomi produk pekarangan, dan kelembagaan serta kebijakan yang terkait pengelolaan pekarangan kampung. Tahap diskusi bersama pihak-pihak yang terkait pengelolaan pekarangan kawasan dilakukan untuk memperoleh informasi yang komprehensif. Pihak yang terkait tersebut yaitu KWT, penyuluh atau pendamping KWT, perangkat desa, dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan di kabupaten. Bentuk diskusi dilakukan personal maupun dalam forum grup diskusi yang mana menghadirkan pakar pekarangan dari institusi pendidikan. Perumusan dilakukan secara deskriptif berdasarkan informasi yang dihimpun dan data hasil analisis. Berbagai macam parameter tersebut dikelompokkan menurut analisis yang digunakan pada setiap tujuan. Secara umum meliputi analisis agroekosistem, sosial, dan ekonomi, sebagai penunjang keberlanjutan pengelolaan pekarangan kampung. Matriks keterkaitan antara tujuan, standar, metode, alat, dan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.