Analisis Ukuran Pekarangan Analisis Karakter Agroekosistem Pekarangan

Gambar 17 Pemanfaatan zona pekarangan untuk tanaman pangan dan non-pangan

4.2.4. Analisis Keragaman Vertikal Strata Pekarangan

Jumlah jenis tanaman strata I, dengan tinggi tajuk kurang dari 1 m, paling banyak terdapat pada pekarangan di ketiga kabupaten, yang kemudian diikuti jenis tanaman strata II Gambar 18. Persentase keragaman tanaman pekarangan strata I di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon yaitu 46, 45, dan 42 dari populasi tanaman pada tiap lokasi. Pekarangan di Kabupaten Bandung memiliki tanaman strata I yang paling beragam, yakni sebanyak 62 spesies Tabel 24. Persentase keragaman tanaman pekarangan strata II di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon yaitu 25, 25, dan 23. Pekarangan di Kabupaten Bandung memiliki tanaman strata II yang paling beragam, yakni sebanyak 33 spesies. Persentase kera- gaman tanaman pekarangan strata III di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon yaitu 12, 15, dan 21. Persentase keragaman tanaman pekarangan strata IV di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon hanya 6, 3, dan 3. Kemudian persentase keragaman tanaman pekarangan strata V di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon yaitu 11, 12, dan 11. Keragaman strata tanaman ini berkorelasi dengan ukuran pekarangan yang umumnya termasuk kategori sempit dan sedang. Keanekaragaman spesies tanaman pekarangan paling banyak di Kabupaten Bandung dengan total 134 spesies. Keadaan ini karena ukuran luas pekarangan di sana rata-rata termasuk kategori sedang 120 – 400 m 2 , yang mana pekarangan dengan luas lebih dari 100 m 2 mampu mengakomodasi keberadaan tanaman strata IV dan V Arifin et al. 1997, 1998b. Hal tersebut juga dimungkinkan karena daya dukung pekarangan akan meningkat apabila ukurannya semakin luas. Pekarangan sempit dapat dioptimalkan untuk budidaya tanaman strata I, II, dan III. Gambar 18 Keanekaragaman vertikal strata tanaman pekarangan 20 40 60 80 100 Belakang Samping Depan Belakang Samping Depan Belakang Samping Depan Ka b u p aten Cireb o n Ka b u p aten Bo g o r Ka b u p aten Ba n d u n g Pangan Non-Pangan 10 20 30 40 50 Kab. Cirebon Kab. Bogor Kab. Bandung Strata V Strata IV Strata III Strata II Strata I Tabel 24 Keragaman strata tanaman pekarangan Kabupaten Jumlah spesies tanaman pekarangan Total spesies tanaman Strata I Strata II Strata III Strata IV Strata V Bandung 62 33 16 8 15 134 Bogor 57 31 19 4 15 126 Cirebon 38 21 19 3 10 91

4.2.5. Analisis Keragaman Horizontal Fungsi Pekarangan

Berdasarkan data inventarisasi keanekaragaman hayati pertanian yang ada di pekarangan, Kabupaten Bandung memiliki keanekaragaman tanaman paling tinggi dengan total 134 spesies. Kemudian keragaman tanaman pekarangan yang cukup banyak berada di Kabupaten Bogor 126 spesies, sedangkan Kabupaten Cirebon memiliki keragaman tanaman pekarangan paling sedikit 91 spesies. Selain karena rata-rata ukuran pekarangan yang paling luas, kondisi lingkungan di Kabupaten Bandung juga mendukung aktivitas pertanian sehingga keanekaragaman hayati pertanian di pekarangannya paling baik. Berbeda halnya dengan kondisi alam di Kabupaten Cirebon yang justru menjadi salah satu faktor pembatas dalam budidaya beberapa jenis tanaman. Salah satu upaya untuk mengantisipasi kekurangan air yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, yaitu dengan menanam di pot atau polybag karena dapat menghemat penggunaan air dan pupuk. Pada kondisi kering biasanya tanaman buah, sayur, bumbu, dan obat ditanam di pot atau polybag. Hasil analisis keragaman horizontal atau fungsi tanaman Arifin et al. 1997, 1998 menunjukkan bahwa jumlah spesies tanaman hias paling banyak di antara semua fungsi tanaman pekarangan Gambar 19. Persentase jenis tanaman hias di Kabupaten Bandung dan Bogor sama-sama 35, sedangkan di Kabupaten Cirebon mencapai 41. Meskipun demikian, jumlah spesies tanaman hias di Kabupaten Cirebon sebenarnya paling sedikit 37 spesies dibandingkan di Kabupaten Bogor 44 spesies dan Bandung 47 spesies. Persentase tanaman obat dan bahan industri di Kabupaten Bandung paling tinggi walaupun hanya 9 dan 4 dari populasi tanaman yang ada. Pekarangan di Kabupaten Bogor memiliki persentase tanaman sayur 17, bumbu 16, dan penghasil pati 6 paling tinggi dibandingkan Kabupaten Bandung dan Cirebon. Pekarangan di Kabupaten Cirebon memiliki persentase tanaman buah 25 dan fungsi lain 6 paling tinggi dibandingkan pekarangan di Kabupaten Bandung dan Bogor. Penentuan fungsi tanaman ini ber- dasarkan penggunaan dari pemilik pekarangan, sehingga memungkinkan terdapat satu tanaman yang memiliki fungsi berbeda atau banyak multi fungsi. Gambar 19 Keanekaragaman horizontal fungsi tanaman pekarangan 10 20 30 40 50 Kabupaten Bandung Kabupaten Bogor Kabupaten Cirebon Hias Obat Sayur Buah Bumbu Pati Industri Lainnya Jenis tanaman hias memang paling beragam di pekarangan, namun jumlah jenis tanaman pangan di setiap kabupaten lebih banyak daripada jenis tanaman non- pangan Gambar 20. Persentase tanaman pangan pada pekarangan kampung di Kabupaten Bandung dan Bogor masing-masing mencapai 62 dari seluruh spesies yang teridentifikasi, sedangkan di Kabupaten Cirebon persentasenya lebih rendah, yakni 57 namun masih lebih banyak dari tanaman non-pangan. Hal tersebut juga dibuktikan dengan analisis Shannon-Wienner terhadap keanekaragaman tanaman pangan, yang mana hasil tertinggi yaitu di Kabupaten Bogor H’ = 1.95, kemudian Kabupaten Bandung H’ = 1.44 dan terendah yaitu Kabupaten Cirebon H’ = 0.86. Tingkat keanekaragaman tanaman pangan pada pekarangan kampung di Kabupaten Bogor tersebut karena upaya dan keinginan pemilik pekarangan yang ditunjang oleh lingkungannya. Sebagaimana telah disebutkan, dataran sedang di Kabupaten Bogor merupakan zona peralihan ecotone sehingga memiliki kesesuaian ling- kungan lebih baik untuk lebih banyak makhluk hidup. Tanaman pangan meliputi tanaman obat, sayur, buah, bumbu, penghasil pati, serta beberapa spesies dari kelompok tanaman hias dan industri, sedangkan tanaman non-pangan pada umumnya merupakan tanaman hias, bahan baku industri, dan lainnya. Tanaman hias yang dapat dikonsumsi misalnya bunga kecombrang, kenikir, puring, petai cina, dan daun suji. Tanaman tersebut ada yang bermanfaat sebagai sayuran, obat-obatan, atau bumbu masak. Adapun tanaman industri yang dapat dikonsumsi yaitu cokelat kakao, kopi, cengkeh, kelapa, dan aren. Di sisi lain, ada tanaman pangan yang dimanfaatkan untuk fungsi lain, seperti tanaman singkong sebagai pagar pembatas pekarangan. Gambar 20 Perbandingan keanekaragaman tanaman pangan dan non-pangan Suatu agroekosistem pekarangan tidak hanya tanaman yang dibudidayakan tetapi juga ternak mamalia kambing, domba, kelinci, unggas ayam, bebek, angsa, dan ikan air tawar. Keberadaan hewan ternak di pekarangan Kabupaten Bandung dan Bogor cukup tinggi yaitu 34.5. Keragaman hewan ternak yang cukup tinggi di pekarangan Kabupaten Bandung dan Cirebon, yaitu terdapat masing-masing 10 spesies Tabel 25. Keanekaragaman hayati berkontribusi terhadap keberlanjutan sosial – ekonomi suatu agroekosistem Kehlenbeck et al. 2007. Tabel 25 Keberadaan dan jumlah spesies hewan ternak di pekarangan Kabupaten Persentase keberadaan Jumlah spesies Ternak mamalia Ternak unggas Kolam ikan Rata- rata Ternak mamalia Ternak unggas Ikan Bandung 10.0 66.7 26.7 34.5 3 4 3 Bogor 16.7 56.7 30.0 34.5 3 1 4 Cirebon 0.0 20.0 20.0 13.3 7 3 57 62 62 43 38 38 K a b . C i r e b o n K a b . B o g o r K a b . B a n d u n g pangan non-pangan