Berbeda halnya dengan tanaman yang beraneka ragam, hewan ternak di pekarangan hanya  terdiri  dari  beberapa  spesies.  Fasilitas  kandang  ternak  kecil  yang  ada  di
pekarangan Desa Situ Udik, Cikarawang, dan Bantarsari hanya diisi ayam kampung Gallus domesticus. Pemanfaatan kolam di pekarangan biasanya untuk budidaya
ikan gurami, lele dumbo, dan ikan mas.
Tabel 12 Jumlah jenis tanaman, ternak, dan ikan di pekarangan kampung di Desa Situ Udik, Cikarawang, dan Bantarsari
Nama Desa Strata Tanaman
Fungsi Tanaman Ternak
I II
III  IV V
a b
c d
e f
g h
B K
I Situ Udik
24  21  11 2  10  20
7 9  15  12
1 2
4 1
1 2
Cikarawang 24  24  12
1 9  25
2  10  16  13 2
1 1
2 1
1 Bantarsari
34  18 8
2 8  14
4  19  13  15 2
3 1
3 Rata-rata
27  21  10 2
9  20 4  13  15  13
2 1
3 1
1 2
Keterangan: Fungsi Tanaman = hias a, obat b, sayur c, buah d, bumbu e, pati f, industri g, dan lainnya h
Jenis Ternak = besar B, kecil K, ikan  udang air tawar I
Gambar 10 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Situ Udik
Gambar 11 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Cikarawang
Gambar 12 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Bantarsari
4.1.2.3. Kondisi Kelompok Wanita Tani di Kabupaten Bogor
Mayoritas  anggota  KWT  di  Desa  Situ  Udik,  Desa  Cikarawang,  dan  Desa Bantarsari adalah orang Sunda. KWT Rukun Tani di Desa Bantarsari cukup banyak
memiliki anggota yang berstatus warga pendatang karena lokasinya mudah diakses serta dekat dengan jalur utama menuju Kota Depok dan DKI Jakarta. Usia rata-rata
anggota KWT di tiap desa yaitu 42, 42, dan 45 tahun. Tingkat pendidikan anggota KWT Teratai di Desa Situ Udik yang hanya lulusan SD sebanyak 50, ada 20
lulusan  SMP,  ada  20  lulusan  SMA,  dan  hanya  10  yang  lulusan  S1.  Tingkat pendididkan anggota KWT Mawar di Desa Cikarawang yaitu 60 hanya lulusan
SD, 30 lulusan SMP, 20 lulusan SMA, dan tidak ada responden yang lulusan D3S1.  Tingkat  pendidikan  anggota  KWT  Teratai  yaitu  40  hanya  lulusan  SD,
20 lulusan SMP, 30 lulusan SMA, dan hanya 10 responden lulusan D3S1.
Jenis  pekerjaan  mayoritas  anggota  KWT  Teratai  adalah  IRT  50,  petani dan  bekerja  mandiri  wirausaha  masing-masing  20,  dan  10  responden  yang
bekerja  sebagai  karyawan.  Anggota  KWT  Mawar  yang  menjadi  IRT  40  dan petani 40, sedangkan 20 lagi berwirausaha. Ketua KWT Teratai dan Mawar
juga berprofesi sebagai petani yang memiliki lahan garapan di luar pekarangannya. Anggota KWT Rukun Tani bekerja sebagai IRT 30, berwirausaha 30, dan
petani 40. Pendapatan rata-rata anggota KWT di Situ Udik yaitu Rp 950 000 per bulan, sedangkan di Desa Cikarawang hanya Rp 450 000 per bulan. Rata-rata
anggota KWT di Desa Bantarsari memiliki penghasilan mencapai Rp 1 100 000 per bulan Tabel 13.
Tabel 13 Karakteristik pengelola pekarangan kampung di Desa Situ Udik, Cikara- wang, dan Bantarsari
Nama Desa Rata-
rata usia
Pendidikan Pekerjaan
Penghasilan rata-rata per
bulan Rp SD  SMP  SMA
D3 S1
IRT  Petani Wira-
usaha Karya-
wan Lain-
lain Situ Udik
42 50
20 20
10 50
20 20
10 950 000
Cikarawang 42
60 30
10 40
40 20
450 000 Bantarsari
45 40
20 30
10 30
20 30
20 1 100 000
KWT Teratai dibentuk pada tahun 2009, sedangkan KWT Mawar dan Rukun Tani dibentuk tahun 2011. Pelatihan pekarangan merupakan kegiatan rutin KWT
yang  dibimbing  langsung  oleh  tenaga  pendamping.  Selain  itu,  biasanya  kegiatan rutin KWT yaitu membuat pangan olahan Tabel 14. Produk unggulan dari KWT
Teratai yaitu pangan olahan yang sebagian bahan bakunya berasal dari pekarangan. Produk unggulan KWT Mawar yaitu jambu kristal dan keripik ubi ungu. Adapun
produk unggulan KWT Rukun Tani yaitu produk olahan dari jambu kristal seperti asinan dan manisan jambu kristal, serta berbagai kue jajanan tradisional.
Tabel 14 Karakteristik KWT di Desa Situ Udik, Cikarawang, dan Bantarsari
Desa KWT
Tahun berdiri Kegiatan rutin
Produk unggulan Situ Udik
Teratai 2009
Pelatihan pekarangan, membuat kue dan arisan
Kue kering dan stroberi
Cikarawang  Mawar 2011
Pelatihan pekarangan, membuat pangan olahan
Jambu kristal dan keripik ubi jalar
Bantarsari Rukun Tani
2011 Pelatihan pekarangan,
membuat kue kering Jambu kristal dan
kue kering
4.1.3. Kondisi Umum Kabupaten Cirebon
Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian Timur dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.
Luas wilayah Kabupaten Cirebon yaitu 99 036 ha yang berada pada posisi 108
o
40’ – 108
o
48’ Bujur Timur dan 6
o
30’ – 7
o
00’ Lintang Selatan. Batas-batas administratif wilayah Kabupaten Cirebon adalah:
•  sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu •  sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Majalengka
•  sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kuningan •  sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Brebes Jawa Tengah
Kabupaten Cirebon terdiri atas 40 kecamatan dan 424 desa, yang mana tiga desa diantaranya sebagai lokasi penelitian, yaitu Desa Bakung Lor di Kecamatan
Jamblang,  Desa  Grogol  di  Kecamatan  Gunung  Jati,  dan  Desa  Pegagan  Lor  di Kecamatan Kapetakan. Jumlah penduduk kabupaten ini sebanyak 2.293 juta jiwa
dengan tingkat kepadatan 23.2 orangha. Adapun kepadatan penduduk Kecamatan Jamblang,  Gunung  Jati,  dan  Kapetakan  yaitu  masing-masing  23.4,  41.5,  dan  9.9
orangha BPS Kab. Cirebon 2014.
Wilayah  Kabupaten  Cirebon  dapat  dibagi  menjadi  dataran  rendah  yang umumnya  terletak  disepanjang  Pantai  Utara  sedangkan  dataran  tinggi  di  daerah
tengah hingga perbatasan Kabupaten Kuningan di kaki Gunung Ceremai. Bentang alam tersebut memiliki rentang topografi mulai dari pesisir pantai 0 mdpl hingga
dataran sedang 130 mdpl. Kabupaten ini beriklim tropis dengan suhu dan curah hujan dipengaruhi oleh daerah pesisir, dataran rendah, dan pegunungan. Suhu udara
di Kabupaten Cirebon berkisar antara 24
o
C – 33
o
C, dengan curah hujan rata-rata yaitu antara 150
– 3 500 mmtahun, tergantung pada letak dan ketinggian kawasan. Iklim  di  Kabupaten  Cirebon  memiliki  curah  hujan  dan  kelembapan  udara  yang
relatif  rendah,  diantara  penyebabnya  yaitu  dekat  dengan  pantai.  Kondisi  umum lingkungan kampung di kabupaten ini relatif kering Gambar 13.
Gambar 13 Kondisi lingkungan desa dan lahan pertanian di Kabupaten Cirebon Tanah  ketiga  desa  tersebut  umumnya  berpasir  karena  berdekatan  dengan
Pantai Utara, sehingga relatif lebih kering dibandingkan jenis tanah di Kabupaten Bandung  dan  Bogor.  Luas  panen  palawija  pada  tahun  2013  mencapai  5  413  ha.
Lahan basah paling banyak berupa sawah, kemudian kolam tambak ikan dan udang. Luas  panen  padi  sawah  dan  ladang  di  kabupaten  ini  yaitu  90  948  ha  BPS  Kab.
Cirebon 2014. Selain padi, komoditas pertanian di kabupaten ini juga didominasi oleh buah, ikan air tawar, dan udang tambak. Pekarangan dan kebun di kabupaten
ini banyak ditanami pohon mangga dari berbagai macam  varietas karena  kondisi lingkungannya yang sesuai. Jumlah pohon mangga yang tersebar di kabupaten ini
mencapai 692 768 pohon pada tahun 2013.
4.1.3.1. Lingkungan Desa di Kabupaten Cirebon
Desa Bakung Lor berada pada ketinggian 13 mdpl yang berjarak 8.5 km dari Kota Cirebon. Akses ke desa sangat mudah karena dilalui jalan arteri yang meng-
hubungkan antara Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Indramayu. Tidak banyak ditemui tanaman palawija di desa ini. Sebanyak 70 warga di Desa
Bakung Lor memanfaatkan sumur sebagai sumber air untuk kebutuhan pekarangan, sedangkan lainnya ada yang mengambil air dari kolam atau hanya mengandalkan
air hujan Tabel 15. Warga desa mengalami kesulitan dalam pengairan pekarangan ketika air sumur mereka surut pada musim kemarau. Komoditas pertanian unggulan
di Desa Bakung Lor yaitu buah mangga jambu biji.
Desa  Grogol  berada  pada  ketinggian  10  mdpl  yang  berjarak  hanya  4.7  km dari Kota Cirebon. Akses transportasi ke desa sangat mudah seperti ke desa Bakung
Lor karena keduanya dilalui  jalan raya  yang sama.  Di desa ini jarang ditemukan ladang tanaman palawija. Sebanyak 70 warganya memanfaatkan sumur sebagai
sumber air untuk kebutuhan pekarangan, sedangkan lainnya hanya mengandalkan air hujan. Warga desa sering mengalami kesulitan air karena air sumur surut ketika
musim kemarau. Komoditas pertanian unggulan di desa ini yaitu padi.
Desa Pegagan Lor berada pada ketinggian 5 mdpl, yang berjarak 12 km dari Kota  Cirebon.  Di  desa  ini  jarang  ditemukan  ladang  tanaman  palawija.  Sebanyak
50 warga Desa Pegagan Lor mengambil air dari sumur untuk pekarangan mereka. Dikarenakan rumah-rumah di desa ini dekat dengan sungai kecil, maka tidak sedikit
yang  memanfaatkannya  sebagai  sumber  air  untuk  kebutuhan  pekarangan.  Selain keluhan kurangnya air sumur untuk pengairan pekarangan ketika musim kemarau,
beberapa sumur di Desa Pegagan Lor rasanya sedikit asin akibat rembesan air laut. Komoditas  pertanian  andalan  di  Desa  Pegagan  Lor  yaitu  padi,  budidaya  ikan  air
tawar, dan tambak udang.
Tabel 15 Kondisi lingkungan desa lokasi penelitian di Kabupaten Cirebon
Nama Desa Ketinggian
mdpl Jarak ke
kota km Sumber air pekarangan
Komoditas andalan
sumur kolam
sungai hujan
Bakung Lor 13
8.5 70
10 20
Jambu merah Grogol
10 4.7
70 30
Mangga Pegagan Lor
5 12.0
50 10
40 Udang tambak
4.1.3.2. Pekarangan Kampung di Kabupaten Cirebon
Pekarangan  di  Desa  Bakung  Lor  Gambar  14,  Grogol  Gambar  15,  dan Pegagan Lor Gambar 16 memiliki luas rata-rata 88.3 m
2
, 163.0 m
2
, dan 182.3 m
2
. Adapun luas maksimal pekarangan tiap desa tersebut yaitu 625 m
2
, 300 m
2
, dan 311 m
2
, sedang-kan luas minimalnya yaitu 6 m
2
, 18 m
2
, dan 40 m
2
Tabel 12. Seluruh pekarangan di ketiga desa tersebut memiliki zona depan, dengan ketersediaan zona
belakang dan samping  yang bervariasi.  Keberadaan kandang ternak besar KTB tidak  ditemui  pada  pekarangan  di  Desa  Bakung  Lor,  Grogol,  dan  Pegagan  Lor,
meskipun  pekarangan  dimungkinkan  sebagai  tempat  pemeliharaan  kambing  dan sapi.  Ketiadaan  fasilitas  KTB  biasanya  karena  keterbatasan  ukuran  dan  zonasi
pekarangan  serta  kondisi  lingkungan  masyarakat.  Sebanyak  60  pekarangan  di Desa Pegagan  Lor memiliki  kolam ikan  yang dimanfaatkan untuk  budidaya ikan
dan udang air tawar, sebagai salah satu sumber pendapatan rumah tangga. Pemilik pekarangan mensiasati sempitnya lahan dengan membuat vertikultur.
Pekarangan di Desa Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor didominasi oleh tanaman strata I. Pekarangan di ketiga desa tersebut memiliki keragaman strata II
dan III yang hampir sama banyaknya Tabel 13. Berdasarkan fungsinya, tanaman pekarangan yang paling banyak ditemui yaitu jenis tanaman hias dan buah-buahan.
Tanaman buah yang umum ditemui di pekarangan yaitu mangga Mangifera indica dari berbagai varietas. Desa Grogol memiliki keragaman tanaman pekarangan  yang
rendah  karena  tanahnya  kering  dan  kurang  subur.Warga  Desa  Grogol  kemudian memanfaatkan pekarangannya untuk beternak unggas ayam, kalkun, entog, soang,
bebek dan kelinci. Sebagian pekarangan di Desa Pegagan Lor ditanami pisang batu untuk dipanen daunnya, sebagai pembungkus tape ketan.
Tabel 16 Luas area, zonasi, dan fasilitas pekarangan di Desa Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor
Nama Desa Luas m
2
Zonasi Fasilitas
Min Maks
Rata-rata Dpn
Blk Ki
Ka KTB
KTK  Kol Bakung Lor
6 625
88.3 100
60 10
50 20
Grogol 18
300 163.0
100 10
20 50
60 30
Pegagan Lor 40
311 182.4
100 70
50 60
60 60
Keterangan: Dpn = depan Blk = belakang
Ki = samping kiri   Ka = samping kanan KTB = kandang ternak besar
KTK = kandang ternak besar   Kol = kolam ikan
Tabel 17 Jumlah jenis tanaman, ternak, dan ikan di pekarangan kampung di Desa Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor
Nama Desa Strata Tanaman
Fungsi Tanaman Ternak
I II
III  IV V
a b
c d
e f
g h
B K
I Bakung Lor
18  13  12 1
5  18 7  14
8 1
1 2
1 Grogol
18 9
7 4  22
3 1  10
2 6
2 Pegagan Lor
20  13  12 1
6  21 4
4  14 4
2 3
2 2
Keterangan: Fungsi Tanaman = hias a, obat b, sayur c, buah d, bumbu e, pati f, industri g, dan lainnya h
Jenis Ternak = besar B, kecil K, ikan  udang air tawar I
Gambar 14 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Bakung Lor
Gambar 15 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Grogol
Gambar 16 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Pegagan Lor 4.1.3.3.
Kondisi Kelompok Wanita Tani di Kabupaten Cirebon Anggota KWT di Desa Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor memiliki latar
belakang suku Sunda, Jawa, dan Cirebon. Hal tersebut karena memang Kabupaten Cirebon menjadi salah satu tempat akulturasi budaya Sunda dan Jawa. Usia rata-
rata  anggota  KWT  di  tiap  desa  tersebut  yaitu  42,  49,  dan  45  tahun.  Pendidikan kebanyakan anggota KWT hanya diselesaikan pada tingkat SD. Tingkat pendidikan
anggota KWT di Desa Bakung Lor yaitu lulusan SMP ada 20, lulusan SMA ada 20, dan hanya 10 lulusan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan anggota KWT
di Desa Grogol yang lulusan SMA ada 30 dan hanya 10 yang lulus perguruan tinggi. Tingkat pendidikan anggota KWT di Desa Pegagan Lor  yaitu hanya 10
lulusan SMP, 30 lulusan SMA, dan bahkan tidak ada 0 lulusan diploma.
Jenis pekerjaan anggota KWT di Bakung Lor sebagai wirausaha sama banyak dengan  mereka  yang  menjadi  IRT  saja.  Adapun  anggota  KWT  di  Grogol  yang
menjadi IRT sebanyak 50, dan ada 40 yang berwirausaha, serta 10 sebagai karyawan. Di KWT  yang ada di  Pegagan  Lor, mayoritas anggotanya adalah  IRT
dan sisanya ada yang petani 10, wirausaha 10, dan lainnya 10. Sangat sedikit anggota KWT di Kabupaten Cirebon yang memiliki profesi sebagai petani.
Pendapatan rata-rata per bulan dari anggota KWT di Desa Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor yaitu Rp 1 000 000, Rp 950 000, dan Rp 500.000 Tabel 18.
Tabel 18 Karakteristik pengelola pekarangan kampung di Desa Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor
Nama Desa Rata-
rata usia
Pendidikan Pekerjaan
Penghasilan rata-rata per
bulan Rp SD  SMP  SMA
D3 S1
IRT  Petani Wira-
usaha Karya-
wan Lain-
lain Bakung Lor
42 50
20 20
10 50
50 1 000 000
Grogol 49
30 30
30 10
50 40
10 950 000
PegaganLor 45
60 10
30 70
10 10
10 550 000
KWT Jambu Alas di Desa Bakung Lor dibentuk pada tahun 2011, sedangkan KWT Bina Sri Lestari di Desa Grogol dan KWT Harum Sari di Desa Pegagan Lor
dibentuk  tahun  2009.  Pelatihan  pekarangan  dan  kebun  bibit  merupakan  kegiatan rutin KWT yang dibimbing langsung oleh tenaga pendamping. Selain itu, biasanya
kegiatan  rutin KWT  yaitu membuat  pangan olahan Tabel  19. Produk unggulan dari KWT Jambu Alas yaitu tape ketan yang sudah produksi untuk dijual. Bungkus
tempe ketan ini adalah daun pisang batu yang biasa terdapat di pekarangan. Produk unggulan KWT Bina Sri Lestari yaitu pangan olahan aneka buah, terutama mangga
gedong gincu, yang bahan bakunya diperoleh dari desa sekitarnya. Adapun produk unggulan KWT Harum Sari yaitu produk olahan ikan dan kue kering Tabel 19.