Perumusan Masalah Identifikasi Literasi Informasi Dalam Rangka Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia dan Literasi Informasi

Kegiatan belajar mengajar di sekolah selalu mengacu pada Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia, termasuk juga bila satuan pendidikan ingin menerapkan literasi informasi dimana ada keterkaitan antara Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia dengan literasi informasi. Tujuan pendidikan, prinsip penyelenggaraan, visi pendidikan, serta rencana pendidikan nasional di Indonesia akan nampak sekali bertautan dengan prinsip-prinsip literasi informasi dalam dunia pendidikan. Dari gambaran berikut, akan nampak bahwa literasi informasi memiliki peranan dan dibutuhkan dalam menunjang sistem pendidikan di Indonesia secara menyeluruh.

2.1.1 UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional a.

Salah satu tujuan Pendidikan Nasional yang juga merupakan prinsip literasi informasi adalah mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang bertanggung jawab. b. Prinsip penyelenggaran pendidikan dan literasi informasi adalah mewujudkan manusia pembelajar seumur hidup. c. Visi Pendidikan Nasional tahun 2025 adalah menghasilkan insan cerdas dan kompetitif insan kamil insan paripurna. Literasi informasi, jika diterapkan dengan konsisten dan didukung dengan sumber daya insani yang profesional, sarana dan prasarana pendidikan yang menunjang tentunya akan berjalan beriringan dengan Sistem Pendidikan Nasional untuk mencapai visi tersebut.

2.2 Penerapan Literasi Informasi di Sekolah

Barbara Humes 2000 memaparkan hasil penelitian yang mengungkap faktor penting yang menghasilkan integrasi dari keterampilan literasi informasi dan kurikulum sekolah: a. Sekolah memiliki kemauan kuat untuk menghasilkan peserta didik yang berkemampuan tinggi dalam berpikir kritis, penyelesaian masalah, dan kemampuan berliterasi informasi. b. Manajemen perpustakaan memiliki komitmen jangka panjang untuk mengintegrasikan mata pelajaran perpustakaan dalam kurikulum sekolah. c. Tenaga pendidik dan pustakawan bekerja sama dalam pengembangan kurikulum.

2.3 Literasi Informasi

Konsep literasi informasi pertama kali diperkenalkan oleh Paul Zurkowski yang menggunakan istilah information literacy dalam makalah yang diajukan kepada U.S National Commission on Libraries and Information Science NCLIS pada tahun 1974. Sebagai presiden dari The Information Industry Association Paul Zurkowski merespon kecepatan pertumbuhan informasi yang dapat dikatakan tidak terkendali itu. 6 Behrens 1999 menengarai munculnya berbagai definisi. Ragam definisi tersebut akan mempengaruhi konsep perpustakaan masa depan maupun profesi pustakawan sebagai bagian dari pengelola informasi profesional. Demikian juga berpengaruh pada pandangan, sikap, dan tuntutan terhadap kelengkapan informasi. Behrens juga menyatakan bahwa pengaruh teknologi informasi ikut menentukan perkembangan konsep literasi informasi dan teknologi informasi menjadi fitur penting dari literasi informasi. Pada tahun 1987 American Library Association membentuk komisi tentang literasi informasi dengan tugas mengkaji peran informasi di dunia pendidikan, bisnis, pemerintahan, dan kehidupan sehari-hari. Komisi tersebut juga ditugaskan untuk merancang model agar literasi informasi dapat mendukung proses belajar pada seluruh tingkat pembelajaran baik formal maupun informal. Laporan akhir American Library Association 1989, menyatakan bahwa: Seseorang yang memiliki keterampilan literasi informasi adalah yang telah belajar bagaimana belajar. Mereka mengetahui bagaimana harus belajar karena mereka mengetahui organisasi pengetahuan, memahami cara menemukan informasi, dan menggunakan memanfaatkan informasi sedemikian rupa sehingga pihak lain dapat belajar darinya. Mereka adalah orang yang disiapkan untuk belajar sepanjang hayat karena mereka selalu dapat menemukan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau mengambil keputusan. ALA, 1989. Laporan ALA tersebut menekankan pentingnya literasi informasi dalam proses belajar, meniti karir, melakukan bisnis, dan menjalani hidup sebagai warga negara. Selain itu ditunjukkan juga bagaimana literasi informasi berjalan selaras dengan reformasi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai pendidikan menengah atas. Beberapa saran yang diberikan ALA, 1989 antara lain: a. Asosiasi pustakawan hendaknya lebih erat bekerja sama dengan asosiasi profesi lain untuk mempromosikan literasi informasi. b. Dinas pendidikan di setiap negara bagian di setiap negara bagian memasukkan literasi informasi dalam kurikulum pendidikan tinggi. c. Tenaga pendidik harus mengenalkan konsep literasi informasi bagi semua calon tenaga pendidik.

2.4 Model dan Unsur-Unsur Literasi Informasi

Ada berbagai model literasi informasi yang dikembangkan untuk mengajarkan literasi informasi bagi peserta didik. Model-model literasi informasi merupakan cara yang terpola dalam mengajarkan peserta didik untuk memiliki kemampuan mencari informasi dengan tepat. Ada beberapa model, diantaranya: 2.4.1 Big 6 Model ini dikembangkan oleh Mike Eisenberg dan Bob Berkowitz pada tahun 1988. Model ini merupakan model yang paling dikenal dan digunakan dalam mengajarkan keahlian informasi. Sebagian besar masyarakat mengatakan bahwa Big 6 adalah sebuah strategi dan menggunakan teknologi informasi. Big 6 merupakan sebuah model literasi informasi dan teknologi sekaligus merupakan kurikulum. Ada juga yang mengatakan bahwa Big 6 adalah sebuah stategi dalam